Minggat dari rumah...🤣🤣 Haaii gaes cari siapa? Dahlan, Satria, Apa emak gw Haahaaa!!..🤣🤣🤣 ..Nah kali ini saya akan bercerita tentang kisah pribadi saya, Sewaktu kabur dari rumah karena kenakalan sewaktu sekolah. Tak hanya kenakalan disekolah saja sewaktu saya kabur dari rumah, Saya juga ikut terjerat dalam dunia hitam atau narkoba.😲😲
Sebelum bercerita lebih dalam saya ingin bertanya pada anda,, Ada disini anak generasi 90,an yang sejak kecil menetap dan sekolah di Jakarta tetapi tidak pernah berbuat bandel atau nakal bahkan suci tak bernoda.😲😲 Saya rasa imposiblle. Karena era 90,an sepintar-pintar kita bersekolah baik sekolah negri,, Laki-laki atau perempuan pasti mengalami yang namanya pergaulan dunia hitam. Terlebih yang sekolahnya swasta sudah tidak bisa dibayangkan lagi.
Ok deh kita lanjut, Kemana.??.... Suuee luh!!..🤣🤣
Sejak SD sampai SMP saya tipe anak yang penurut sama orang tua, Apa yang orang tua saya ajarkan kepada saya selalu benar-benar saya patuhi. Meski sebenarnya kedua orang tua saya banyak melarang saya untuk banyak tahu dunia luar. Dalam artian kebebasan saya bermain dilingkungan selalu dibatasi. Terlebih jika sudah pulang sekolah saya harus diam dirumah, Tak boleh bermain, Baik teman sekolah maupun teman lingkungan. Karena kata kedua orang tua saya banyak bermain bisa jadi bodoh dan malas belajar, Begitu kata beliau. Memang saya akui kedua orang tua saya sangat sayang pada kelima anak-anaknya termasuk saya. Jadi jika sang anak jenuh dirumah, Orang tua saya tak segan-segan mengajak semua anak-anaknya liburan setiap minggu baik hanya sekitaran Jakarta atau keluar daerah dari mulai ke Bali, Bima, Dan Makasar. Tetapi bagi saya semua itu masih belum adil karena lingkungan rumah saya jika hari libur sekolah sampai sore banyak anak sebaya dengan saya berkumpul bermain riang gembira, Sedangkan saya hanya memandang mereka dari jendela. Karena jika saya berani keluar rumah tentu saja orang tua saya akan marah dan murka. Kecuali jika kedua orang tua saya tidak dirumah baru saya berani keluar rumah.
Sebagai seorang lelaki meski baru sekolah SD saya gengsi dibilang anak yang kurang gaul, Atau kuper. Maka sejak itu saya selalu keluar rumah tanpa sepengetahuan kedua orang tua saya, Bahkan saya berani membuat kunci duplikat pintu rumah baik depan dan belakang agar mudah untuk keluar malam. Namun apa yang saya lakukan akhirnya diketahui oleh kedua orang tua saya. Dan sejak saat itu sayapun sering dimarahi dan dipukul, Terlebih jika saya main sampai pulang larut malam. Dan sejak saat itu karena sering dilarang keluar rumah saya jadi segan belajar, Dan nilai pelajaran sayapun terus merosot jauh. Jika awal kelas satu sampai kelas 3 SD saya menjadi juara kelas. Namun begitu kelas 4 sampai kelas 6 peringkat saya hanya 10 besar saja. Sejak saat itu kedua orang tua saya selalu marah terhadap saya, Terutama pelajaran Matematika dan Fisika. Karena kedua orang tua saya mengharuskan saya pintar dan menguasai dua pelajaran tersebut.
Hari-hari demi hari terus berlalu hingga saya lulus SMP dengan hasil yang menurut saya cukup baik,, Begitupun teman-teman saya menganggap nilai saya cukup baik meski hanya 10 besar saja. Berbeda dengan kedua orang tua saya, Ia menganggap nilai yang saya dapat sia-sia semuanya,, Bahkan tak jarang kedua orang tua sering marah-marah dan berkata kasar terhadap saya, Yang menurutnya orang terbodoh didunia.
"Dasar anak nggak berguna luh,,....Yang ada dipikiran luh tuh cuma main dan makan doang, Otak luh udah keropok"......Begitu cacian yang saya dapat dari kedua orang tua saya.
Dan saya hanya bisa pasrah pada saat itu, Karena percuma juga jika membatah atau protes karena tetap saya yang selalu disalahkan. Dan setelah saya lulus SMP saya ingin sekali masuk atau daftar disekolah Pelayaran ( SPM ) Atau masuk Sekolah Teknik Menengah ( STM ) Namun kedua orang tua saya memaksa saya untuk melanjutkan ke sekolah menengah ekonomi atas ( SMEA ) Mendengar itu saya memohon kepada kedua orang tua saya, Bahkan menyembahnya agar jangan memasukan saya kesekolah SMEA. Akhirnya dengan segala macam alasan yang saya buat, Kedua orang tua saya tidak jadi memasukan saya kesekolah SMEA. Akhirnya saya memutuskan untuk masuk sekolah pelayaran ( SPM ) Akan tetapi ibu saya tidak setuju jika saya sekolah pelayaran, Bagi ibu saya sangat monoton jika saya masuk sekolah pelayaran, Karena menurutnya orang Makasar identik dengan dunia pelayaran. Dan ibu saya ingin saya berbeda dari ciri khas orang Makasar. Akhirnya saya memilih sekolah STM dan disetujui oleh kedua orang tua saya. Meski syarat utama saya harus tetap jago Matematika dan Fisika. Didepan kedua orang tua saya akhirnya saya menyanggupinya meski dalam hati saya agak kesal jika membahas pelajaran matematika serta Fisika tetapi demi agar bisa masuk STM apapun cara saya lakukan dan berhasil.
Akhirnya saya resmi masuk sekolah STM, Karena sekolah STM Negri agak susah dikota Depok akhirnya saya memilih ke Jakarta untuk mendapatkan STM Negri. Akhirnya saya masuk sekolah STM Negri 5 Jakarta Pusat. Dan sekolah saya berdampingan dengan SMU Negri 1, Dan STM Pgri 4. Karena berdekatan 3 sekolah tersebut salin akrab dan menjadi sekutu untuk bisa bersama-sama menyerang sekolah lain. Dan bagi anda yang pernah lama tinggal di Jakarta, Terutama Jakarta Pusat mungkin tidak asing dengan nama sekolah tersebut yang bergelar Boedoet.145. Karena letaknya yang memang dijalan Budi Utomo Jakarta Pusat dan juga bersebelahan dengan Tugu Monas, Lapangan Banteng ( Dulunya Bernama Lapangan IKKADA ) Serta Masjid Istiqlal. Tak hanya itu saja sekolah saya juga tidak jauh dari yang namanya Pasar Baru Jakarta Pusat, Karena dulu pasar tersebut sempat menjadi primadona kota Jakarta kala itu sebab semua kebutuhan cukup tersedia lengkap. Sayapun bangga menjadi anak STM di wilayah Jakarta Pusat meski sekolah saya terkenal dengan biang tawurannya, Saya tidak perduli. Bahkan bangga dan ingin mempunyai banyak teman.
Sebelum bercerita lebih dalam saya ingin bertanya pada anda,, Ada disini anak generasi 90,an yang sejak kecil menetap dan sekolah di Jakarta tetapi tidak pernah berbuat bandel atau nakal bahkan suci tak bernoda.😲😲 Saya rasa imposiblle. Karena era 90,an sepintar-pintar kita bersekolah baik sekolah negri,, Laki-laki atau perempuan pasti mengalami yang namanya pergaulan dunia hitam. Terlebih yang sekolahnya swasta sudah tidak bisa dibayangkan lagi.
Ok deh kita lanjut, Kemana.??.... Suuee luh!!..🤣🤣
Sejak SD sampai SMP saya tipe anak yang penurut sama orang tua, Apa yang orang tua saya ajarkan kepada saya selalu benar-benar saya patuhi. Meski sebenarnya kedua orang tua saya banyak melarang saya untuk banyak tahu dunia luar. Dalam artian kebebasan saya bermain dilingkungan selalu dibatasi. Terlebih jika sudah pulang sekolah saya harus diam dirumah, Tak boleh bermain, Baik teman sekolah maupun teman lingkungan. Karena kata kedua orang tua saya banyak bermain bisa jadi bodoh dan malas belajar, Begitu kata beliau. Memang saya akui kedua orang tua saya sangat sayang pada kelima anak-anaknya termasuk saya. Jadi jika sang anak jenuh dirumah, Orang tua saya tak segan-segan mengajak semua anak-anaknya liburan setiap minggu baik hanya sekitaran Jakarta atau keluar daerah dari mulai ke Bali, Bima, Dan Makasar. Tetapi bagi saya semua itu masih belum adil karena lingkungan rumah saya jika hari libur sekolah sampai sore banyak anak sebaya dengan saya berkumpul bermain riang gembira, Sedangkan saya hanya memandang mereka dari jendela. Karena jika saya berani keluar rumah tentu saja orang tua saya akan marah dan murka. Kecuali jika kedua orang tua saya tidak dirumah baru saya berani keluar rumah.
Sebagai seorang lelaki meski baru sekolah SD saya gengsi dibilang anak yang kurang gaul, Atau kuper. Maka sejak itu saya selalu keluar rumah tanpa sepengetahuan kedua orang tua saya, Bahkan saya berani membuat kunci duplikat pintu rumah baik depan dan belakang agar mudah untuk keluar malam. Namun apa yang saya lakukan akhirnya diketahui oleh kedua orang tua saya. Dan sejak saat itu sayapun sering dimarahi dan dipukul, Terlebih jika saya main sampai pulang larut malam. Dan sejak saat itu karena sering dilarang keluar rumah saya jadi segan belajar, Dan nilai pelajaran sayapun terus merosot jauh. Jika awal kelas satu sampai kelas 3 SD saya menjadi juara kelas. Namun begitu kelas 4 sampai kelas 6 peringkat saya hanya 10 besar saja. Sejak saat itu kedua orang tua saya selalu marah terhadap saya, Terutama pelajaran Matematika dan Fisika. Karena kedua orang tua saya mengharuskan saya pintar dan menguasai dua pelajaran tersebut.
Hari-hari demi hari terus berlalu hingga saya lulus SMP dengan hasil yang menurut saya cukup baik,, Begitupun teman-teman saya menganggap nilai saya cukup baik meski hanya 10 besar saja. Berbeda dengan kedua orang tua saya, Ia menganggap nilai yang saya dapat sia-sia semuanya,, Bahkan tak jarang kedua orang tua sering marah-marah dan berkata kasar terhadap saya, Yang menurutnya orang terbodoh didunia.
"Dasar anak nggak berguna luh,,....Yang ada dipikiran luh tuh cuma main dan makan doang, Otak luh udah keropok"......Begitu cacian yang saya dapat dari kedua orang tua saya.
Dan saya hanya bisa pasrah pada saat itu, Karena percuma juga jika membatah atau protes karena tetap saya yang selalu disalahkan. Dan setelah saya lulus SMP saya ingin sekali masuk atau daftar disekolah Pelayaran ( SPM ) Atau masuk Sekolah Teknik Menengah ( STM ) Namun kedua orang tua saya memaksa saya untuk melanjutkan ke sekolah menengah ekonomi atas ( SMEA ) Mendengar itu saya memohon kepada kedua orang tua saya, Bahkan menyembahnya agar jangan memasukan saya kesekolah SMEA. Akhirnya dengan segala macam alasan yang saya buat, Kedua orang tua saya tidak jadi memasukan saya kesekolah SMEA. Akhirnya saya memutuskan untuk masuk sekolah pelayaran ( SPM ) Akan tetapi ibu saya tidak setuju jika saya sekolah pelayaran, Bagi ibu saya sangat monoton jika saya masuk sekolah pelayaran, Karena menurutnya orang Makasar identik dengan dunia pelayaran. Dan ibu saya ingin saya berbeda dari ciri khas orang Makasar. Akhirnya saya memilih sekolah STM dan disetujui oleh kedua orang tua saya. Meski syarat utama saya harus tetap jago Matematika dan Fisika. Didepan kedua orang tua saya akhirnya saya menyanggupinya meski dalam hati saya agak kesal jika membahas pelajaran matematika serta Fisika tetapi demi agar bisa masuk STM apapun cara saya lakukan dan berhasil.
Akhirnya saya resmi masuk sekolah STM, Karena sekolah STM Negri agak susah dikota Depok akhirnya saya memilih ke Jakarta untuk mendapatkan STM Negri. Akhirnya saya masuk sekolah STM Negri 5 Jakarta Pusat. Dan sekolah saya berdampingan dengan SMU Negri 1, Dan STM Pgri 4. Karena berdekatan 3 sekolah tersebut salin akrab dan menjadi sekutu untuk bisa bersama-sama menyerang sekolah lain. Dan bagi anda yang pernah lama tinggal di Jakarta, Terutama Jakarta Pusat mungkin tidak asing dengan nama sekolah tersebut yang bergelar Boedoet.145. Karena letaknya yang memang dijalan Budi Utomo Jakarta Pusat dan juga bersebelahan dengan Tugu Monas, Lapangan Banteng ( Dulunya Bernama Lapangan IKKADA ) Serta Masjid Istiqlal. Tak hanya itu saja sekolah saya juga tidak jauh dari yang namanya Pasar Baru Jakarta Pusat, Karena dulu pasar tersebut sempat menjadi primadona kota Jakarta kala itu sebab semua kebutuhan cukup tersedia lengkap. Sayapun bangga menjadi anak STM di wilayah Jakarta Pusat meski sekolah saya terkenal dengan biang tawurannya, Saya tidak perduli. Bahkan bangga dan ingin mempunyai banyak teman.
Dan singkat cerita hingga pada suatu hari karena sering ikut tawuran disekolah dan bikin ulah akhirnya sayapun tertangkap polisi dan harus rela terkurung selama sehari semalam dikantor polisi. Hingga orang tua saya datang kekantor tersebut bersama om saya yang dulunya seorang Kopasus, Karena agar urusan cepat kelar ayah saya minta bantuan adiknya untuk mengurus saya agar bisa keluar dan membawa saya pulang kerumah. Dan tanpa menunggu lama saya dan beberapa teman saya dibebaskan atas tanggung jawab om saya. Setelah semuanya beres saya dan ayah saya tiba dirumah, Sedangkan om saya langsung meninggalkan rumah saya dan beraktifitas kembali.
Melihat gelagat ayah saya yang nampak beringas dan kesal atas kelakuan saya, Saya pun mencoba menghindarinya dengan masuk kemar pribadi saya, Akan tetapi baru satu langkah saya berjalan sebuah batang rotan menghatam punggung saya dengan telak.
Prrraaakkkss!!..
"Dasar anak nggak berguna kamu, Selalu menyusahkan orang tua"...Bentak ayah saya sambil berapi-api dan terus menghantam tubuh saya dengan batang rotan yang ia pegang.
"Ammmpoooonnn!!".....Teriak saya, Mencoba menjelaskan kepada orang tua saya. Akan tetapi sepertinya memang mereka sudah tidak mau percaya dengan mulut saya lagi.
Dengan terseok-seok sayapun mencoba masuk kemar, Tetapi sepertinya ayah saya tidak memberi kesempatan kepada saya, Ia lebih senang terus menggiring saya ke halaman belakang rumah sambil terus memukul tubuh saya dengan kayu rotan secara membabi buta. Dengan menahan rasa sakit yang tak terhingga sayapun memohon kepada ibu saya serta adik saya yang pada saat itu ada dirumah. Akan tetapi ibu saya pun malah ikut juga menghantam kepala saya dengan kemoceng, Dan adik saya hanya menyukuri saya agar menjadi kapok.
"Saaakiitttt..Ammppooonn!!"....
"Sakiitt!,, Luh pikir orang tua luh nggak sakit hatinya,, Menahan malu atas kelakuan anaknya yang nggak berguna. Apa luh mampu membiayai hidup luh kalau bukan karna orang tua"...Bentak ayah saya kembali sambil terus menggiring saya kehalaman belakang rumah.
Karena halaman belakang rumah agak terbuka sayapun mencoba memberontak, Agar ayah saya tidak menggiring saya kebelakang. Namun apa yang saya lakukan justru membuat ayah saya semakin emosi tingkat dewa.😲😲
"Luh mau nantang",...Jawab ayah saya sambil menyeret tubuh saya yang memang sudah tak berdaya. Iapun mengambil tambang sambil terus melilitkan ketubuh saya.
Sesampainya dekat pohon pisang yang menyatu dengan pohon jambu, Tubuh saya langsung diikat. Karena posisinya dibelakang rumah jadi sebagian orang yang lewat sempat melihat saya sedang diikat oleh kedua orang tua saya. Terlebih anak SD yang sudah sejak tadi ramai berbondong-bondong sambil tertawa cekikikan melihat saya yang pasrah tertunduk malu, Bahkan sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Pada era 90,an kejadian seperti ini sudah jadi hal biasa diJakarta. Bahkan bukan hanya saya saja yang mengalaminya anak tetangga yang sesusia sebaya dengan saya juga banyak, Jadi melihat seorang digebukin karena kenakalannya separah apapun sudah hal yang lumrah pada saat itu.
Berbeda mungkin pada era sekarang, Yang hampir tak ada orang tua yang berani memarahi anaknya sampai berlebihan. Yang ada mungkin kebalikannya,, Seandainya adapun pasti viral dan ada sangsi serta tuntutannya.
Hampir jam 3 sore saya masih tetap diikat, Dengan tubuh yang sudah mulai lunglai saya mencoba bertahan, Celana serta baju sayapun sudah basah dengan keringat, Air mata, Dan air kencing. Karena tak ada kesempatan bagi saya untuk bisa lepas dari tambang yang mengikat saya pada sebuah pohon pisang serta jambu. Jika saya berteriak malah akan membuat saya mendapatkan pukulan kembali. Hingga kakak laki-laki saya pulang ia juga ikut mendukung ayah saya,, Dan sepertinya mereka sangat puas melihat penderitaan yang saya alami. Hingga kedua orang saya memutuskan untuk memindahkan sekolah saya ke SMEA yang berada di pedalaman kota Makasar. Agar saya bisa berpikir jernih dan tidak bandel seperti anak-anak sekolah yang berada di Jakarta.
Sambil meringis menahan sakit sayapun memohon kepada kedua orang tua saya agar jangan memindahkan saya kesekolah yang berada didaerah Makasar. Dan hal itu yang saya sangat takutkan, Karena menurut saya sekolah didaerah tak seindah dan ramai seperti sekolah di kota Jakarta yang banyak dengan gedung-gedung bertingkatnya. Karena sewaktu SD saya mengalami sekolah didaerah dan merasa tidak betah hingga akhirnya balik kembali ke kota Jakarta. Namun semua keluh kesah saya hanya dibalas dengan pukulan rotan yang mengarah ke punggung saya kembali.
"Diiaaammm!, Jangan menggurui orang tua"....Bentak ayah saya.
"Aaammmpponnn! saakkittt!"....
Hanya itu balasan saya sambil meronta-ronta menahan sakit yang kembali mencedrai tubuh saya dari rotan yang terus dipegang kokoh oleh ayah saya yang muak dengan kenakalan saya disekolah. Hingga siang pun berganti menjadi sore namun saya masih tetap dibelakang rumah dalam posisi terikat, Namun kedua orang tua saya sudah meninggalkan saya hingga akhirnya pada pukul 5 sore kakak perempuan saya yang bernama Satria Dewi pulang kerja masuk melalui pintu belakang dan sedikit kaget melihat kondisi saya yang terikat. Sayapun menceritakan semua kejadian yang saya alami, Iapun hanya geleng-geleng dan menyarankan saya untuk menenangkan diri atau meninggalkan rumah. Memang dalam keluarga saya lebih dekat dengan kakak perempuan saya ketimbang kakak Laki-laki. Dan kakak perempuan saya juga punya pola pikir yang sama seperti saya, Ingin kebebasan tanpa paksaan. Cuma ia wanita jadi lebih sering memendam kekesalannya dalam hati terhadap kedua orang tua.
Dan singkat cerita iapun segera mempersiapkan apa yang akan saya bawa meski tidak banyak. Akhirnya setelah memberikan beberapa uang kepada saya iapun menyuruh saya cepat pergi dari rumah sebelum kedua orang tua saya tahu. Dan ia juga sudah punya alasan kuat jika nanti ayah saya, Menanyakan kenapa saya bisa lolos dari ikatan yang cukup kuat membelenggu diri saya.
Melihat gelagat ayah saya yang nampak beringas dan kesal atas kelakuan saya, Saya pun mencoba menghindarinya dengan masuk kemar pribadi saya, Akan tetapi baru satu langkah saya berjalan sebuah batang rotan menghatam punggung saya dengan telak.
Prrraaakkkss!!..
"Dasar anak nggak berguna kamu, Selalu menyusahkan orang tua"...Bentak ayah saya sambil berapi-api dan terus menghantam tubuh saya dengan batang rotan yang ia pegang.
"Ammmpoooonnn!!".....Teriak saya, Mencoba menjelaskan kepada orang tua saya. Akan tetapi sepertinya memang mereka sudah tidak mau percaya dengan mulut saya lagi.
Dengan terseok-seok sayapun mencoba masuk kemar, Tetapi sepertinya ayah saya tidak memberi kesempatan kepada saya, Ia lebih senang terus menggiring saya ke halaman belakang rumah sambil terus memukul tubuh saya dengan kayu rotan secara membabi buta. Dengan menahan rasa sakit yang tak terhingga sayapun memohon kepada ibu saya serta adik saya yang pada saat itu ada dirumah. Akan tetapi ibu saya pun malah ikut juga menghantam kepala saya dengan kemoceng, Dan adik saya hanya menyukuri saya agar menjadi kapok.
"Saaakiitttt..Ammppooonn!!"....
"Sakiitt!,, Luh pikir orang tua luh nggak sakit hatinya,, Menahan malu atas kelakuan anaknya yang nggak berguna. Apa luh mampu membiayai hidup luh kalau bukan karna orang tua"...Bentak ayah saya kembali sambil terus menggiring saya kehalaman belakang rumah.
Karena halaman belakang rumah agak terbuka sayapun mencoba memberontak, Agar ayah saya tidak menggiring saya kebelakang. Namun apa yang saya lakukan justru membuat ayah saya semakin emosi tingkat dewa.😲😲
"Luh mau nantang",...Jawab ayah saya sambil menyeret tubuh saya yang memang sudah tak berdaya. Iapun mengambil tambang sambil terus melilitkan ketubuh saya.
Sesampainya dekat pohon pisang yang menyatu dengan pohon jambu, Tubuh saya langsung diikat. Karena posisinya dibelakang rumah jadi sebagian orang yang lewat sempat melihat saya sedang diikat oleh kedua orang tua saya. Terlebih anak SD yang sudah sejak tadi ramai berbondong-bondong sambil tertawa cekikikan melihat saya yang pasrah tertunduk malu, Bahkan sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Pada era 90,an kejadian seperti ini sudah jadi hal biasa diJakarta. Bahkan bukan hanya saya saja yang mengalaminya anak tetangga yang sesusia sebaya dengan saya juga banyak, Jadi melihat seorang digebukin karena kenakalannya separah apapun sudah hal yang lumrah pada saat itu.
Berbeda mungkin pada era sekarang, Yang hampir tak ada orang tua yang berani memarahi anaknya sampai berlebihan. Yang ada mungkin kebalikannya,, Seandainya adapun pasti viral dan ada sangsi serta tuntutannya.
Hampir jam 3 sore saya masih tetap diikat, Dengan tubuh yang sudah mulai lunglai saya mencoba bertahan, Celana serta baju sayapun sudah basah dengan keringat, Air mata, Dan air kencing. Karena tak ada kesempatan bagi saya untuk bisa lepas dari tambang yang mengikat saya pada sebuah pohon pisang serta jambu. Jika saya berteriak malah akan membuat saya mendapatkan pukulan kembali. Hingga kakak laki-laki saya pulang ia juga ikut mendukung ayah saya,, Dan sepertinya mereka sangat puas melihat penderitaan yang saya alami. Hingga kedua orang saya memutuskan untuk memindahkan sekolah saya ke SMEA yang berada di pedalaman kota Makasar. Agar saya bisa berpikir jernih dan tidak bandel seperti anak-anak sekolah yang berada di Jakarta.
Sambil meringis menahan sakit sayapun memohon kepada kedua orang tua saya agar jangan memindahkan saya kesekolah yang berada didaerah Makasar. Dan hal itu yang saya sangat takutkan, Karena menurut saya sekolah didaerah tak seindah dan ramai seperti sekolah di kota Jakarta yang banyak dengan gedung-gedung bertingkatnya. Karena sewaktu SD saya mengalami sekolah didaerah dan merasa tidak betah hingga akhirnya balik kembali ke kota Jakarta. Namun semua keluh kesah saya hanya dibalas dengan pukulan rotan yang mengarah ke punggung saya kembali.
"Diiaaammm!, Jangan menggurui orang tua"....Bentak ayah saya.
"Aaammmpponnn! saakkittt!"....
Hanya itu balasan saya sambil meronta-ronta menahan sakit yang kembali mencedrai tubuh saya dari rotan yang terus dipegang kokoh oleh ayah saya yang muak dengan kenakalan saya disekolah. Hingga siang pun berganti menjadi sore namun saya masih tetap dibelakang rumah dalam posisi terikat, Namun kedua orang tua saya sudah meninggalkan saya hingga akhirnya pada pukul 5 sore kakak perempuan saya yang bernama Satria Dewi pulang kerja masuk melalui pintu belakang dan sedikit kaget melihat kondisi saya yang terikat. Sayapun menceritakan semua kejadian yang saya alami, Iapun hanya geleng-geleng dan menyarankan saya untuk menenangkan diri atau meninggalkan rumah. Memang dalam keluarga saya lebih dekat dengan kakak perempuan saya ketimbang kakak Laki-laki. Dan kakak perempuan saya juga punya pola pikir yang sama seperti saya, Ingin kebebasan tanpa paksaan. Cuma ia wanita jadi lebih sering memendam kekesalannya dalam hati terhadap kedua orang tua.
Dan singkat cerita iapun segera mempersiapkan apa yang akan saya bawa meski tidak banyak. Akhirnya setelah memberikan beberapa uang kepada saya iapun menyuruh saya cepat pergi dari rumah sebelum kedua orang tua saya tahu. Dan ia juga sudah punya alasan kuat jika nanti ayah saya, Menanyakan kenapa saya bisa lolos dari ikatan yang cukup kuat membelenggu diri saya.
Sore yang mendung dan hampir magrib posisi saya sudah dijalan umum namun sudah cukup jauh dari rumah. Setelah membersihkan diri saya di MCK Umum sayapun mencoba menahan sakit akibat pukulan rotan yang banyak mengenai tubuh saya. Setelah sudah agak baikkan saya mencoba mencari warung nasi. Meski kondisi fisik saya agak sedikit lelah serta depresi sayapun mencoba terus bertahan sebelum saya benar-benar mendapatkan tempat tinggal sementara. Karena kost atau kontrak rumah butuh banyak uang sayapun mencari solusi lain, Dengan mengunjungi sahabat saya sekaligus teman sekolah saya di STM,, Ia bernama Rama Deardo, Sayapun bergegas menuju kerumahnya beruntung beliau ada dirumah sayapun menceritakan semuanya kepadanya, Akan tetapi ia tidak berani menampung saya dirumahnya. Karena apa yang saya alami tak jauh beda dengan dirinya, Karena orang tua ia juga begitu keras dan sama strengnya seperti ayah dan ibu saya.
Sayapun memaklumi keadaan sahabat sekaligus teman sekolah saya,, Akhirnya setelah berlalu dari rumahnya sayapun menuju kawasan Ciputat Jakarta Selatan ( Sekarang sudah menjadi wilayah Tangerang Selatan ) Untuk menemui sahabat saya yang bernama Muhamad Sahlani. Pukul 20.00 saya tiba dirumahnya sayapun langsung menceritakan apa yang saya alami sekaligus memohon tempat untuk tinggal sementara kepada sahabat yang juga teman sekolah saya. Entah iba atau bagaimana iapun menyuruh saya masuk dan tidak usah khawatir soal tempat tinggal, Yang terpenting saya harus punya alasan kuat untuk meyakinkan kedua orang tua sahabat saya tersebut. Hati saya sangat gembira, Seolah beban saya serasa hilang meski harus hidup menumpang dengan orang lain. Hingga keesokan harinya sayapun memberanikan diri untuk menemui kedua orang tua sahabat saya yang bernama Haji Muhamad Jaelani. Kepadanya saya bercerita bohong, Bahwa kedua orang tua saya tidak mampu membiayai saya sekolah dan saya butuh pekerjaan sampingan, Karena selain menjadi guru mengaji Haji Jealani inipun pengusaha sembako dikawasan pasar Ciputat, Dan mempunyai berapa toko tidak jauh dari rumahnya. Akhirnya sayapun diperbolehkan ikut dengannya sekaligus tinggal bersama dirumah beliau.
Hari demi hari selain tinggal dirumah bapak Haji Jaelani sayapun turut membantu usaha di toko nya meski tidak mendapat bayaran full bagi saya semuanya sudah sangat istimewa, Tinggal bagaimana saya mengatur waktu serta keuangan saya demi membiayayai hidup diri sendiri. Sayapun merasa senang bisa hidup bebas tanpa ada yang mengatur-ngatur, Dan anehnya juga penyakit bengek kambuhan saya sejak saat itu seolah hilang lenyap tak berbekas. Dalam artian selama hidup diluar rumah saya jauh dari yang namanya sakit. Bahkan sakin enaknya hidup diluaran bah burung lepas dari sangkarnya kelakuan saya disekolah masih tetap tidak berubah sering tawuran, Sering memalak anak sekolahan lain tak perduli anak STM, SMU, SMEA, SMIP dll. Sisa uang hasil memalak sebagian saya sisihkan untuk tambahan biaya bayaran sekolah saya. 2 bulan telah berlalu sepandai-pandainya saya berbohong kepada Haji Jaelani akhirnya ia tahu juga kelakuan saya diluaran hingga pada suatu sore hari sabtu saya mendapat teguran sangat keras dari bapak Haji Jaelani, Dan ia juga mengharus saya cepat angkat kaki dari rumahnya. Merasa aneh sayapun mencoba bertanya baik-baik.
"Lho,, Salah saya apa Beh? Yang saya tahu saya tidak pernah membuat kesalahan selama tinggal disini serta mengurus toko"....Seru saya bimbang.
"Bukan entu masalahnye,, Gw kaga demen same kelakuan luh diluaran sane, Ditambeh luh tuh udeh ngecewain babeh, Nyesel gw ditambah kesel lihat muke luh yang pembohong"..
"Beh,, Saya semakin nggak ngerti nih"..
"Nggak useh pura-pure luh,, Masih untung gw kagak kepret, Sial dangkalan luh. Cepet deh luh merat sekarang juge, Eneg gw ngebacot terus liet muke luh"..
"Beh maafin saye nyang sudeh..........
"Diieeemm luh nggak useh ngebacot depan gw,, Cepet deh luh pulang kerumah orang tua luh. Minta maaf sane biar berkah hidup luh"...
Meski saya memohon untuk diberi kesempatan sepertinya ia memang sudah murka dengan kelakuan saya. Akhirnya mau tida mau, Sayapun meninggalkan tempat kediaman Haji Jaelani meski itu berat bagi saya. Setelah meminta maaf kepada Haji Jaelani dan anaknya yang memang teman sekolah saya. Dengan langkah gontai tak terarah saya menelusuri jalan Ciputat raya, Meski bingung harus kemana akhirnya saya menuju kawasan Pasar Minggu, Sesampainya disana saya kembali dilanda kebimbangan antara pulang atau kemana?
Sayapun memaklumi keadaan sahabat sekaligus teman sekolah saya,, Akhirnya setelah berlalu dari rumahnya sayapun menuju kawasan Ciputat Jakarta Selatan ( Sekarang sudah menjadi wilayah Tangerang Selatan ) Untuk menemui sahabat saya yang bernama Muhamad Sahlani. Pukul 20.00 saya tiba dirumahnya sayapun langsung menceritakan apa yang saya alami sekaligus memohon tempat untuk tinggal sementara kepada sahabat yang juga teman sekolah saya. Entah iba atau bagaimana iapun menyuruh saya masuk dan tidak usah khawatir soal tempat tinggal, Yang terpenting saya harus punya alasan kuat untuk meyakinkan kedua orang tua sahabat saya tersebut. Hati saya sangat gembira, Seolah beban saya serasa hilang meski harus hidup menumpang dengan orang lain. Hingga keesokan harinya sayapun memberanikan diri untuk menemui kedua orang tua sahabat saya yang bernama Haji Muhamad Jaelani. Kepadanya saya bercerita bohong, Bahwa kedua orang tua saya tidak mampu membiayai saya sekolah dan saya butuh pekerjaan sampingan, Karena selain menjadi guru mengaji Haji Jealani inipun pengusaha sembako dikawasan pasar Ciputat, Dan mempunyai berapa toko tidak jauh dari rumahnya. Akhirnya sayapun diperbolehkan ikut dengannya sekaligus tinggal bersama dirumah beliau.
Hari demi hari selain tinggal dirumah bapak Haji Jaelani sayapun turut membantu usaha di toko nya meski tidak mendapat bayaran full bagi saya semuanya sudah sangat istimewa, Tinggal bagaimana saya mengatur waktu serta keuangan saya demi membiayayai hidup diri sendiri. Sayapun merasa senang bisa hidup bebas tanpa ada yang mengatur-ngatur, Dan anehnya juga penyakit bengek kambuhan saya sejak saat itu seolah hilang lenyap tak berbekas. Dalam artian selama hidup diluar rumah saya jauh dari yang namanya sakit. Bahkan sakin enaknya hidup diluaran bah burung lepas dari sangkarnya kelakuan saya disekolah masih tetap tidak berubah sering tawuran, Sering memalak anak sekolahan lain tak perduli anak STM, SMU, SMEA, SMIP dll. Sisa uang hasil memalak sebagian saya sisihkan untuk tambahan biaya bayaran sekolah saya. 2 bulan telah berlalu sepandai-pandainya saya berbohong kepada Haji Jaelani akhirnya ia tahu juga kelakuan saya diluaran hingga pada suatu sore hari sabtu saya mendapat teguran sangat keras dari bapak Haji Jaelani, Dan ia juga mengharus saya cepat angkat kaki dari rumahnya. Merasa aneh sayapun mencoba bertanya baik-baik.
"Lho,, Salah saya apa Beh? Yang saya tahu saya tidak pernah membuat kesalahan selama tinggal disini serta mengurus toko"....Seru saya bimbang.
"Bukan entu masalahnye,, Gw kaga demen same kelakuan luh diluaran sane, Ditambeh luh tuh udeh ngecewain babeh, Nyesel gw ditambah kesel lihat muke luh yang pembohong"..
"Beh,, Saya semakin nggak ngerti nih"..
"Nggak useh pura-pure luh,, Masih untung gw kagak kepret, Sial dangkalan luh. Cepet deh luh merat sekarang juge, Eneg gw ngebacot terus liet muke luh"..
"Beh maafin saye nyang sudeh..........
"Diieeemm luh nggak useh ngebacot depan gw,, Cepet deh luh pulang kerumah orang tua luh. Minta maaf sane biar berkah hidup luh"...
Meski saya memohon untuk diberi kesempatan sepertinya ia memang sudah murka dengan kelakuan saya. Akhirnya mau tida mau, Sayapun meninggalkan tempat kediaman Haji Jaelani meski itu berat bagi saya. Setelah meminta maaf kepada Haji Jaelani dan anaknya yang memang teman sekolah saya. Dengan langkah gontai tak terarah saya menelusuri jalan Ciputat raya, Meski bingung harus kemana akhirnya saya menuju kawasan Pasar Minggu, Sesampainya disana saya kembali dilanda kebimbangan antara pulang atau kemana?
Ditengah kebimbangan saya tiba-tiba saya bertemu teman saya yang bernama Rama Deardo. Orang yang pertama tempatnya saya singgahi sewaktu diusir dari rumah.
Pria berdarah batak dengan tegas memanggil nama saya...."Saat!! luh mau kemane, Oiye luh dah pulang kerumah"...Tanya ia kembali.
"Belum Doo, Gw juga lagi bingung nih"....Seru saya.
"Luh senasib Sat kaya gw, Udah 3 hari gw nggak dirumah lagi"..
Akhirnya Ardopun menceritakan masalahnya kepada saya, Meski berbeda agama, Karena merasa ada kesamaan serta senasib akhirnya saya memilih ikut dengan teman sekolah saya kembali.
"Terus luh tinggal dimana sekarang Doo?"...Tanya saya kembali.
"Itu soal gampang sekarang mending luh ikut gw kita beli pocong 3 amp".. ( Ganja / Chimenk )
"Pocong, Luh banyak duit mau beli pocong?",,
"Luh tenang aje nanti gw ceritain, Oiye luh disekolah terkenal hobi minum-minuman kan,, Gimana kalau kita pantungan beli Pocong + Minuman Keren kan, Masalah tempat tinggal luh nggak khawatir Sat"...Seru Ardo.
"Serius luh Doo"...
Tanpa pikir panjang lagi sayapun langsung ikut dengan sahabat saya Ardo, Setelah membeli apa yang saya butuhkan Ardo langsung membawa saya ke tempat temannya dikawasan Kebun Jeruk Jakarta Barat. Sesampainya disana saya langsung dikenal oleh Ardo kepada Roby sahabatnya yang memang orang berada. Roby seorang mahasiswa semester 4 yang kehidupannya tak pernah kekurangan apa yang ia inginkan selalu terpenuhi, Meski kedua orang tuanya berada diluar negri. Robypun sangat senang atas kehadiran saya. Tak hanya itu iapun membolehkan saya tinggal dirumahnya bersama Ardo tanpa ada tuntutan apa-apa.
Dan malam itu saya, Ardo, Roby beserta beberapa teman kuliah Roby nampak senang dan tersenyum bahagia karena kami semua melakukan pesta narkoba yang boleh dikatakan besar-besaran kala itu. Terlebih Roby tinggal dikawasan perumahan elit yang jarang orang tahu bahwa dirumah tersebut sering digunakan untuk pesta narkoba. Robypun sangat senang dengan saya yang santai dalam mengunakan narkoba. Terlebih dengan minuman keras saya lebih dominan unggul ketimbang teman-teman lainnya. Hingga malam berganti pagi sayapun masih tetap konsen ketimbang teman-teman saya yang lebih dulu teler akibat kebanyakan minum atau menghisap ganja. Jenuh dengan pemandangan tersebut akhirnya saya memilih tidur disofa ruang tengah dengan posisi agak jauh dari teman-teman lainnya hingga akhir sayapun ikut terlelap hingga sore menjelang.
Hari-hari terus berlalu akhirnya sayapun bisa mendapatkan tempat kembali, Dan menurut saya sangat menyenangkan karena saya tak harus repot-repot bekerja seperti ditempat Haji Jaelani. Karena ditempat Roby saya mendapat fasilitas cuma-cuma, Termasuk biaya sekolah dari Roby. Yang terpenting saya bersedia jika diajak mabuk-mabukkan dirumahnya yang memang anak orang berada kala itu. Meski banyak rumor beredar bahwa Roby sebenarnya anak haram. Ibunya sering bergonta-ganti pasangan. Hingga tidak tahu siapa dari ayah Roby yang sebenarnya. Karena tak mau pusing ibunya menitipkan rumah serta warisan untuk Roby selama di Jakarta, Termasuk uang kuliah serta kendaraan dari motor dan Mobil. Tak hanya itu dikampusnya Roby juga terkenal karena hobi narkoba, Bahkan boleh dibilang sudah kelas kakap. Namun apapun latar belakang Roby saya tidak perduli dan tetap menaruh hormat kepadanya bahkan memanggilnya dengan sebutan Boss.
Hingga siang yang agak mendung, Sehabis pulang sekolah sayapun memasuki halaman rumah kediaman Roby yang juga tempat tinggal saya. Tidak seperti biasanya rumah nampak sepi, Dan sayapun beranggapan bahwa Roby telah berangkat kuliah. Namun setelah saya sudah berada didalam rumah saya dibuat kaget,,? Karena Roby ada dirumah, Dan ia sedang asik berhubungan intim dengan anak sekolah yang memang baru pertama kali saya melihatnya. Meski kehadiran saya diketahui oleh mereka berdua, Sepertinya mereka sudah tidak malu lagi dan menganggap apa yang mereka lakukan hal biasa. Berbeda dengan saya yang memang baru pertama kali melihat orang berhubungan intim layaknya suami istri.
Risih bercampur kesal akhirnya sayapun memilih masuk kamar dan tidak keluar lagi hingga pada pada pukul 4 sore Roby pun mengetuk pintu kamar saya agar saya keluar kamar dan berkenalan dengan teman wanitanya yang bernama Kurniawati atau yang biasa dipanggil Merry. Akhirnya dengan perasaan kesal sayapun mau tidak mau menemui mereka berdua.
"Sorry Sat gw udah bikin luh kesal atas kejadian tadi dan maafkan gw, Oiya ini kenalin Merry cewek yang selalu bikin stres gw hilang"...Seru Roby.
"Ok,, Gw juga minta maaf, Gw pikir luh kekampus tadi"..
"Yups, Lupakan semua masalah tadi, Dan jika luh punya cewek, Nggak usah sungkan-sungkan bawa kesini karena gw pun nggak akan mengganggu luh dengan cewek kesukaan luh"....Seru Roby kembali.
"Pacar gw cuma ini"....Jawab saya sambil menunjukan satu linting ganja ke Roby.
Akhirnya ketegangan itupun mencair menjadi canda dan tawa dan sayapun berkenalan dengan Kurniawati alias Merry yang beda satu tahun usianya dengan saya. Dan saya akui meski wanita Pecun ( Perex Culun / Pelacur berseragam sekolah / Kupu-kupu kertas ) Merry sangat cantik jelita. Jujur saya akui, Sayapun menyukainya dan tidak pernah takut untuk merebutnya dari Roby, Akan tetapi karena kehidupan saya yang terlunta-lunta dan jauh dari orang tua serta rumah urusan pacaran atau wanita bisa saya kesampingkan. Meski agak sedikit kaku sayapun bisa akrab dengan Merry, Dan saya menganggap dia tak beda dengan teman Stm saya lainya. Meski ia seorang wanita. Hingga pada suatu hari kala saya pulang sekolah dan hendak melakukan tawuran dengan sekolah lain saya sempat melihat Merry sedang asik berduaan dengan seorang pria paruh baya yang menurut saya seorang om-om pencinta daun muda. Akhirnya sayapun mencoba menguntitnya, Dan memisahkan diri dari rombongan teman-teman sekolah saya yang hendak tawuran. Karena alasan saya menguntit Merry selain saya suka dengannya, Teman saya Roby menganggap Merry gadis pujaan hatinya yang setia.
Meski akhirnya sayapun tahu bahwa Merry memang hobi bergonta-ganti pasangan, Dan ia tak perduli sepertinya dengan kebaikan yang selalu Roby berikan terhadapnya. Sebagai seorang sahabat sayapun tak tega Roby dianggap tempat persinggahan dikala ia jenuh. Hingga keesokan harinya sayapun memberanikan diri menjemput Merry disekolahnya. Demi sebuah rasa penasaran saya terhadap Merry.
"Akhirnya bisa juga gw ketemu luh, Atau luh emang lagi sepi bokingan Mer"....Seru saya ketus.
"Maksud luh apa cari-cari gw,, Apakah ada yang penting"....Balas Merry kembali.
"Nggak usah pura bego luh depan gw".
Akhirnya sayapun menceritakan kejadian tentang Merry yang saya lihat disebuah restoran dikawasan Sarinah Thamrin. "Terus urusan sama luh apa, Emangnya luh siapa gw"...Balas Merry dengan nada ketus pula.
"Luh nggak menghargai kesetiaan Roby Mer, Dan....
"Cuuukuuupp!!"...
"Tahu apa luh tentang kesetiaan,, Sejauh mana luh tahu tentang Roby, Gw lebih tahu ketimbang luh Sat"...
"Yaa setidaknya begini Mer",,..
"Nooo Nooo,, Nggak usah ngatur hidup gw Sat, Gw lebih tahu dari luh. Dan ingat hari gini luh ngarep kesetiaan basi tahu"...
Tanpa peduli lagi akhirnya Merry berlalu meninggalkan saya, Dan apa yang dikatakannya memang benar, Antara Merry dan Roby memang bukan urusan saya. Akhirnya sayapun kembali ketempat kediaman saya, Yaitu rumah Roby. Sayapun menceritakan pertemuan saya dengan Merry dari awal hingga akhir. Mendengar itu sepertinya Roby memang agak pasrah dan mencoba sabar. Apa yang saya ceritakan hanya ia sambut dengan senyuman dingin, Justru ia malah mengajak saya minum-minum serta pesta narkoba meski hanya berdua. Dan karena tak mau dipusingkan dengan urusan asmara sayapun ikut menikmati pesta narkoba tersebut hingga sore menjelang.
Pria berdarah batak dengan tegas memanggil nama saya...."Saat!! luh mau kemane, Oiye luh dah pulang kerumah"...Tanya ia kembali.
"Belum Doo, Gw juga lagi bingung nih"....Seru saya.
"Luh senasib Sat kaya gw, Udah 3 hari gw nggak dirumah lagi"..
Akhirnya Ardopun menceritakan masalahnya kepada saya, Meski berbeda agama, Karena merasa ada kesamaan serta senasib akhirnya saya memilih ikut dengan teman sekolah saya kembali.
"Terus luh tinggal dimana sekarang Doo?"...Tanya saya kembali.
"Itu soal gampang sekarang mending luh ikut gw kita beli pocong 3 amp".. ( Ganja / Chimenk )
"Pocong, Luh banyak duit mau beli pocong?",,
"Luh tenang aje nanti gw ceritain, Oiye luh disekolah terkenal hobi minum-minuman kan,, Gimana kalau kita pantungan beli Pocong + Minuman Keren kan, Masalah tempat tinggal luh nggak khawatir Sat"...Seru Ardo.
"Serius luh Doo"...
Tanpa pikir panjang lagi sayapun langsung ikut dengan sahabat saya Ardo, Setelah membeli apa yang saya butuhkan Ardo langsung membawa saya ke tempat temannya dikawasan Kebun Jeruk Jakarta Barat. Sesampainya disana saya langsung dikenal oleh Ardo kepada Roby sahabatnya yang memang orang berada. Roby seorang mahasiswa semester 4 yang kehidupannya tak pernah kekurangan apa yang ia inginkan selalu terpenuhi, Meski kedua orang tuanya berada diluar negri. Robypun sangat senang atas kehadiran saya. Tak hanya itu iapun membolehkan saya tinggal dirumahnya bersama Ardo tanpa ada tuntutan apa-apa.
Dan malam itu saya, Ardo, Roby beserta beberapa teman kuliah Roby nampak senang dan tersenyum bahagia karena kami semua melakukan pesta narkoba yang boleh dikatakan besar-besaran kala itu. Terlebih Roby tinggal dikawasan perumahan elit yang jarang orang tahu bahwa dirumah tersebut sering digunakan untuk pesta narkoba. Robypun sangat senang dengan saya yang santai dalam mengunakan narkoba. Terlebih dengan minuman keras saya lebih dominan unggul ketimbang teman-teman lainnya. Hingga malam berganti pagi sayapun masih tetap konsen ketimbang teman-teman saya yang lebih dulu teler akibat kebanyakan minum atau menghisap ganja. Jenuh dengan pemandangan tersebut akhirnya saya memilih tidur disofa ruang tengah dengan posisi agak jauh dari teman-teman lainnya hingga akhir sayapun ikut terlelap hingga sore menjelang.
Hari-hari terus berlalu akhirnya sayapun bisa mendapatkan tempat kembali, Dan menurut saya sangat menyenangkan karena saya tak harus repot-repot bekerja seperti ditempat Haji Jaelani. Karena ditempat Roby saya mendapat fasilitas cuma-cuma, Termasuk biaya sekolah dari Roby. Yang terpenting saya bersedia jika diajak mabuk-mabukkan dirumahnya yang memang anak orang berada kala itu. Meski banyak rumor beredar bahwa Roby sebenarnya anak haram. Ibunya sering bergonta-ganti pasangan. Hingga tidak tahu siapa dari ayah Roby yang sebenarnya. Karena tak mau pusing ibunya menitipkan rumah serta warisan untuk Roby selama di Jakarta, Termasuk uang kuliah serta kendaraan dari motor dan Mobil. Tak hanya itu dikampusnya Roby juga terkenal karena hobi narkoba, Bahkan boleh dibilang sudah kelas kakap. Namun apapun latar belakang Roby saya tidak perduli dan tetap menaruh hormat kepadanya bahkan memanggilnya dengan sebutan Boss.
Hingga siang yang agak mendung, Sehabis pulang sekolah sayapun memasuki halaman rumah kediaman Roby yang juga tempat tinggal saya. Tidak seperti biasanya rumah nampak sepi, Dan sayapun beranggapan bahwa Roby telah berangkat kuliah. Namun setelah saya sudah berada didalam rumah saya dibuat kaget,,? Karena Roby ada dirumah, Dan ia sedang asik berhubungan intim dengan anak sekolah yang memang baru pertama kali saya melihatnya. Meski kehadiran saya diketahui oleh mereka berdua, Sepertinya mereka sudah tidak malu lagi dan menganggap apa yang mereka lakukan hal biasa. Berbeda dengan saya yang memang baru pertama kali melihat orang berhubungan intim layaknya suami istri.
Risih bercampur kesal akhirnya sayapun memilih masuk kamar dan tidak keluar lagi hingga pada pada pukul 4 sore Roby pun mengetuk pintu kamar saya agar saya keluar kamar dan berkenalan dengan teman wanitanya yang bernama Kurniawati atau yang biasa dipanggil Merry. Akhirnya dengan perasaan kesal sayapun mau tidak mau menemui mereka berdua.
"Sorry Sat gw udah bikin luh kesal atas kejadian tadi dan maafkan gw, Oiya ini kenalin Merry cewek yang selalu bikin stres gw hilang"...Seru Roby.
"Ok,, Gw juga minta maaf, Gw pikir luh kekampus tadi"..
"Yups, Lupakan semua masalah tadi, Dan jika luh punya cewek, Nggak usah sungkan-sungkan bawa kesini karena gw pun nggak akan mengganggu luh dengan cewek kesukaan luh"....Seru Roby kembali.
"Pacar gw cuma ini"....Jawab saya sambil menunjukan satu linting ganja ke Roby.
Akhirnya ketegangan itupun mencair menjadi canda dan tawa dan sayapun berkenalan dengan Kurniawati alias Merry yang beda satu tahun usianya dengan saya. Dan saya akui meski wanita Pecun ( Perex Culun / Pelacur berseragam sekolah / Kupu-kupu kertas ) Merry sangat cantik jelita. Jujur saya akui, Sayapun menyukainya dan tidak pernah takut untuk merebutnya dari Roby, Akan tetapi karena kehidupan saya yang terlunta-lunta dan jauh dari orang tua serta rumah urusan pacaran atau wanita bisa saya kesampingkan. Meski agak sedikit kaku sayapun bisa akrab dengan Merry, Dan saya menganggap dia tak beda dengan teman Stm saya lainya. Meski ia seorang wanita. Hingga pada suatu hari kala saya pulang sekolah dan hendak melakukan tawuran dengan sekolah lain saya sempat melihat Merry sedang asik berduaan dengan seorang pria paruh baya yang menurut saya seorang om-om pencinta daun muda. Akhirnya sayapun mencoba menguntitnya, Dan memisahkan diri dari rombongan teman-teman sekolah saya yang hendak tawuran. Karena alasan saya menguntit Merry selain saya suka dengannya, Teman saya Roby menganggap Merry gadis pujaan hatinya yang setia.
Meski akhirnya sayapun tahu bahwa Merry memang hobi bergonta-ganti pasangan, Dan ia tak perduli sepertinya dengan kebaikan yang selalu Roby berikan terhadapnya. Sebagai seorang sahabat sayapun tak tega Roby dianggap tempat persinggahan dikala ia jenuh. Hingga keesokan harinya sayapun memberanikan diri menjemput Merry disekolahnya. Demi sebuah rasa penasaran saya terhadap Merry.
"Akhirnya bisa juga gw ketemu luh, Atau luh emang lagi sepi bokingan Mer"....Seru saya ketus.
"Maksud luh apa cari-cari gw,, Apakah ada yang penting"....Balas Merry kembali.
"Nggak usah pura bego luh depan gw".
Akhirnya sayapun menceritakan kejadian tentang Merry yang saya lihat disebuah restoran dikawasan Sarinah Thamrin. "Terus urusan sama luh apa, Emangnya luh siapa gw"...Balas Merry dengan nada ketus pula.
"Luh nggak menghargai kesetiaan Roby Mer, Dan....
"Cuuukuuupp!!"...
"Tahu apa luh tentang kesetiaan,, Sejauh mana luh tahu tentang Roby, Gw lebih tahu ketimbang luh Sat"...
"Yaa setidaknya begini Mer",,..
"Nooo Nooo,, Nggak usah ngatur hidup gw Sat, Gw lebih tahu dari luh. Dan ingat hari gini luh ngarep kesetiaan basi tahu"...
Tanpa peduli lagi akhirnya Merry berlalu meninggalkan saya, Dan apa yang dikatakannya memang benar, Antara Merry dan Roby memang bukan urusan saya. Akhirnya sayapun kembali ketempat kediaman saya, Yaitu rumah Roby. Sayapun menceritakan pertemuan saya dengan Merry dari awal hingga akhir. Mendengar itu sepertinya Roby memang agak pasrah dan mencoba sabar. Apa yang saya ceritakan hanya ia sambut dengan senyuman dingin, Justru ia malah mengajak saya minum-minum serta pesta narkoba meski hanya berdua. Dan karena tak mau dipusingkan dengan urusan asmara sayapun ikut menikmati pesta narkoba tersebut hingga sore menjelang.
Tanpa terasa 3 bulan sudah berlalu saya tinggal ditempat kediaman Roby hari-hari yang saya lalui terkesan biasa saja hingga dikala saya sedang santai dan bolos sekolah saya mendapatkan kabar bahwa sahabat saya yang bernama Ardo mengalami kecelakaan. Ia jatuh dari atas kereta api saat sedang tawuran dengan anak STM yang menjadi musuh sekolah saya. Tanpa menunggu lama emosi sayapun langsung berapi-api. Terlebih Ardo sahabat dekat saya, Karena dia pula saya bisa kenal dan tinggal dikediaman Roby. Akhirnya dengan membawa besi ukuran panjang saya meninggalkan kediaman Roby untuk mencari tahu keberadaan Ardo dan juga mencari orang yang mencelakai sahabat saya Ardo. Setelah bisa mengumpulkan beberapa teman sekolah akhirnya saya berangkat menuju arah Depok dimana menurut kabar Ardo jatuh dari atap kereta, Antara perbatasan Jakarta serta Depok. Setelah melewati waktu hampir 2 jam lebih saya dan teman sekolah, Akhirnya sampai ditempat yang dimaksud, Dan benar saja ia jatuh persis antara perbatasan Jakarta dan Depok yang tak jauh dari stasiun Pondok Cina ( Dekat kampus Universitas Indonesia & Kampus Gunadarma, Setelah stasiun UI ) Keterlambatan saya, Membuat saya dan teman-teman sekolah tidak menemui musuh sekolah saya. Hanya warga sekitar yang banyak berkerumun. Dan sepertinya mereka enggan membantu. Karena mereka sudah jenuh melihat anak STM tawuran atau orang jatuh dari kereta api diwilayah tersebut dan mereka juga mengatakan bahwa teman saya sudah tidak dapat tertolong lagi.
Mendengar itu semua saya hanya bisa pasrah memandang wajah Ardo yang mulai pucat pasih dengan badan persis orang sekarat menahan sakit. Darahpun semakin banyak keluar dari pinggangnya yang tertancap entah batu atau pontongan kayu,, Karena sayapun tak berani untuk mencabutnya. Akhirnya ada seorang mahasiswa yang menyarankan kepada saya untuk membawanya kerumah sakit sebelum terlambat. Iapun mau mengantar sahabat saya Ardo yang sedang sekarat dengan kendaraannya secara gratis. Singkat cerita akhirnya saya sampai dirumah sakit Fatmawati Jakarta Selatan Ardopun langsung masuk ruang UGD, Karena tak ada yang bisa dijadikan jaminan akhirnya sayapun mau tak mau menghubungi orang tuanya Ardo. Setelah itu saya dan teman-teman bergegas meninggalkan rumah sakit karena takut kena marah orang tuanya yang sangat galak dan streng mirip orang tua saya dirumah.
Dan semenjak itu saya jadi sering kepikiran tentang rumah, Serta rasa kangen dengan keluarga. Meski untuk pulang kerumah saya tidak berani melakukannya. Akhirnya setelah berpisah dengan teman-teman sekolah, Saya kembali untuk menuju tempat kediaman Roby namun baru berada dipertengahan jalan, Secara tidak sengaja saya melihat Merry sedang berdebat dengan dua orang pria. Entah apa penyebabnya kedua pria tersebut akhirnya menurunkan Merry dengan paksa dari mobilnya sedangkan Merry hanya bisa marah dan menghujat pria tersebut dengan cacian kasarnya.
"Baaanggsaatt luuhh!!....Udah kere soh mau bayar gw mahal mana buktinya wooii!!".....Seru Merry dengan geram.
Dan melihat kejadian itu tanpa dikomando sayapun langsung menimpukin mobil itu dengan batu secara bertubi-tubi. Tak mau ambil resiko mobil itupun terus melaju menjauh meninggalkan saya dan Merry. Karena target yang saya buru lolos sayapun hanya menumpahkan kekesalan saya pada tempat sampah pinggir jalan dan membanting-bantingnya tanpa perduli warga sekitar. Setelah itu sayapun mencoba menghampiri Merry dan menanyakan masalah yang ia alami.
"Ada urusan apa luh sehingga luh dibuang begitu saja oleh dua bangsat itu Mer",,. Tanya saya kesal.
Tanpa malu Merrypun menceritakan masalahnya kepada saya....."Dia udah pake gw cuma bayar gw separuh doang,, Sisanya ia justru tak mau memenuhi janjinya. Dasar pria hidung belang keree!"...Tak hanya itu saja Merrypun menceritakan Masalahnya kepada saya dengan serius. Mendengar apa yang diceritakan Merry sayapun menjadi iba dan tak tega dengan kehidupan Merry.
"Jadi selama ini luh jadi pecun demi membiayai adik-adik luh sekolah dan untuk makan, Lalu kemana orang tua luh Mer",...Tanya saya bingung".
"Ibu gw sakit-sakitan dan bapak gw cuma seorang pemulung Sejak ibu gw sakit,, Gw disuruh putus sekolah, Tetapi hati gw ingin punya ijasah SMU, Dan berbagai macam cara pekerjaan gw lakonin sampai seperti yang luh tahu sekarang ini".....Jawab Merry dengan agak ketus.
Sayapun hanya bisa geleng-geleng kepala.....Hingga akhirnya sayapun menawarkan anting-anting emas saya, Yang berada ditelinga kiri kepada Merry.
Bicara soal Emas memang dari sejak sekolah saya suka yang namanya membeli emas untuk disimpan hingga sekarang ini.😊😊
Akhirnya sayapun melepaskan anting-anting saya dan memberikannya kepada Merry untuk digadai atau dijual....."Nih luh boleh gadai atau jual anting gw Mer,, Jika emang luh butuh uang. Anting gw lumayanlah 2Gram, Sisanya nanti gw bantu dengan uang kalau gw punya lebih Mer"....
"Luh serius Sat, Mau bantu gw, Lalu kemana pasangan anting-anting luh ini"....Tanya Merry kembali.
Sayapun mengeluarkan pasangan anting-anting yang saya pakai dan kembali memberikannya kepada Merry. Dan sejak itu saya dan Merry merasa ada kecocokan untuk saling membantu dalam hal urusan kehidupan dan bertahan hidup. Tak heran Merrypun tak malu membawa saya kerumahnya yang berada dikawasan emperan tidak jauh dari pasar Jatinegara yang bersebelahan dengan Kampung Melayu Jakarta Timur. Meski keadaan kawasan kumuh saya tetap santai dan nyaman dengan orang-orang sekitarnya. Dan sejak saat itu Merrypun menganggap saya sebagai teman curhatnya jika selalu punya masalah termasuk awal ia mengenal Roby dan bisa mengenal saya dan Ardo. Merrypun mulai bercerita mengapa ia enggan jika saya ajak jalan bareng kerumah Roby. Dan ternyata masalah yang dialami Merry dalam hidupnya bermulai dari Roby. Karena Roby pula Merry terjebak dunia prostitusi serta narkoba, Diperparah lagi Merrypun kini telah positif terkena HIV akibat tertular dari Roby. Semua itu Merry ceritakan dengan sepenuh hati kepada saya.
Mendengar apa yang dituturkan oleh Merry entah mengapa kebencian saya terhadap Roby semakin tinggi. Dan sejak saat itu pula saya berjanji akan berusaha menuntut Roby agar bertanggung jawab terhadap Merry.
"Biar gw yang beresin si Roby Mer, Demi luh gw ikhlas ngebantu tanpa ada embel-embel apapun"...Seru saya dengan berapi-api.
"Aahh!!,, Sudahlah Sat, Luh nggak usah berlebihan begitu terhadap gw, Yaa gw juga bukan apa-apa mungkin semua ini juga ulah gw, Mungkin penyakit ini balasannya"....Seru Merry sambil menyulut Rokok Dunhill kesukaannya.
"Ok, Kalau itu mau luh. Tapi luh tenang saja gw akan plorotin uang dia demi luh, Dan pake cara gw sendiri. Oiya Mer, Gw harap luh terima gw untuk tinggal disini"..
Merrypun tersenyum manis....."Silahkan kalau luh betah"....Akhirnya sambil menyalahkan rokok bareng kamipun tertawa menikmati malam yang penuh keangkuhan atas menjulangnya gedung-gedung tinggi kota Jakarta.
Mendengar itu semua saya hanya bisa pasrah memandang wajah Ardo yang mulai pucat pasih dengan badan persis orang sekarat menahan sakit. Darahpun semakin banyak keluar dari pinggangnya yang tertancap entah batu atau pontongan kayu,, Karena sayapun tak berani untuk mencabutnya. Akhirnya ada seorang mahasiswa yang menyarankan kepada saya untuk membawanya kerumah sakit sebelum terlambat. Iapun mau mengantar sahabat saya Ardo yang sedang sekarat dengan kendaraannya secara gratis. Singkat cerita akhirnya saya sampai dirumah sakit Fatmawati Jakarta Selatan Ardopun langsung masuk ruang UGD, Karena tak ada yang bisa dijadikan jaminan akhirnya sayapun mau tak mau menghubungi orang tuanya Ardo. Setelah itu saya dan teman-teman bergegas meninggalkan rumah sakit karena takut kena marah orang tuanya yang sangat galak dan streng mirip orang tua saya dirumah.
Dan semenjak itu saya jadi sering kepikiran tentang rumah, Serta rasa kangen dengan keluarga. Meski untuk pulang kerumah saya tidak berani melakukannya. Akhirnya setelah berpisah dengan teman-teman sekolah, Saya kembali untuk menuju tempat kediaman Roby namun baru berada dipertengahan jalan, Secara tidak sengaja saya melihat Merry sedang berdebat dengan dua orang pria. Entah apa penyebabnya kedua pria tersebut akhirnya menurunkan Merry dengan paksa dari mobilnya sedangkan Merry hanya bisa marah dan menghujat pria tersebut dengan cacian kasarnya.
"Baaanggsaatt luuhh!!....Udah kere soh mau bayar gw mahal mana buktinya wooii!!".....Seru Merry dengan geram.
Dan melihat kejadian itu tanpa dikomando sayapun langsung menimpukin mobil itu dengan batu secara bertubi-tubi. Tak mau ambil resiko mobil itupun terus melaju menjauh meninggalkan saya dan Merry. Karena target yang saya buru lolos sayapun hanya menumpahkan kekesalan saya pada tempat sampah pinggir jalan dan membanting-bantingnya tanpa perduli warga sekitar. Setelah itu sayapun mencoba menghampiri Merry dan menanyakan masalah yang ia alami.
"Ada urusan apa luh sehingga luh dibuang begitu saja oleh dua bangsat itu Mer",,. Tanya saya kesal.
Tanpa malu Merrypun menceritakan masalahnya kepada saya....."Dia udah pake gw cuma bayar gw separuh doang,, Sisanya ia justru tak mau memenuhi janjinya. Dasar pria hidung belang keree!"...Tak hanya itu saja Merrypun menceritakan Masalahnya kepada saya dengan serius. Mendengar apa yang diceritakan Merry sayapun menjadi iba dan tak tega dengan kehidupan Merry.
"Jadi selama ini luh jadi pecun demi membiayai adik-adik luh sekolah dan untuk makan, Lalu kemana orang tua luh Mer",...Tanya saya bingung".
"Ibu gw sakit-sakitan dan bapak gw cuma seorang pemulung Sejak ibu gw sakit,, Gw disuruh putus sekolah, Tetapi hati gw ingin punya ijasah SMU, Dan berbagai macam cara pekerjaan gw lakonin sampai seperti yang luh tahu sekarang ini".....Jawab Merry dengan agak ketus.
Sayapun hanya bisa geleng-geleng kepala.....Hingga akhirnya sayapun menawarkan anting-anting emas saya, Yang berada ditelinga kiri kepada Merry.
Bicara soal Emas memang dari sejak sekolah saya suka yang namanya membeli emas untuk disimpan hingga sekarang ini.😊😊
Akhirnya sayapun melepaskan anting-anting saya dan memberikannya kepada Merry untuk digadai atau dijual....."Nih luh boleh gadai atau jual anting gw Mer,, Jika emang luh butuh uang. Anting gw lumayanlah 2Gram, Sisanya nanti gw bantu dengan uang kalau gw punya lebih Mer"....
"Luh serius Sat, Mau bantu gw, Lalu kemana pasangan anting-anting luh ini"....Tanya Merry kembali.
Sayapun mengeluarkan pasangan anting-anting yang saya pakai dan kembali memberikannya kepada Merry. Dan sejak itu saya dan Merry merasa ada kecocokan untuk saling membantu dalam hal urusan kehidupan dan bertahan hidup. Tak heran Merrypun tak malu membawa saya kerumahnya yang berada dikawasan emperan tidak jauh dari pasar Jatinegara yang bersebelahan dengan Kampung Melayu Jakarta Timur. Meski keadaan kawasan kumuh saya tetap santai dan nyaman dengan orang-orang sekitarnya. Dan sejak saat itu Merrypun menganggap saya sebagai teman curhatnya jika selalu punya masalah termasuk awal ia mengenal Roby dan bisa mengenal saya dan Ardo. Merrypun mulai bercerita mengapa ia enggan jika saya ajak jalan bareng kerumah Roby. Dan ternyata masalah yang dialami Merry dalam hidupnya bermulai dari Roby. Karena Roby pula Merry terjebak dunia prostitusi serta narkoba, Diperparah lagi Merrypun kini telah positif terkena HIV akibat tertular dari Roby. Semua itu Merry ceritakan dengan sepenuh hati kepada saya.
Mendengar apa yang dituturkan oleh Merry entah mengapa kebencian saya terhadap Roby semakin tinggi. Dan sejak saat itu pula saya berjanji akan berusaha menuntut Roby agar bertanggung jawab terhadap Merry.
"Biar gw yang beresin si Roby Mer, Demi luh gw ikhlas ngebantu tanpa ada embel-embel apapun"...Seru saya dengan berapi-api.
"Aahh!!,, Sudahlah Sat, Luh nggak usah berlebihan begitu terhadap gw, Yaa gw juga bukan apa-apa mungkin semua ini juga ulah gw, Mungkin penyakit ini balasannya"....Seru Merry sambil menyulut Rokok Dunhill kesukaannya.
"Ok, Kalau itu mau luh. Tapi luh tenang saja gw akan plorotin uang dia demi luh, Dan pake cara gw sendiri. Oiya Mer, Gw harap luh terima gw untuk tinggal disini"..
Merrypun tersenyum manis....."Silahkan kalau luh betah"....Akhirnya sambil menyalahkan rokok bareng kamipun tertawa menikmati malam yang penuh keangkuhan atas menjulangnya gedung-gedung tinggi kota Jakarta.
Seminggu telah berlalu sejak saat itu saya begitu nyaman tinggal dikediaman Merry. Sampai akhirnya saya mencoba menyambangi tempat Roby, Karena ada berapa pakaian yang masih banyak tertinggal dirumahnya. Karena saya sendiri berencana ingin meninggalkan Roby secara diam-diam tanpa sepengetahuannya. Berbagai taktik saya buat demi mengelabuhi Roby. Hingga pas siang sewaktu saya pulang dari sekolah, Sayapun langsung menuju kerumahnya. Beruntung ia belum berangkat kuliah sehingga saya bisa berbicara dengannya kurang lebih setengah jam.
"Gilaa!, kemana saja luh hampir seminggu baru kesini lagi, Oiya gimana kabar si Ardo"...Tanya Roby penuh kebimbangan.
Sayapun menceritakan apa yang dialami sama Ardo dari awal jatuh dari kereta hingga dibawah kerumah sakit..."Apa kemungkinan hidup masih mungkin Sat"...Tanya Roby kembali.
"Entahlah Rob,, Yaa mungkin seandainya Ardo hidup ia akan cacat fisik menurut gw".
"Pasti dia tidak mungkin tinggal disini lagi"...Ucap Roby kembali.
"Luh tenang aja Rob, Masih ada gw biar urusan Ardo nanti gw yang tangani termasuk pakaiannya yang ada disini akan gw kasihkan keorang tuanya. Tetapi mungkin agak sorean, Oiya luh punya pocong atau minuman untuk gw play sejenak".
"Ada tapi tidak banyak Sat, Gini aja luh pakai aja dulu yang ada, Ntar kalau gw pulang kuliah kita beli"...Jawab Roby kembali.
"Gw butuh sekarang Rob,, Gimana kalau gw yang beli ditempat langganan Ardo, Jadi Nanti malam kita bisa play sampai pagi"..
Tanpa curiga Robypun setuju hingga akhirnya memberikan uang 500 ribu kepada saya untuk membeli Narkoba....."Ok kalau begitu, Yaa sekarang mending luh istirahat saja dulu, Tapi jangan lupa sekitar jam 4 sore luh cari tuh barang syurga kesukaan kita"..
Sayapun tersenyum meski sedikit muak melihat gaya dan kelakuan Roby, Namun siasat saya berhasil setelah memegang uang pemberian dari Roby sayapun bergegas merapikan pakaian saya serta pakaian Ardo untuk meninggalkan rumah Roby. Setelah Roby berangkat kuliah tidak lupa uang simpanan Roby yang ada dilemarinya saya ambil pula. Jadi total uang yang saya pegang menjadi 1 Juta Limaratus Ribu, Sangat besar nominal uang segitu kala itu. Dan tanpa menunggu lama sayapun meninggalkan rumah Roby dengan tersenyum sinis.
Setelah meninggalkan rumah Roby sayapun langsung menemui Merry ditempat kediamannya dikawasan Jatinegara Jakarta Timur. Sayapun menceritakan apa yang saya perbuat kepada Roby hingga akhirnya bisa mendapat nominal uang yang cukup banyak kala itu.
"Gila luh Sat, Kalau dia nyari luh, Terus ngancam luh sama teman-temannya bagaimana nanti"....Seru Merry sedikit bimbang.
"Luh tenang saja Mer, Gw sudah perhitungankan resikonya, Dan dalam hal ini gw nggak bawa-bawa nama luh, Yang terpenting luh sendiri jangan membocorkan hal ini pada teman-teman lainnya termasuk Roby sendiri".
"Gw sudah tak ingin bertemu Roby lagi Sat, Luh tenang saja, Percaya deh sama Gw, Ok sekarang luh mau anter gw berobat kerumah sakit Sat"...Tanya Merry.
Dengan tersenyum akhirnya sayapun mengantar Merry kerumah sakit dengan uang yang saya dapat dari Roby. Hari demi hari sayapun sudah tidak pernah tinggal dirumah Roby dan tak pernah terdengar kabar tentang dirinya lagi. Hingga bulan berikutnya tersiar kabar bahwa Roby mencari-cari saya untuk mempertanggung jawabkan perbuatan saya terhadap dirinya. Tak hanya itu Roby juga mengancam saya dengan teman-teman kuliahnya bila saya tidak berani unjuk gigi kehadapannya. Namun bagi saya ancaman Roby tidak membuat saya gentar. Bahkan sayapun menganggapnya hal biasa. Jika ia mengancam,, Sayapun bisa mengancam balik Roby dengan teman-teman sekolah saya. Dan berbarengan dengan itu kesembuhan sahabat saya Ardo terjadi, Sayapun tak menyangka sahabat saya yang sudah hampir kritis jatuh dari kereta api sepekan lalu bisa sembuh meski harus berjalan agak terpincang-pincang karena tulang pinggang yang belum stabil, Ditambah iapun harus masih berobat jalan. Begitu kabar yang saya dapat darinya sewaktu mengunjungi sekolah untuk membuat surat perpanjangan izin libur karena masih memerlukan perawatan intensif.
Tanpa menunggu lama sayapun akhirnya mengantar Ardo pulang kerumahnya, Sambil bercerita tentang masalah yang menimpanya dan juga perseteruan saya dengan Roby mendengar itu Ardo hampir tak percaya tetapi Merry jadi bukti kuat bagi saya, Hingga Ardopun percaya dan tidak mau ikut campur masalah saya dengan Roby.
"Jadi sekarang luh tinggal ditempat Merry"....Tanya Ardo kepada saya.
"Yaa begitulah Do".
"Gw nggak nyangka Sat...Merry bisa ngalamin sakit seperti itu akibat Roby, Padahal gw sempat suka juga dengannya. Tetapi yaa untuk sekarang ini mengurus fisik gw yang cacat lebih penting Sat".
"Sabar do, Luh pasti sembuh percaya sama gw deh, Oiya kalau luh sudah siap sekolah nanti kabari gw yaa, Gw siap jadi pengawal luh selama kondisi fisik luh belum stabil".....Seru saya, Ardopun tersenyum, Akhirnya kami berdua saling berjabat tangan demi persahabatan abadi.
Minggu kedepannya saya mendapat kabar dari teman sekolah saya bahwa orang tua saya sering mendatangi sekolah saya. Dan mempertanyakan status saya disekolah. Karena belum siap bertemu kedua orang tua saya,, Saya lebih memilih bolos sekolah untuk menghindari pertemuan dengan kedua orang tua. Namun apapun itu akhirnya saya tidak bisa berbuat banyak setelah kepala sekolah saya akan mengeluarkan saya dari sekolah jika masih berani mangkir untuk datang kesekolah. Beruntung saat saya berada disekolah ada Uwa ( Nenek ) Saya yang ikut datang kesekolah untuk membela saya. Dengan adanya beliau akhirnya saya lebih memilih tinggal dirumah Uwa saya dikawasan Tanah Abang. Meski kedua orang tua saya masih membenci saya atas kelakuan dan perbuatan saya,, Akan tetapi uwa saya tetap membela saya karena cucunya.
"Gilaa!, kemana saja luh hampir seminggu baru kesini lagi, Oiya gimana kabar si Ardo"...Tanya Roby penuh kebimbangan.
Sayapun menceritakan apa yang dialami sama Ardo dari awal jatuh dari kereta hingga dibawah kerumah sakit..."Apa kemungkinan hidup masih mungkin Sat"...Tanya Roby kembali.
"Entahlah Rob,, Yaa mungkin seandainya Ardo hidup ia akan cacat fisik menurut gw".
"Pasti dia tidak mungkin tinggal disini lagi"...Ucap Roby kembali.
"Luh tenang aja Rob, Masih ada gw biar urusan Ardo nanti gw yang tangani termasuk pakaiannya yang ada disini akan gw kasihkan keorang tuanya. Tetapi mungkin agak sorean, Oiya luh punya pocong atau minuman untuk gw play sejenak".
"Ada tapi tidak banyak Sat, Gini aja luh pakai aja dulu yang ada, Ntar kalau gw pulang kuliah kita beli"...Jawab Roby kembali.
"Gw butuh sekarang Rob,, Gimana kalau gw yang beli ditempat langganan Ardo, Jadi Nanti malam kita bisa play sampai pagi"..
Tanpa curiga Robypun setuju hingga akhirnya memberikan uang 500 ribu kepada saya untuk membeli Narkoba....."Ok kalau begitu, Yaa sekarang mending luh istirahat saja dulu, Tapi jangan lupa sekitar jam 4 sore luh cari tuh barang syurga kesukaan kita"..
Sayapun tersenyum meski sedikit muak melihat gaya dan kelakuan Roby, Namun siasat saya berhasil setelah memegang uang pemberian dari Roby sayapun bergegas merapikan pakaian saya serta pakaian Ardo untuk meninggalkan rumah Roby. Setelah Roby berangkat kuliah tidak lupa uang simpanan Roby yang ada dilemarinya saya ambil pula. Jadi total uang yang saya pegang menjadi 1 Juta Limaratus Ribu, Sangat besar nominal uang segitu kala itu. Dan tanpa menunggu lama sayapun meninggalkan rumah Roby dengan tersenyum sinis.
Setelah meninggalkan rumah Roby sayapun langsung menemui Merry ditempat kediamannya dikawasan Jatinegara Jakarta Timur. Sayapun menceritakan apa yang saya perbuat kepada Roby hingga akhirnya bisa mendapat nominal uang yang cukup banyak kala itu.
"Gila luh Sat, Kalau dia nyari luh, Terus ngancam luh sama teman-temannya bagaimana nanti"....Seru Merry sedikit bimbang.
"Luh tenang saja Mer, Gw sudah perhitungankan resikonya, Dan dalam hal ini gw nggak bawa-bawa nama luh, Yang terpenting luh sendiri jangan membocorkan hal ini pada teman-teman lainnya termasuk Roby sendiri".
"Gw sudah tak ingin bertemu Roby lagi Sat, Luh tenang saja, Percaya deh sama Gw, Ok sekarang luh mau anter gw berobat kerumah sakit Sat"...Tanya Merry.
Dengan tersenyum akhirnya sayapun mengantar Merry kerumah sakit dengan uang yang saya dapat dari Roby. Hari demi hari sayapun sudah tidak pernah tinggal dirumah Roby dan tak pernah terdengar kabar tentang dirinya lagi. Hingga bulan berikutnya tersiar kabar bahwa Roby mencari-cari saya untuk mempertanggung jawabkan perbuatan saya terhadap dirinya. Tak hanya itu Roby juga mengancam saya dengan teman-teman kuliahnya bila saya tidak berani unjuk gigi kehadapannya. Namun bagi saya ancaman Roby tidak membuat saya gentar. Bahkan sayapun menganggapnya hal biasa. Jika ia mengancam,, Sayapun bisa mengancam balik Roby dengan teman-teman sekolah saya. Dan berbarengan dengan itu kesembuhan sahabat saya Ardo terjadi, Sayapun tak menyangka sahabat saya yang sudah hampir kritis jatuh dari kereta api sepekan lalu bisa sembuh meski harus berjalan agak terpincang-pincang karena tulang pinggang yang belum stabil, Ditambah iapun harus masih berobat jalan. Begitu kabar yang saya dapat darinya sewaktu mengunjungi sekolah untuk membuat surat perpanjangan izin libur karena masih memerlukan perawatan intensif.
Tanpa menunggu lama sayapun akhirnya mengantar Ardo pulang kerumahnya, Sambil bercerita tentang masalah yang menimpanya dan juga perseteruan saya dengan Roby mendengar itu Ardo hampir tak percaya tetapi Merry jadi bukti kuat bagi saya, Hingga Ardopun percaya dan tidak mau ikut campur masalah saya dengan Roby.
"Jadi sekarang luh tinggal ditempat Merry"....Tanya Ardo kepada saya.
"Yaa begitulah Do".
"Gw nggak nyangka Sat...Merry bisa ngalamin sakit seperti itu akibat Roby, Padahal gw sempat suka juga dengannya. Tetapi yaa untuk sekarang ini mengurus fisik gw yang cacat lebih penting Sat".
"Sabar do, Luh pasti sembuh percaya sama gw deh, Oiya kalau luh sudah siap sekolah nanti kabari gw yaa, Gw siap jadi pengawal luh selama kondisi fisik luh belum stabil".....Seru saya, Ardopun tersenyum, Akhirnya kami berdua saling berjabat tangan demi persahabatan abadi.
Minggu kedepannya saya mendapat kabar dari teman sekolah saya bahwa orang tua saya sering mendatangi sekolah saya. Dan mempertanyakan status saya disekolah. Karena belum siap bertemu kedua orang tua saya,, Saya lebih memilih bolos sekolah untuk menghindari pertemuan dengan kedua orang tua. Namun apapun itu akhirnya saya tidak bisa berbuat banyak setelah kepala sekolah saya akan mengeluarkan saya dari sekolah jika masih berani mangkir untuk datang kesekolah. Beruntung saat saya berada disekolah ada Uwa ( Nenek ) Saya yang ikut datang kesekolah untuk membela saya. Dengan adanya beliau akhirnya saya lebih memilih tinggal dirumah Uwa saya dikawasan Tanah Abang. Meski kedua orang tua saya masih membenci saya atas kelakuan dan perbuatan saya,, Akan tetapi uwa saya tetap membela saya karena cucunya.
Dan berkat uwa saya pula saya bebas ancaman dari kedua orang tua saya. Meski ada perasaan canggung dan malu tinggal dirumah uwa saya, Namun mau tidak mau saya harus melakukannya. Namun selama tinggal dirumah uwa saya dikawasan Tanah Abang, Ancaman-ancaman dari Roby dan teman-temannya masih terus membayang-bayangi saya. Tak kuat dengan semua itu saya kembali membuat siasat untuk melakukan serangan mendadak terhadap Roby dan kawan-kawannya. Hingga keesokan harinya selepas pulang sekolah saya mengumpulkan teman-teman sekolah saya untuk melakukan penyerangan besar-besaran kesuatu tempat dengan alasan saya ditantang, Serta nama sekolah saya dikecilkan, Mendengar itu semua spontan saja teman-teman sekolah saya demi sebuah solidaritas langsung mengepung kearah Kebun Jeruk tempat kediaman Roby. Mendapat serangan mendadak dari saya, Roby dan teman-temannya yang hanya 10 orang itu akhirnya tak bisa berbuat banyak. Iapun saya buat babak belur dengan jumlah teman saya yang hampir lebih dari 60 orang. Beruntung warga sekitar dan scurity komplek kerap membantunya sehingga belum puas membuat Roby babak belur, Saya dan teman-teman sudah bubar tak tentu arah, Lari menyelamatkan diri. Karena ada warga yang akan melaporkan saya dan teman-teman kekantor Polisi.
Hingga sejak saat itu saya tak pernah mendengar lagi ancaman-ancaman dari Roby dan teman-temannya. Namun meski begitu kehidupan saya selalu masih saja ada ganjalan. Karena sejak seminggu berlalu saya hampir tak pernah bertemu dengan Merry baik disekolah maupun dirumahnya, Atau dimana tempat biasa ia menyendiri. Hingga akhirnya saya mendapat kabar dari teman sekolahnya bahwa Merry sudah seminggu dirawat dirumah sakit. Untuk memastikan kejelasannya sayapun bertanya kepada ayahnya. Namun beliau hanya menjawab anaknya Merry hanya pergi berobat dalam waktu lama, Beliaupun tak tahu-menahu dimana ia berobat. Namun berkat teman sekolahnya akhirnya sayapun mengetahui dimana Merry dirawat. Dengan perasaan was-was sayapun mencoba menjenguknya.
Sayapun tiba dirumah sakit tersebut dan setelah bertanya kepada perawat akhirnya saya mengetahui kamar dimana Merry dirawat. Sesampainya disana Merry nampak tersenyum meski kondisi fisiknya agak lemah dengan perasaan tak menentu sayapun mencoba bertanya perlahan kepada Merry.
"Merr,, Sorry gw nggak tahu kalau luh dirawat disini, Dan maaf gw agak telat mengetahuinya".
"Nggak apa-apa Sat, Ini memang hukuman buat gw, Dan apa yang gw lakukan terhadap hidup gw sebenarnya demi bisa membantu beban orang tua yang tak mampu membiayai gw dan kedua adik gw untuk terus sekolah".
Apa yang Merry tuturkan dari bibirnya sempat membuat saya iba dan terharu. Tak hanya itu saja Merrypun dari dulu enggan membuat orang tuanya repot akan beban biaya sekolah dikota Jakarta. Namun demi sebuah ijazah Merrypun harus mati-mantian mencari uang demi ia dan kedua adiknya, Agar bisa tetap sekolah. ditambah ia harus rela merawat ibunya yang lumpuh hingga meninggal dunia karena tak mampu membayar biaya rumah sakit kala itu. Maka iapun tak pernah takut atau malu dengan pekerjaannya sebagai kupu-kupu kertas.
Namun apapun yang terjadi saya tetap memberi semangat kepada Merry untuk kesembuhannya. Meski Merry sendiri sudah tidak yakin bisa bertahan hidup lebih lama menurutnya.
"Luh harus kuat dengan semua ini Mer, Gw yakin luh bisa melaluinya"...Semangat saya untuk dirinya.
Merrypun tersenyum pasrah, Wajahnya semakin pucat karena penyakit HIV yang terus menggrogotinya....."Terimah kasih Sat atas kepedulian luh. Beruntung gw punya sahabat seperti luh, Asal luh tahu teman-teman gw hampir tak ada yang mau peduli sama gw, Terlebih menjenguk gw"..
"Sudahlah Merr, Jangan risaukan hal itu semua, Gw ikhlas kok kesini demi diri luh"..
"Gw percaya sama luh Sat,, Oiya luh juga harus bersyukur orang tua luh masih mau menyekolahkan luh, Kenapa luh nggak pernah mikir untuk pulang kerumah".
Sayapun mengangguk sambil memberanikan diri membelai rambut Merry. Dan memang apa yang ia ucapkan bisa saya jadikan contoh untuk berpikir lebih dewasa dan maju tentang arti kehidupan. Hingga tanpa terasa Merrypun tertidur lelap sambil bersandar pada lengan saya, Dan siapa sangka tidurnya Merry itu ternyata untuk selama-lamanya hingga dua jam berlalu saya mencoba untuk membangunkannya secara perlahan namun semuanya telah berakhir, Tubuh Merry kaku dan dingin tanpa ada suara lagi. Sayapun mencoba menghubungi suster dan perawat namun keadaan Merry sudah tak dapat tertolong lagi. Bagai kehilangan sesuatu yang berharga sayapun menangis dan hanya bisa pasrah melihat kejadian yang ada didepan mata saya.
Kabar kepergian Merry dari dunia ini akhirnya sampai juga kekeluarganya. Sayapun berbohong kepada adik-adiknya Merry serta ayahnya bahwa Merry meninggal karena sakit keletihan, Dan bersyukur beberapa teman sekolahnya pun memahami hal itu. Sejak kepergian Merry dalam hidup saya seolah hidup saya bagai tak punya arti. Bahkan saat itu saya seperti banyak kehilangan orang yang selalu dekat dengan kehidupan saya. Dan karena Merry pula saya serasa rindu dan kangen terhadap keluarga dirumah. Bahkan ingin rasanya perasaan hatinya saya ingin meminta maaf terhadap kedua orang tua saya dan bersimpuh dihadapannya. Akhirnya berkat bantuan Uwa ( Nenek ) Akhirnya saya memberanikan diri pulang kerumah. Meski sudah dirumah akan tetapi pergaulan saya disekolah dan diluaran tidak sepenuhnya berubah total. Karena sesekali saya masih sering mengkonsumsi narkoba meski diam-diam. Hingga tersiar kabar kembali bahwa teman saya yang bernama Roby ikut tewas over dosis karena narkoba. Kejadian ini Ardo sahabat saya yang memberi tahunya. Tak hanya saya ternyata sahabat saya Ardopun tak jauh berbeda seperti saya. Meski telah sembuh dari kecelakaan yang menimpa Ardo masih suka memakai narkoba dan tawuran disekolah. Hingga akhirnya waktu jualah yang membuat saya dan Ardo berubah setelah kami lulus sekolah dan berpisah.
Nah demikianlah kisah kehidupan kenakalan saya disekolah dikota Metropolitan Jakarta, Yaa apa yang terjadi pada setiap orang tentunya akan selalu ada perbedaan, Baik tingkah laku, Gaya, Ataupun masalah dalam hidup. Tetapi inti dari semuanya akan berakhir pada sesuatu yang kita cari sebenarnya yaitu : 1. Ilmu, Karena dengan ilmu hidup jadi mudah.
2. Iman, Karena iman hidup kita akan terarah.
3. Cinta, Karena cinta hidup kita akan terasa indah dan damai.
Baik apapun yang saya alami semasa sekolah. Tentunya anda pasti juga pernah merasahkan hal yang sama, Meski berbeda-beda tetapi semuanya pasti punya kesan tersendiri dimata anda. Dan jika ada mau bisa juga berbagi dikolom komentar dibawah ini.
Hingga sejak saat itu saya tak pernah mendengar lagi ancaman-ancaman dari Roby dan teman-temannya. Namun meski begitu kehidupan saya selalu masih saja ada ganjalan. Karena sejak seminggu berlalu saya hampir tak pernah bertemu dengan Merry baik disekolah maupun dirumahnya, Atau dimana tempat biasa ia menyendiri. Hingga akhirnya saya mendapat kabar dari teman sekolahnya bahwa Merry sudah seminggu dirawat dirumah sakit. Untuk memastikan kejelasannya sayapun bertanya kepada ayahnya. Namun beliau hanya menjawab anaknya Merry hanya pergi berobat dalam waktu lama, Beliaupun tak tahu-menahu dimana ia berobat. Namun berkat teman sekolahnya akhirnya sayapun mengetahui dimana Merry dirawat. Dengan perasaan was-was sayapun mencoba menjenguknya.
Sayapun tiba dirumah sakit tersebut dan setelah bertanya kepada perawat akhirnya saya mengetahui kamar dimana Merry dirawat. Sesampainya disana Merry nampak tersenyum meski kondisi fisiknya agak lemah dengan perasaan tak menentu sayapun mencoba bertanya perlahan kepada Merry.
"Merr,, Sorry gw nggak tahu kalau luh dirawat disini, Dan maaf gw agak telat mengetahuinya".
"Nggak apa-apa Sat, Ini memang hukuman buat gw, Dan apa yang gw lakukan terhadap hidup gw sebenarnya demi bisa membantu beban orang tua yang tak mampu membiayai gw dan kedua adik gw untuk terus sekolah".
Apa yang Merry tuturkan dari bibirnya sempat membuat saya iba dan terharu. Tak hanya itu saja Merrypun dari dulu enggan membuat orang tuanya repot akan beban biaya sekolah dikota Jakarta. Namun demi sebuah ijazah Merrypun harus mati-mantian mencari uang demi ia dan kedua adiknya, Agar bisa tetap sekolah. ditambah ia harus rela merawat ibunya yang lumpuh hingga meninggal dunia karena tak mampu membayar biaya rumah sakit kala itu. Maka iapun tak pernah takut atau malu dengan pekerjaannya sebagai kupu-kupu kertas.
Namun apapun yang terjadi saya tetap memberi semangat kepada Merry untuk kesembuhannya. Meski Merry sendiri sudah tidak yakin bisa bertahan hidup lebih lama menurutnya.
"Luh harus kuat dengan semua ini Mer, Gw yakin luh bisa melaluinya"...Semangat saya untuk dirinya.
Merrypun tersenyum pasrah, Wajahnya semakin pucat karena penyakit HIV yang terus menggrogotinya....."Terimah kasih Sat atas kepedulian luh. Beruntung gw punya sahabat seperti luh, Asal luh tahu teman-teman gw hampir tak ada yang mau peduli sama gw, Terlebih menjenguk gw"..
"Sudahlah Merr, Jangan risaukan hal itu semua, Gw ikhlas kok kesini demi diri luh"..
"Gw percaya sama luh Sat,, Oiya luh juga harus bersyukur orang tua luh masih mau menyekolahkan luh, Kenapa luh nggak pernah mikir untuk pulang kerumah".
Sayapun mengangguk sambil memberanikan diri membelai rambut Merry. Dan memang apa yang ia ucapkan bisa saya jadikan contoh untuk berpikir lebih dewasa dan maju tentang arti kehidupan. Hingga tanpa terasa Merrypun tertidur lelap sambil bersandar pada lengan saya, Dan siapa sangka tidurnya Merry itu ternyata untuk selama-lamanya hingga dua jam berlalu saya mencoba untuk membangunkannya secara perlahan namun semuanya telah berakhir, Tubuh Merry kaku dan dingin tanpa ada suara lagi. Sayapun mencoba menghubungi suster dan perawat namun keadaan Merry sudah tak dapat tertolong lagi. Bagai kehilangan sesuatu yang berharga sayapun menangis dan hanya bisa pasrah melihat kejadian yang ada didepan mata saya.
Kabar kepergian Merry dari dunia ini akhirnya sampai juga kekeluarganya. Sayapun berbohong kepada adik-adiknya Merry serta ayahnya bahwa Merry meninggal karena sakit keletihan, Dan bersyukur beberapa teman sekolahnya pun memahami hal itu. Sejak kepergian Merry dalam hidup saya seolah hidup saya bagai tak punya arti. Bahkan saat itu saya seperti banyak kehilangan orang yang selalu dekat dengan kehidupan saya. Dan karena Merry pula saya serasa rindu dan kangen terhadap keluarga dirumah. Bahkan ingin rasanya perasaan hatinya saya ingin meminta maaf terhadap kedua orang tua saya dan bersimpuh dihadapannya. Akhirnya berkat bantuan Uwa ( Nenek ) Akhirnya saya memberanikan diri pulang kerumah. Meski sudah dirumah akan tetapi pergaulan saya disekolah dan diluaran tidak sepenuhnya berubah total. Karena sesekali saya masih sering mengkonsumsi narkoba meski diam-diam. Hingga tersiar kabar kembali bahwa teman saya yang bernama Roby ikut tewas over dosis karena narkoba. Kejadian ini Ardo sahabat saya yang memberi tahunya. Tak hanya saya ternyata sahabat saya Ardopun tak jauh berbeda seperti saya. Meski telah sembuh dari kecelakaan yang menimpa Ardo masih suka memakai narkoba dan tawuran disekolah. Hingga akhirnya waktu jualah yang membuat saya dan Ardo berubah setelah kami lulus sekolah dan berpisah.
Nah demikianlah kisah kehidupan kenakalan saya disekolah dikota Metropolitan Jakarta, Yaa apa yang terjadi pada setiap orang tentunya akan selalu ada perbedaan, Baik tingkah laku, Gaya, Ataupun masalah dalam hidup. Tetapi inti dari semuanya akan berakhir pada sesuatu yang kita cari sebenarnya yaitu : 1. Ilmu, Karena dengan ilmu hidup jadi mudah.
2. Iman, Karena iman hidup kita akan terarah.
3. Cinta, Karena cinta hidup kita akan terasa indah dan damai.
Baik apapun yang saya alami semasa sekolah. Tentunya anda pasti juga pernah merasahkan hal yang sama, Meski berbeda-beda tetapi semuanya pasti punya kesan tersendiri dimata anda. Dan jika ada mau bisa juga berbagi dikolom komentar dibawah ini.
DIBAWAH INI PHOTO SAYA DAN TEMAN SEKOLAH KALA REUNI ERA TAHUN 2018 👇👇
DIBAWAH INI ADA SCREENSHOT SAHABAT SAYA YANG BERNAMA ARDO, MESKI TINGGAL DIKOTA YANG SAMA KAMI HANYA BISA BERTEMU SETAHUN SEKALI SAJA KARENA BELIAU BEKERJA DIPULAU BALI. 😊😊
28 Komentar
Wah saya baca ceritanya oto Brebes Mili habisnya ceritanya bikin sedih. Jujur setiap orang juga punya masa lalu seperti saya karena atasan memaksa saya untuk menikah dengan laki - laki yang tidak saya cintai akhirnya saya, dan kedua orang tua saya yang jadi imbasnya disakiti terus oleh atasan saya, hingga kemanapun saya dan orang tua saya pergi si atasan dan si laki - laki tersebut pun tahu bahkan saat 6 bulan lebih saya bekerja gaji saya pun dimakan juga oleh atasan saya. Ya? Saya tak bisa berbuat apa - apa saya dan kedua orang tua hanya bisa pasrah karena dibalik itu semua pasti ada hikmahnya. Btw? Kenapa komen yang kemarin juga tak di balas om satria?
BalasHapusYa ampun mas, kisahnya panjang bener. Remaja Jakarta yang kadang nakal ternyata ya sama aja kok dengan di Surabaya. Btw, kita sama2 anak SMK, sy juga lulusan SMK Negeri 1 Surabaya dan dulu pas SMP suka nonton konser musik. Hehe :)
BalasHapusOoohh ...
BalasHapusJadi karena bikin kisah ini yang panjangnya luar biasa jadi kemarin sempet ngilang lama 😁.
Keren rangkaian kisahnya, kang 👍
Tapi aku juga sekaligus ikut trenyuh baca kisahmu.
Kenakalan atau tepatnya kejahilan menduplikat kunci .. persis yang pernah aku perbuat.
Neeanya aku menduplikat kunci kamar buat gegayaan seolah biar aku merasa keren punya kamar pribadi 😄.
Ngga taunya kunci hilang saat aku keluyuran bareng teman-teman.
Aku ngga bisa masuk kamar.
Aku ngakalin bongkar jendela nako !.
Ketahuan papaku, aku dihajar.
Alhamdulillah seperti nya habis berobat sehingga sekarang sudah mendingan.🤣
BalasHapusTernyata kang satria banyak pengalamannya ya, dari SMK sudah bisa hidup mandiri.
Mengenai Merry, aku rasa ini memang salah satu pr di masyarakat agar tidak cepat menghakimi seseorang yang berprofesi buruk. Siapa tahu dia terpaksa jadi pelacur karena memang terpaksa dan masyarakat juga masa bodoh. Lain halnya kalo orang tuanya mampu tapi dia tetap kerja begitu karena buat dapat duit untuk foya foya, itu baru salah.
Btw, itu selama sama Merry, apa ngga nana nini kang sama dia? 🤣🤣🤣
Persis kayak film kan, memang kebanyakan film-film itu terinpirasi dari kisah nyata
HapusKisahnya mbak Rey berarti bisa dijadikan FTV juga ya mbak.😂
HapusKyknya ga bisa nang ning nang ning nong, soalnya sdh terinfeksi kecuali pake pengaman 😛😛
HapusEnggak ah, dibikin film aja hahahaha
Hapusmeskipun sempet berpisah sekolah tapi masih jalin komunikasi sampe reuni, persaudaraan tetep berlanjut.
BalasHapusaku waktu SD nggak kepikiran apa itu namanya nggandain kunci, mungkin isi otakku masih main main balon, main bekel gitu hehehe
experienced is the best teacher...
BalasHapussemoga lebih baik sekarang dan nanti….
Ini mah kayak baca skript film kenakalan remaja.
BalasHapusSumpah ya, kirain ini cuman ada di film doang, ternyata ada ya di kisah nyata dan seketika saya merasa diri saya biasa saja.
Bapak saya dulu galak, suka mukul pakai rotan, tapi mukulnya di betis sih, sama sekali nggak pernah mukul bagian atas tubuh, selalu bagian betis.
Dan pernah juga ikat kakak saya di pohon kelapa, habisnya dia ngelawan sih.
Cuman memang keterlaluan kakak saya kan cewek, tapi nyiksanya gitu.
Btw, makasih ye Kang udah sharing kisahnya.
Kisah begini jarang bisa kita temukan, kisah nyata dan pola asuh.
Saya jadi memikirkan anak saya yang jarang main ke luar, tapi memang agak bedanya, di sini sepi, meski hari libur nggak ada anak kecil main di luar rumah, anak saya harus pergi agak jauh ke rumah temannya untuk bisa main.
Jadinya itu kali ya, lama-lama anak saya malas main ke luar.
Terlebih sekarang ada yang namanya gadget, jadi meski di rumah anak-anak nggak terlalu bosan :D
Tapi lepas dari kisah masa kecil dan mudanya yang terbilang keras, salut ih sama Kang Satria, karena bener tuh katanya di atas, pelajaran yang didapat adalah pelajaran hidup langsung :D
Btw ayo semangat mengasuh si kecil agar bisa meminimalis efek kenakalan remaja yang sebenarnya bermula dari keinginan untuk bebas :D
Dan jangan galak-galak ih jadi ayah :D
Saya mah galak jadi mamak, tapi kalau papinya anak-anak galak sama anak, saya belain.
Meski bukan di depan anak sih, tapi menurut saya, ada urutan bagaimana cara menegur anak itu setelah kita ajarin dan contohin.
Lah ini contohin kagak, malah berbuat yang sebaliknya, sementara ngamuk kalau anak nggak sholeh hehehe
Busyet.ini cerita apa kereta Babaranjang panjang banget.. ternyata pengemar pocong juga, kalau saya cuma tau aja belum pernah nyoba soalnya takut nyeruduk.. hihihi..itu si Merry jauh amat namanya dari nama aslinya dan nama aslinya ngingetin saya sama teman sekolah saya si gadis tomboy.. hihihi
BalasHapusKirain aku pocong itu yang ada di kuburan kang.😁
HapusYang ada di kuburan itu salah satu variannya..hihihi
HapusVarian lainnya itu yang dikenyot satria ya.😂
HapusKalau masher tawurannya sama kucing 😂😂🏃♂️
HapusDihhh..
HapusYa ampunnn uda lama gak denger atau baca kata KEPRET
BalasHapus"Gw kepretttt loe!", hahahaha soooo 90s banget!
Btw, waktu kecil, bahkan sebelum SD, saya inget banget, pernah dipukul Bapak pake rotan yang biasa buat bersihin kasur itu, alamakkk nangis kejerrr berjam-jam. Memorinya pun kerekam ampe sekarang, dan ini sepertinya yang bikin saya gak terlalu deket ke Bapak sampai beliau meninggal. Tapi ternyata, hobby Bapak nulis dan denger musik, ini nurunnya ke saya.
Makasih ya Kang udah share ceritanya, kisah hidup yang saya yakin banyak hikmahnya, bukan buat si pencerita yang mengalami aja tapi juga buat yang membaca cerita ini.
huhuuuhuhu, sama kayak saya, dipukul sama rotan sampai betis biru-biru, tapi entah mengapa saya udah lupa, semoga karena saya mulai memaafkan bapak akan sikap galaknya :D
Hapusbahaya juga membatasi anak atau terlalu mengekang anak,, akan memendam rasa penasaran dan suatu saat dapat meledak,, dan meluapkanya dengan kabur dari rumah hehehe
BalasHapusMeski dulu punya hidup yang kelam, syukurnya sekarang udah nggak lagi kan Mas?
BalasHapusTerimakasih buat kisah hidupnya Mas, ada banyak hikmah kehidupan yang bisa dipetik dari kisah Mas.
Aku baca kisah pengalaman hidup kang Satria yang pengalamannya banyak sekali jadi terharu.
BalasHapusAku ikut senang akhirnya kang Satria dengan sportif mau kembali ke rumah orang tua lagi.
Salut mau berbagi cerita dan pengalaman pribadi kepada kita semua.👍
Sukses buat kang Satria
Wah anak boedoet ternyata, pengalaman masa sekolah dulu jadi anak bandel pastinya gak terlupakan ya, btw meningan bandel waktu remaja deh daripada udah tua masi bandel wkwk
BalasHapusHoooo mas Satria anak Boedoet :))) jaman saya sekolah juga terkenal tuh suka tawuran, nakal-nakal hahahaha. Tapi nggak apa-apa, kalau kata ibu saya, nggak nakal nggak belajar meski saya selama jadi anak nggak pernah sampai kabur dari rumah :DD ehehe.
BalasHapusSaya pribadi nggak pernah mengalami sampai dipukul atau disabet dan sejenisnya oleh orang tua saya ~ paling kalau saya nakal orang tua saya hanya akan memanggil saya, lalu mengajak saya bicara. Cuma buat saya yang paling menakutkan justru kalau ibu menghela napas panjang atau mendiamkan saya :"))) that's why selama masa anak-anak, saya jadi berusaha jaga sikap agar ibu nggak menghela napas melihat tingkah saya :D
Eniho, semoga dari apa yang telah mas Satria alami ketika muda, membuat mas Satria tau apa yang harus dan nggak seharusnya dilakukan pada anak mas Satria. Kadang anak kalau terlalu dikekang juga jadinya akan berontak. Itu yang salah satu teman saya alami soalnya. Padahal, anak-anak juga sebenarnya perlu tau akan banyak hal selama dalam batas koridor wajar, orang tua hanya perlu mengawasinya (ini juga kata ibu saya) ehehe. Apapun itu, saya berdoa semoga mas Satria bisa jadi ayah terbaik untuk anak-anaknya mas. All the best and good luck! :D
Ps: maaf saya baru berkunjung ke sini hehe. Beberapa kali saya buka blog mas Satria karena mas Satria beberapa kali blogwalking ke blog saya. Cuma saya tutup lagi blog mas Satria karena saya lebih sering blogwalking malam, dan suara musik di page mas Satria nggak bisa dimatikan jadi kadang menabrak musik yang saya dengarkan ahaha. Maaf ya :))) mungkin ke depannya bisa kasih pilihan untuk turn off the music. Thank you, mas ~
Oalah ternyata tombol turn off music-nya ada di bawah :)) baru sadar, mas.
HapusSekarang jadi bisa berkunjung ke sini dengan leluasa ~ *update komen di atas*
Kalau biasanya baca posting panjang gini bacanya mata jadi berair, kali ini dobel airnya plus nangis juga, nusuk hati banget pas dibagian cerita Merry meninggal saat tiduran dilengan Kang Satria, yg bikin sedihnya itu karena sebenarnya dia org baik.
BalasHapusHmm.. semua org dgn kenakalannya masing2, tapi yg terpenting bisa tobat.
Btw kebetulan ini sambil komen sambil nonton acara 86, hampir tiap mlm polisi nangkap org tawuran, bawa clurit, samurai, narkoba, malak, nuansanya makin klop dgn cerita diatas..
Btw cerita ttg mangkal2 di lampu merah gak diceritain juga kah kang 😛😛🏃♂️🏃♂️
Baru selesai baca tulisan ini jam 4 subuh, panjang sekali pengalaman remajanya yah 😅
BalasHapusSaya ingat dulu juga kepengen masuk STM (lupa alasannya) tapi ternyata Ibu saya tiba-tiba ngedaftarin saya masuk SMEA 😂 (gak berani ngelawan kalo sama Ibu), kalo gak pasti saya sama kayak Mba Rey, cewek lulusan STM 😁
Mungkin juga karena didikan ortu, yang pengen anak cowok. (Jadi dulu saya lebih ngalir aja kalo maen sama anak cowok, beda kalo maen sama cewek hihihi... Maklum, dari 8 sodara 7 cewek semua 😂 dulu yang cowok lahir waktu saya udah kuliah).
Tapi sayangnya bukan cuma pengen anak cowok aja, sayapun juga sering mendapat perlakuan di hajar seperti anak cowok jika tidak sesuai dengan keinginan Ortu laki-laki. Meskipun tidak dalam perhatian soal pendidikan. Saya harus mengalah dan berusaha sendiri, dan untungnya tidak seperti Merry. Saya masih diberi kesempatan untuk mengenal dunia yang lebih baik.
😅 mungkin karena itu juga saya harus banyak-banyak bersyukur, tidak menyesali masa lalu, tapi bangga karena pengalaman itu ternyata mampu kita lewati. Pengalaman hidup yang membuat kita menjadi orang yang lebih baik (dan bisa jadi, lebih baik dari orang-orang yang ada disekitar kita) 😁
Kamu angkatan boedoet juga yaa. Teman kantorku ada yg lulusan sana, tp SMA nya sih bukan STM. Donald Sibarani, ga tau deh kamu kenal ato ga.
BalasHapusBtw , sedih sih baca yg part dipukulin Ama ortuku itu. Ntahlaaah, aku ga prnh ngalamin gitu, jd agak shocked aja kalo ada ortu yg menghukum anak sampai begitu :(. Papa mamaku ga terlalu Deket Ama anak juga, tp kalo marah ga pernah mukul.
Tapi kalo skr semua pengalaman td bisa bikin kamu LBH mandiri, ya bagus lah mas :). Tp semoga ga nyentuh2 narkoba lagi yaak :D
TERIMA KASIH SUDAH MELUANGKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBACA CORETAN YANG EEHEEM,! UHUUKS2!
Emoji