Sssttt!!...🤫 🤫 Orang nggak waras jongkok di WC.🙄 🤔


Haaiii permirsa apa kabaar!!, Muke gilee luh.....Kangen nggak sama gw yang menggoda dan mempesona......Iiiiihhhh jijay plus amit-amit daahh!..😲😳😳🤑 🤣 Yaa kali ini saya akan melanjutkan kisah kedua setelah postingan sebelumnya yang berjudul ~NAFSU DADAKAN~ Dan dalam kisah itu akhirnya sayapun ditinggalkan Ferra pacar saya, Tak hanya itu saja sayapun harus kehilangan pekerjaan dan dibenci pula oleh ibu Rika atasan saya. Padahal sejujurnya keduanya orang yang sangat istimewa dihati saya.😢😢

Namun apa daya....Kini tinggalah butir-butir air mataku mengalir, Bagaikan air yang mengalir dari hilir....Kumenangis sendirian didalam kamar karena yang lain sedang pergi kepasar. Kuingin berteriak keras biar orang seluruh dunia pada mendengar.

Tapi sayang suaraku terbatas terdengar sampai kelurahan paling banter sampai sekecamatan...Engkau kejam engkau sadis kekasihku yang egoistis tapi manis seperti pala manis.

Kau putuskan tali cintaku yang tebal seperti tambang kapal...Hatiku kini hancur luruh bagaikan cermin yang jatuh dari helikopter....Tak mungkin bersemi lagi.

Kini tiada lagi cinta yang tinggal cuma celana kolor...Hidup terasa hampa udara napasku sesak seperti menghirup asap tabunan...Kan kubawa luka hatiku berlari marathon lewat tol jagorawi...Semoga aku dapat melupakan wajahmu yang bulat seperti bangkuang bogor.

O...ho...ho...Hoo..Ooh kekasih....Oo..ho...ho....ho...Pegel semua.


Eeehh kok gw malah nyanyi yaa Haahaaa 🤣 🤣 🤣 Suuueeee!...Ok Sekarang Seerriiuuuss!!..😬😳


Resah dalam kesendirian dengan ditemani rintik hujan yang terus menemani disunyinya malam. Yaa begitulah hari-hari yang saya lewati setelah kehilangan semua yang saya harapkan. Ferra sang kekasih pergi dengan kebenciannya meninggalkan saya. Begitupun ibu Rika atasan saya, Orang yang teramat istimewa bagi saya dalam hal pekerjaan begitupun dalam hal asmara. Mengapa begini...? Mengapa semuanya bisa terjadi...? Yaa yang terjadi sudahlah terjadi meski dalam hati berat meninggalkan semuanya. Tetapi memang semuanya harus tetap diakhiri.

Hampir dua bulan telah berlalu semenjak saya sudah tidak bekerja lagi namun semua belum bisa saya lupakan begitu saja. Meski ibu saya tercinta selalu berharap saya harus berjiwa tegar dalam menghadapi semua ini. Dan karena ibu saya pula saya mengakhiri pekerjaan saya, Setelah saya pertimbangkan semuanya sangat benar saran dari ibu saya, Berhenti bekerja lebih baik ketimbang banyak beberapa orang yang harus tersakiti nantinya.

Siapun orangnya baik laki-laki maupun wanita tentunya akan merasa dapat gunjangan jiwa jika harus kehilangan pekerjaan sekaligus kekasih tercinta. Seperti yang saya alami meski mencoba tegar dalam keadaan seperti apapun. Seperti diibaratkan jiwa saya tidak sekuat baja yang berusaha untuk menahan peluru tajam yang selalu terus menghujaninya.

Malam sunyi semakin meninggi angin dingin yang terus berhembus memasuki ruang kamar yang saya tempati. Meski hawa dingin semakin terasa saya tetap tak bisa memejamkan mata ini. Bayangan demi bayangan orang yang saya sukai semakin nyata terwujud bagai ingin menggapai dan terus tetap bersama. Kenangan-kenangan indah baik sewaktu ditempat kerja maupun saat berpacaran dengan Ferra terus saja menggelayuti dalam pikiran saya. Meski pada kenyataannya saya hanya bisa meratapi kedua wanita tersebut. FERRA dimata saya dia wanita yang lembut dan tegas, Meski mempunyai rasa cemburu yang tinggi, Tetapi inilah bukti dirinya itu setia dan tidak suka dikhianati. Sedangkan RIKA meski masih berusia muda ia punya pola pikir yang dewasa, Enerjik dan mempunyai jiwa pemimpin yang tinggi. Dan karena itu pula Rika selalu jadi yang teristimewa dalam pandangan saya. Dan dari beliau pula saya banyak tahu tentang arti kehidupan. Jadi apapun yang saya alami atas kejadian ini wajarlah bila saya masih terngiang dan berharap apa yang saya alami bisa terulang kembali meski faktanya tak mungkin terjadi.

Pukul 3.00 pagi sayapun masih terjaga dengan pikiran-pikiran tak menentu hingga akhirnya 15 menit kemudian setelah kelelahan berpikir sayapun akhirnya tertidur lelap. Hingga hari terus berganti suasana siang menjelma kembali dan sayapun mencoba mencari kesibukan yang lebih bermakna dalam posisi yang kini menjadi pengangguran kembali. Saat hendak berlalu menuju kamar kembali ibu tercinta saya datang menghampir.

"Kau masih belum bisa melupakan dua wanita tersebut Satria"....Tanya ibuku.

"Tidak juga bu, Cuma jenuh saja biasa bekerja kini dirumah kembali"...Jawab saya mencoba mencairkan suasana.

"Kau jangan berdusta kepada ibu Satria, Karena apa yang ibu putuskan itu demi kebaikanmu. Dan juga ibu tak mau terbebani atas masalahmu, Oiya jika kau ingin serius lakukanlah yang terbaik untuk Ferra kekasihmu".

"Baiklah bu, Satria akan terus berusaha memberi pengertian kepada Ferra dan keluarganya. Mungkin besok saya akan mengunjunginya sambil mencari pekerjaan baru. Dan Satria sudah ikhlas kok bu melepas semuanya"...Seru saya meski sedikit terbebani.

"Baguslah kalau kau masih bisa berpikir jernih, Oiya jika kau butuh sesuatu seperti uang saku ibu masih sanggup memberimu meski tidak banyak".

"Untuk sekarang Satria belum membutuhkannya bu, Satria masih punya simpanan tabungan kok".....Balas saya sambil segera berlalu dari hadapan ibu saya.

Keesokan harinya sayapun mencoba mencari pekerjaan baru dengan mendatangi seluruh perkantoran yang ada diibukota. Motorpun saya pacu dengan perlahan sambil menikmati suasana dan jalan ibukota. Meski pagi itu suasana nampak cerah tetapi semuanya seperti riuh dan tak bernyanyi. Hanya dua kantor saja yang saya singgahi namun hasilnya nihil dan tak ada lowongan. Hingga akhirnya saya jenuh dengan semua itu lalu sayapun memutuskan untuk menuju kerumah Ferra yang berada dikawasan Kali Malang Jakarta timur. Sesampainya disana sayapun bersyukur karena bertemu dengan kedua orang tuanya yang saat itu memang sedang berada dirumah. Walau pada akhirnya sayapun kembali harus menelan pil pahit kehidupan. FERRA sudah tidak tinggal dirumah lagi, Ia memilih bekerja daerah Riau Pekan Baru dimana tempat ia dilahirkan disana Meski saya tak percaya tetapi semuanya tetap nyata adanya.

Kedua orang tuanya pun menceritakan semuanya kesaya tanpa ada yang tertinggal, Sayapun medengarkannya dengan syahdu tanpa banyak bicara, Walau pada akhirnya sayapun harus rela ditinggalkan Ferra demi sebuah pekerjaan yang berada jauh disebrang sana.

"Kau tak perlu risau nak Satria jika kalian berjodoh pasti bertemu jua"....Seru kedua orang tua Ferra menghibur.

"Baiklah bu, Pak terima kasih atas semuanya dan jika ada waktu saya akan selalu berkunjung kesini untuk memastikan kepulangan Ferra".

Kedua orang tua Ferra mengangguk sambil melepas kepergian saya yang mulai jauh meninggalkan kediamannya. Bagai makin terbebani kepala sayapun dipenuhi pikiran-pikiran yang tak tentu arahnya. Sejak saat itu saya merasa bagai orang yang terpuruk dalam hidup. Bagai dunia beku mati, Dan tak tahan melihat hati ini dalam jiwa yang kesendirian akhirnya sayapun memang harus melupakan yang namanya wanita. Meski saya tahu manusia selalu hidup berpasang-pasangan. Tak mau larut dalam hal yang tidak pasti sayapun mencoba mencari kegiatan atau kesibukan yang bisa melupakan tentang wanita....Karena semua wanita racun bagi hidup saya kala itu.😲😲

Hari-hari terus berlalu meski hidup dalam kesendirian tanpa kekasih sayapun mencoba tenang dan berjiwa santai, Karena bagi saya banyak pria-pria jomblo diluaran sana yang mungkin senasib dengan saya. Hingga pada suatu hari dikala saya sedang olahraga sepeda diminggu pagi sahabat saya yang memang satu hobi dengan saya mencoba mengajak saya berbisnis setelah tahu bahwa saya sedang menganggur.

"Sat dengar-dengar luh lagi menganggur memang"....Tanya Martin sahabat saya.

"Iyah nih Tin, Jenuh saja sama pekerjaan yang monoton dan ingin cari yang sedikit berbeda"....Seru saya agak berbohong.

"Jadi begini Sat, Gw minta bantuan luh untuk jadi teman bisnis gw, Yaa tetapi gw nggak maksa luh juga sih".....Begitu jawab Martin pria berdarah batak yang lama menetap dijakarta.

"Bisnis apa Tin?"..Tanya saya kembali.

Akhirnya Martin dan saya menepikan sepeda kesebuah taman agar lebih nyaman untuk berbicara....."Jadi begini Sat, Bokap nyokap gw punya toko dikawasan Tanah Abang, Dan gw juga punya Distro pakaian. Tetapi bokap dan nyokap gw ingin memenuhi distro gw dengan jenis macam pakaian dan tetek bengeknya. Yang menurut gw aneh ajalah Distro dicampur segala macam pakaian yang bukan pada style gayanya"....Serunya mulai serius. "Distro luh memang ramai Tin"....Tanya saya kembali.

"Itu masalahnya Sat, Distro gw lagi sepi dan karyawan gw pun berhenti karena jenuh"....Jawabnya kembali.

Dan sayapun mulai bisa menangkap apa yang menjadi akar masalah teman saya Martin dengan orang tuanya.

"Ok gw akan bantu luh Tin, Cuma sebelumnya bawa gw dulu ke toko nyokap dan bokap luh setelah itu kita ke Distro yang luh punya"..…Jawab saya santai.

"Serius luh Sat, Mau bantu gw"....Tanyanya sedikit berharap kembali.

Sayapun mengangguk, Dan akhirnya esok harinya saya mulai punya kesibukan bersama Martin sahabat saya untuk berbisnis pakaian dan sejenisnya baik yang ada ditoko orang tuanya, Maupun yang ada di Distronya Martin.

Tiga hari telah berlalu sayapun mulai merapikan Distro milik sahabat saya Martin, Dan rencananya siang nanti saya akan mencoba memasarkan produk pakaian yang ada di Distro sahabat saya. Karena dengan begitu saya punya kesibukan dan bisa sedikit melupakan Ferra dan Rika yang selalu membebani pikiran saya selama ini.

"Jadi gw ingin Distro luh tetap buka Tin, Dan Distro ini anggap saja kantor kita. Urusan produk pakaian nyokap bokap luh biar gw yang jalani secara bertahap. Karena banyak persaingan terpaksa produk pakaian nyokap bokap luh, Akan gw jual sistem kridit atau tempo. Urusan pelanggan biar gw yang cari atau door to door"..

"Luh yakin Sat, Dengan begitu usaha Distro dan pakaian produk lainya bisa berjalan"....

"Gw akan berusaha Tin, Dan siapa pelanggan gw, Akan gw coba teman-teman sekolah, Kuliah dan setelah itu baru gw coba lingkungan sekitar hingga teman-teman gw lainnya. Luh bantu gw juga cari chanel keteman-teman luh lewat sms atau internet, Tetapi luh tetap stanby saja di Distro. Biar gw yang terjun kelapangan"...Seru saya sambil menyiapkan sampel produk pakaian yang akan saya pasarkan siang nanti.

"Sepertinya ide luh menarik Sat, Ok gw percaya sama luh Sat dan akan gw persiapkan segala sesuatunya untuk kebutuhan kita nantinya"....Seru Martin sambil tersenyum.

Dan sejak saat itu sayapun kembali mempunyai pekerjaan meski boleh dikatakan pekerjaan saya itu tak ubahnya hanya seorang tukang kridit pakaian yang harus memasarkannya secara door to door. Tetapi meski begitu saya menjalaninya dengan ikhlas dan sepenuh hati. Bersyukur dalam hitungan bulan apa yang saya terapkan mempunyai hasil yang cukup memuaskan banyak para pelanggan yang ingin mengeridit pakaian dan sejenisnya kepada saya. Meski para pengeriditnya hanya teman-teman dari lingkungan sekitar tempat tinggal saya dan Martin. Akan tetapi lama-kelamaan banyak pula pengeridit dari berbagai tempat lain yang tertarik dengan apa yang saya tawarkan.


~ JENUH & AKHIRNYA KEMBALI TEBAR PESONA KESEMUA WANITA ~


Hari berganti minggu, Minggu berganti bulan sayapun tetap semangat memasarkan produk pakaian dengan sistem kridit. Dan saat saya sedang asik keliling dengan membawa sample produk sprai dan bad cover, Tanpa sengaja saya bertemu dengan Devi yang dulunya sewaktu masih bekerja di telkom speedy ia menjadi anak buah saya. Kami berduapun saling tegur sapa.

"Deeviii"....Seru saya.

"Lho pak Satria dari mana pak"..

"Huuss!...Jangan panggil bapak aahh saya sudah bukan pimpinan kamu lagi, Panggil nama saja Dev"....Seru saya kembali.

Akhirnya saya dan Devi terlibat obrolan serius, Devipun banyak menceritakan tentang kantor selama saya sudah tidak bekerja lagi.

"Jadi begitu pak, Meski kantor sekarang dipegang ibu Lussy tetapi bu Rika banyak menentukan aturan untuk kerja diluar kantor. Sedangkan bu Rika sendiri hampir jarang kekantor. Dan benar atau tidaknya katanya bu Rika terlibat skandal selingkuh dengan petinggi pt Telkom. Jadi banyak aturan aneh yang sering diterapkan ibu Rika"...Seru Devi.

Sayapun tertegun atas penuturan Devi, Namun apapun itu saya sudah bukan orang kantor bu Rika lagi. Bahkan ia telah membenci saya pula, Dan apapun yang terjadi saya sudah tidak perduli lagi dengan semuanya urusan kantor yang terjadi sekarang.

"Ok Devi begini saja sekarang selama posisimu masih nyaman dikantor yaa ikuti saja alurnya, Tetapi jika sudah tidak nyaman lagi tinggal kau pikirkan yang terbaik untukmu secara matang-matang".

"Iya sih pak, Tetapi terkadang jadwal keluar kantor suka berubah-rubah secara mendadak mungkin ini yang membuat saya sedikit kurang nyaman, Oiya kenapa sih bapak berhenti, Apakah pacar bapak cemburu sama bu Rika".....Seru Devi yang membuat saya agak sedikit kaget.

"Huuss!!...bisa saja kamu Dev tapi yaa begitulah mungkin, Dan bapak juga ingin mencari pekerjaan lain yang bergaji lebih besar".....Balas saya kembali kepada Devi sedikit berbohong. Hingga akhirnya saya mencoba mencairkan suasana dengan mentraktir Devi kesebuah Cafe.

Waktu terus berjalan hingga sorepun menjelma setelah urusan keliling menawarkan pakaian selesai akhirnya saya segera kembali ke Distro milik sahabat saya Martin untuk audit pembukuan. Meski harus ada waktu yang sedikit terbuang akibat bertemu Devi. Tetapi setidaknya saya puas masih bisa mengetahui apa yang terjadi pada kantor tempat bekerja saya dulu. Walau terkadang hati kecil saya masih ada rasa ingin berjumpa dengan ibu Rika. Setelah sampai di Distro sayapun segera santai sejenak dengan merebahkan tubuh saya diatas sofa, Dan entah mengapa ada rasa ingin punya pacar kembali. Pikiran-pikiran itu terus kembali menghantui jiwa saya, Akhirnya sayapun hanyut kembali dalam khayalan, Dimana ingin rasanya bertemu kembali dengan Rika dan Ferra atau adakah pengganti dari keduanya yang sama dengan gaya dan sifatnya.

Lamunan sayapun terhenti saat sebuah suara memanggil nama saya......"Wooyyyy!, Apa yang luh pikiran Sat, Malem minggu masih jaauuhh!!"....Seru seseorang yang ternyata Martin.

"Aahhh!, Luh Tin bikin kaget gw saja, Gw nggak mikirin malem minggu pacar gw juga entah dimana"....Balas saya sambil meneguk minuman dingin yang ada dimeja.

"Haaahaaaa!,, Carilah pacar baru apa perlu gw cariin"....Seru Martin.

"Eeehh ngomong-ngomong luh punya pacar Tin? Atau luh banyak teman wanita yang masih jomblo"....Tanya saya penasaran.

"Haaahaaa masalah itu gampang Sat, Malam minggu luh ikut gw kerumah pacar gw. Dan teman pacar gw banyak yang jomblo"....Jawab Martin santai.

"Serius luh Tin, Mau-mau gw oiya kalau bisa malam minggu nanti gw bawa sample produk pakaian kita lah biar bisa sambil menyelam minum air".

"Nah usul bagus tuh Sat, Ok deh malam minggu nanti semuanya akan gw persiapkan"......Akhirnya kami berduapun tertawa bersama dan segera mengaudit hasil penjualan.

Sore berganti malam didalam kamar entah mengapa sejak bertemu dengan Devi anak buah saya, Saya kembali kepikiran oleh Ferra dan Rika. Meski sudah mencoba untuk melupakannya. Akhirnya tak ingin terbebani kembali sayapun mencoba menghungi nomor ponsel Ferra. Beruntung orang tua Ferra masih mau berbaik hati memberi saya nomor ponsel Ferra sewaktu mampir kerumahnya.

Nada teleponpun mulai tersambung 1 menit, 2 menit....Dan seterusnya, Tetapi sepertinya Ferra enggan mengangkat telepon saya. 1 jam telah berlalu, Tak patah semangat sayapun kembali menghubungi Ferra dengan nomor yang berbeda. Nadapun tersambung dan hanya ada kata Hallo, Tetapi setelah tahu suara saya sepertinya Ferra dengan cepat memutuskannya. Meski saya beberapa kali mehubunginya kembali tetap tak ada jawaban. Akhirnya saya mencoba sms keponselnya Ferra dengan panjang lebar dan berkali-kali tetapi hasilnya tetap nihil satu pesan sayapun tak ada yang dibalas oleh dirinya.

Akhirnya kesal dengan semuanya dan tak ingin punya beban kembali sayapun mencoba rilaks dengan membuka Facebook. Meski kala itu belum semua orang paham dan punya Facebook. Yaa karena pada saat itu untuk berinternet kita haru kewarnet. Beruntung komputer pentium 4 saya kala itu masih normal meski hanya punya RAM 512. Tetapi masih mampu untuk berinternet dan aktivitas lainnya. Meskii saya mantan marketing Speedy, Tetapi saya tidak pasang Speedy dirumah karena maahaall dan tidak penting juga kata ibu dan keluarga saya.😊😄

Sayapun berinternet ria untuk menghilangkan suntuk dan beban pikiran, Sayapun senang bermodus-modus ria pada wanita-wanita didumay. Hingga saya dapat akrab dengan seorang wanita yang bernama Karlina. Dan beruntungnya Karlina masih satu wilayah dengan tempat saya tinggal. Akhirnya saya dan Karlina salin curhat, Dan saya mengaku pria jomblo yang tidak pernah punya pacar. Modus yang saya lakukan akhirnya berhasil Karlinapun mulai iba dengan saya hingga akhirnya saya dan dirinya memberikan nomor ponsel dengan cara inbox dan dari Facebook kini berakhir dengan bertelepon ria sampai pagi. Meski harus habis pulsa 100 ribu sayapun tidak perduli yang terpenting saya punya pacar baru meski boleh dikatakan belum resmi.




Seminggu telah berlalu akhirnya dari bertelepon ria sayapun membuat janji untuk bertemu dengan Karlina dan singkat cerita sayapun berpacaran dengan Karlina. Dan ini pertama kali juga saya kenal gadis di Facebook yang berakhir dengan pacaran. Hari-hari sayapun kembali menyenangkan karena kembali mempunyai pacar. Bahkan jika sudah selesai bekerja sayapun dengan senang hati akan menjemput Karlina dikampusnya dan kami berdua pun tidak langsung pulang akan tetapi lebih senang jalan-jalan menikmati indahnya ibukota. Tak hanya itu saja saya dan Karlinapun rajin nongkrong ditempat-tempat kuliner yang menurut kami berdua punya citra rasa menarik. Dan atas kejadian ini sayapun lupa pernah punya janji dengan Martin bahwa ingin memasarkan produk pakaian sambil mencari pacar. Hingga seminggu telah berlalu Martinpun menegur saya sewaktu saya sedang berada di Distronya.

"Sat!, Kapan nih kita malem mingguan sambil promosi barang dagangan kita? Bukankah luh pernah bilang ingin menyelam sambil minum air. Artinya sambil bawa dagangan cari-cari pacar"....Seru Martin santai.

"Ooohh Sorry Tin, Iya ...Yaaa hampir lupa gw, Kapan nih rencananya kita bisa berjalan"....Tanya saya kembali.

"Terserah luh, Gimana kalau sabtu besok"...Balas Martin kembali.

Entah mengapa saya justru mengiyahkan ajakan Martin. Meski saya sudah punya pacar baru tetapi saya tidak mau cerita ke Martin, Terlebih orang tua saya. Jadi ajakan Martin tetap harus saya lakukan karena Janji adalah hutang.

"Ok deh Tin, Atur gimana baiknya dan gw akan mempersiapkan katalog barang yang akan kita pasarkan nanti"....Balas saya sambil tersenyum.

Akhirnya hari yang dinanti-nantikan pun tiba sehabis magrib saya sudah siap untuk berangkat ke Distro untuk menemui Martin dan langsung menuju tempat dimana saya akan dikenalkan oleh seorang wanita teman dari pacarnya. Agar acara saya dan Martin berjalan lancar sayapun terpaksa berbohong dengan Karlina,, Alasannya bahwa malam minggu ini harus mengantar orang tua menjenguk saudara yang sakit. Beruntung akhirnya Karlinapun mau mengerti. Satu jam telah berlalu akhirnya saya dan Martin langsung menuju Tkp. Motorpun melaju dengan cepat seolah ingin menerjang malam, Langit Jakartapun tampak terang benderang oleh bintang dan bulan yang mulai Eksis memancarkan cahayanya. Akhirnya tidak berselang lama saya dan Martin tiba dirumah pacarnya yang bernama Yohana. Dan tanpa basa-basi akhirnya Martin menyuruh Yohana untuk memanggil wanita yang katanya cikal-bakal pacar saya.

Selang beberapa menit,, Yohana pacarnya Martin telah tiba dengan seorang wanita berambut pendek yang sangat cantik. Bahkan dalam hitungan menit saja Karlinapun terlupakan oleh saya.😲 Akhirnya kamipun saling sepasang. Dan Yohanapun langsung mengambil alih pembicaraan.

"Nih kenalin sahabatku namanya Rizky Amelia Putri".....Seru Yohana kepada saya.

Sayapun tersenyum senang malam itu, Beruntung antara Martin dan Yohana mengerti dengan apa yang saya rasakan. Sehingga keduanya membiarkan saya ngobrol dan saling mengenal satu sama lainnya. Hingga akhirnya Martin dan Yohana pergi untuk sekedar cari angin dan membiarkan saya berdua dengan Amelia.

"Ok Sat, Gw tinggal dulu yaa, Dan luh disini saja sama Amelia sampai gw datang"....Seru keduanya dan segera berlalu meninggalkan saya dan Amelia.

Sayapun hanya tersenyum sambil mengangguk akhirnya saya dan Amelia terlibat obrolan seru, Dari mulai bisnis, pekerjaan hingga akhirnya kami lebih memilih bicara tentang pribadi masing-masing. Baik saya dan Amelia memang sudah cukup klop, Sehingga saya dan Amelia cepat akrab dan nyambung jika berbicara serius.

Dan sejak itu pula Martin dan Yohana mereka jadi saksi bahwa saya dan Amelia berpacaran. Sayapun tak mau mengelak dalam hal itu, Meski ada perasaan berdosa tetapi sepertinya lidah saya selalu keluh untuk berkata jujur bahwa saya juga masih menjalin hubungan dengan Karlina. Meski dalam hal ini saya mampu membuat keduanya percaya sepenuh hati.



~ AKHIRNYA KEDUSTAAN ITU TERUNGKAP ~


Hari-haripun kembali berlalu tanpa pernah mengenal waktu, Dalam hal pekerjaanpun lancar tanpa kendala begitupun hubungan saya dengan Karlina dan Amelia. Meski ada sedikit ketegangan sayapun berusaha mengatur waktu sebaik mungkin, Untuk dapat memahami sifat dan pribadi dari kedua wanita tersebut. Karena saya mempunyai target tersendiri terhadap keduanya. Meski keduanya baik akan tetapi saya tetap mencari yang lebih terbaik untuk menjadi pasangan abadi selamanya. Walau saya sadari apa yang saya lakukan tetap melanggar aturan yang ditetapkan untuk perasaan hati dan kehidupan.

Dua bulan telah berlalu tanpa terasa, Namun apapun yang terjadi kehidupan ini tetap harus berjalan. Pukul 15.00 sore ponsel sayapun berdering dengan nyaring sayapun mencoba mengangkatnya. Dan terdengar suara lembut Amelia mendengung pada speaker ponsel saya.

"Satria jemput aku dong ditempat kerja. Dan ada hal juga yang harus aku bicarakan kekamu"....Seru suara lembut yang mengalun dispeaker ponsel saya.

"Ok kamu tunggu 10 menit lagi yaa soalnya pekerjaanku tanggung nih Mel"...Jawab saya.

Akhirnya setelah sepakat dan sesuai dengan janji yang sudah saya tetapkan, Akhirnya sayapun dapat berjumpa dengan Amelia ditempat kerjanya yaitu sebuah bank kantor cabang pembantu wilayah jakarta selatan. Setelah bertemu kami berduapun saling tersenyum.

"Apa yang ingin kau bicarakan Mel, Apakah sesuatu itu penting untuk hubungan kita berdua"....Seru saya sambil menggoda.

Ameliapun kembali tersenyum menggoda....."Apaa yaa? Ada deeh!, Jangan disini ah kita bicara dicafe saja yuuks sambil ngopi dan santai"....Balasnya, Sambil menaiki jok belakang sepeda motor yang saya tunggangi.

Photo Jaduull

Akhirnya kami berdua segera berlalu dan mencari sebuah cafe yang menurut kami nyaman untuk berbicara empat mata sekaligus santai. Akhirnya Ameliapun menceritakan apa yang ingin ia bicarakan. Meski pada akhirnya saya sempat sedikit tertawa dengan apa yang ia tuturkan.

"Haaahaaa....Duuhh Mel, Kamu tuh bikin aku dag-dig dug seerr!. Aku pikir apa yang ingin kamu bicarakan"....Seru saya sambil menarik-narik hidung Amelia.

Wajah Amelpun bersemu merah dan iapun kembali berkata...."Yee emang nggak boleh aku merayakan ulang tahunku sedikit meriah"....Jawabnya sedikit cemberut.

"Yaa boleh saja sih, Justru aku senang dan apa yaa kado menarik untukmu"....Goda saya.

"Hayyoo!, Apa yang aku inginkan kamu harus tahu yaa...Jadi sampai Ultahku selesai kamu masih aku kasih kesempatan untuk mencari sesuatu yang aku mau"..

"Ok deh sayang akan aku usahakan sebuah kado terindah untukmu"....Gombal saya kembali.

Akhirnya saya dan Amelia saling bercanda gurau hingga malam menjelma barulah saya dan Amelia meninggalkan cafe tersebut. Dan pulang menuju rumah masing-masing.

Dua minggu telah berlalu hari yang ditunggu-tunggupun telah tiba, Yaitu perayaan ulang tahun Amelia yang ke 22. Meski belum mendapkan kado spesial untuk dirinya saya masih tetap tenang, Karena saya masih diberi kesempatan sampai acara ulang tahun Amelia selesai dan masih bisa esok hari atau lusa.

Disuatu siang saat saya sedang audit pembukuan di Distro sahabat saya Martin, Karlina tiba-tiba menelpon saya dengan mendadak.


"Satria sabtu besok temani aku yaa kerumah saudaraku, Oiya kamu masih ditempat kerja atau sudah akan pulang"....Tanya Karlina sengit.

"Kerjaanku hampir beres tetapi besok aku lembur. Kalau kamu masih dikampus tunggu saja nanti aku jemput kamu"...Seru saya.

Akhirnya Karlinapun menunggu kedatangan saya dikampusnya untuk segera dijemput. Sesampainya disana sayapun menceritakan soal jadwal kerja yang begitu padat kepadanya. Sayapun berusaha meyakinkan Karlina seyakin-yakinnya bahwa hari sabtu besok saya tidak bisa menemaninya kerumah saudaranya.

"Kerjaanku lagi padat Karlina, Mungkin kalau hari minggu aku bisa bersama kamu. karena sabtu besok tagihan dan audit penjualanku harus tuntas besok malam"....Jawab saya berbohong.

"Yaa sudahlah kalau begitu, Aku percaya sama kamu tapi hari minggu kamu harus tepati janjimu sama aku"....Seru Karlina agak cemberut.

Akhirnya demi menyenangkan Karlina sayapun mengajaknya berjalan-jalan keliling kota hingga berakhir mampir disebuah cafe untuk berbincang-bincang santai dan selepas magrib barulah kami pulang kekediaman masing-masing. Meski sudah bisa menguasai hati keduanya, baik Karlina dan Amelia entah mengapa hati saya selalu tetap dalam keresahan. Entah apa penyebabnya saya sendiri tidak tahu apa yang membuat jiwa saya resah tak tentu arah.

Hari yang dinanti telah tiba sabtu sore saat hendak memasuki Distronya Martin saya disambut suka cita oleh Martin & Yohana. Sepertinya keduanya ingin mendukung saya dalam hal pemberian kado ultah untuk Amalia.

"Ciiieee yang lagi bahagia"....Seru Yohana dan Martin.

"Lhoo bahagia, Siapa yang bahagia?"....Jawab saya santai.

"Aahh suka pura-pura luh Sat, Haayoo apa kado terindah untuk Amelia Sat"....Tanya Yohana dan Martin.

"Ooohh itu, Haaahaaa...Itu akan menyusul besok karena Amelia juga banyak memberi waktu luang ke Gw Yo.....Termasuk kado"...Jawab saya kembali.

"Ok deh Sat setelah kita selesai bebenah, Sehabis Magrib kita Otw kerumah Amelia. Pasti ia sudah rindu menantikan luh"....Seru Martin.

Akhirnya kami bertiga pun tertawa dan segera berkemas-kemas untuk menikmati malam minggu sekaligus menghadiri perayaan ulang tahun Amelia. Yang boleh dikatakan cukup berkesan dan menyenangkan bagi saya.

Dua jam telah berlalu setelah bebas dengan segala rutinitas pekerjaan yang membelenggu akhirnya kami bertiga bergegas menuju keacara ulang tahun Amelia. Pukul 19.30 malam kami telah tiba dirumah Amelia. Iapun senang atas kehadiran kami bertiga Terlebih dengan adanya saya. Meski cuma acara sederhana dan hanya ada berapa kerabat dan teman kerja saja tetapi dimata saya semua itu tetap mewah. Acarapun dimulai sampai akhirnya pukul 8.30 acara tiup lilin pun selesai. Ameliapun nampak cantik malam itu sayapun tak ragu menemaninya sambil membantu memotong kue untuk membagikan kesemua rekan-rekan yang hadir. Namun siapa sangka sedang asik bersuka cita ria sayapun dikejutkan dengan sebuah suara yang tak asing ditelinga saya.

"Saattriaa!....Ini yang dibilang kesibukan dan kerja lembur".....Seru sebuah suara dengan berang.

Sayapun tersedak dan bagai tersambar petir secara mendadak, Sayapun sangat kaget bercampur rasa bersalah karena dihadapan saya kini telah berdiri Karlina dengan segala keangkuhan dan kekesalannya terhadap saya. Dalam ketegangan tersebut Amelia pun menghampiri Karlina dan berkata.

"Kau kenal Satria In"....Tanya Amelia.

"Aku kenal sejak dua bulan yang lalu mbak, Dan kemarin aku ingin mengajaknya keacara ulang tahunmu, Tapi dia bilang ia kerja lembur dan waktunya tak cukup".

Melihat hal itu sayapun dengan cepat menarik lengan Karlina dan berusaha menjelaskannya dengan berbagai alasan. Namun ternyata Amelia lebih dulu menghalangi saya dan menampar saya.

Plaaakkkss....Plaaaks!!.

"Keterlaluan luh Sudah nyakitin saudara gw, Dan luh tuh tak ubahnya duri pula dihati gw Satria!"...Seru Amelia sambil sedikit menitikan air mata.

Sayapun tak tahu harus berkata apa lagi, Namun semua ini tetap harus saya jelaskan pada Amelia namun ternyata Karlina sudah mengambil gelas yang masih berisi sirup dan menyiramnya ke wajah saya dengan penuh emosi.

"Puuaass!..Luh nyakitin dan bohongi gw selama ini. Dasar buaya luh".....Bentak Karlina berapi-api.

Sesuatu yang saya anggap menyenangkan kini berubah menjadi perseteruan, Dan siapa sangka ternyata Amelia dan Karlina punya hubungan saudara. Malang tak dapat dihindari, Untung sudah sangat jauh berlari. Akhirnya sayapun mencoba keluar dari rumah Amelia untuk menuju dimana saya memarkirkan motor. Saya sudah tidak perduli dengan sorakan-sorakan dari saudara serta teman-teman Amelia yang memang saat itu begitu geram melihat kelakuan saya.

"Huuh!!....Dasar buaya...Yaa tetap buaya....Buayaa...Buuaayyaaa!!".....Seru tamu-tamu yang hadir dalam perayaan ulang tahun Amelia yang secara spontan langsung ikut membenci saya malam itu.

Dan inilah pertama kali dalam hidup saya disorakin dan diberi gelar lelaki buaya. Memberi alasanpun percuma saja, Tak mau tertekan sayapun langsung ingin tancap gas meninggalkan tempat kediaman Amelia. Namun baru berapa langkah saya berjalan sebuah suara kembali meneriaki dan mencaci saya kembali.

"Saattriiiaaa!,, Gw nggak sangka, Ternyata luh nggak sesuai yang gw bayangkan, Nyesel gw ngenalin luh sama Amelia Dan perlu luh ingat sama saja luh nggak pernah menghargai gw"....Bentak wanita yang tak lain adalah Yohana.

Tak lama berselang Martinpun datang menghampiri saya....."Sat!, Aaduuhhh...Saat!, Kenapa jadi begini sih aahh!"..

"Yo, dan luh juga Tin...Gw minta maaf atas semuanya, Sory kayanya gw memang tidak pantas berlama-lama ditempat ini".....Tanpa menunggu instruksi sayapun segera berlalu dan meninggalkan kediaman Amelia, Dan tanpa pamit padanya pula. Angin dinginpun mulai menyusupi tubuh saya, Namun tak membuat saya goyah. Bahkan sayapun terus memacu motor saya sekencang-kencangnya tak tahu harus kemana. Akhirnya motorpun saya arahkan ke wilayah utara jakarta menuju pantai untuk sekedar menenangkan diri.

Keesokan harinya disebuah Distro pakaian dimana tempat saya bekerja. Sayapun terlibat obrolan serius dengan Martin.

"Yohana marah besar Sat, Dan gw juga bingung harus gimana lagi nih"....Ungkap Martin.

"Gw ngerti perasaan luh Tin, Tapi luh nggak usah khawatir gw nggak benci sama luh berdua, Justru kalau Yohana marah hal wajar, Apapun menurut Yohana termasuk luh juga tetap gw terima dengan ikhlas. Dan masalah Amelia dan Karlina biarlah menjadi urusan gw, Satu hal lagi Tin yang terpenting gw tetap akan fokus pada pekerjaan"....Jawab saya.

"Baiklah Sat, Kalau begitu biarlah urusan cinta dan asmara gw nggak akan ikut campur mulai hari ini, Dan masalah Yohana biar nanti gw yang beri pengertian terhadapnya".....Balas Martin kembali.

Akhirnya sejak saat itu aktivitas saya dan Martin dalam hal pekerjaan tetap berjalan normal meski Yohana kekasih Martin tetap selalu punya rasa kebencian terhadap saya. Namun itu tak membuat satu halangan bagi saya. Dan meski harus sendiri lagi kejadian ini tidak sama sekali membuat saya galau atau Frustasi. Tidak seperti sewaktu saya ditinggal Ferra dan Rika. Seolah kebal dengan semua masalah asmara yang terjadi pada diri saya justru beban itu serasa bagai guru yang berharga bagi liku kehidupan saya pribadi.

Perlahan tapi pasti seiring waktu yang terus berjalan akan banyak perubahan-perubahan dalam kehidupan. Dan tanpa terasa tiga bulan pun telah berlalu. Akhirnya tersiar kabar bahwa Martin ingin menikah dengan Yohana, Sebagai sahabat sayapun ikut senang, Dan menurut Martin ia menikahi Yohana karena tak ingin hubungannya kandas seperti yang terjadi pada diri saya yang memang sahabatnya. Menurut Martin juga ia banyak belajar dari sisi kehidupan saya. Dan Martinpun berharap saya bisa menyusul seperti dirinya.

Pernikahan Martin dan Yohanapun cukup meriah disebuah Gereja, Meski kami berbeda agama tetapi persahabatan kami selalu utuh. Terbukti akhirnya Yohana mau mengerti akan diri saya ini. Iapun berharap saya bisa merajut kembali hubungan cinta dengan syarat memilih satu wanita saja untuk menjadi yang terbaik selamanya seperti dirinya dengan Martin.

"Satria jika kau mau berubah pikiran aku masih memberi kesempatan kepadamu untuk memilih Amelia atau Karlina untuk pendampingmu selamanya"...Ucap Yohana.

"Benar Yo, Tetapi aku tak ingin menyakiti yang kedua kali pada keduanya. Jika salah satu jodoh gw mungkin cepat atau lambat akan kembali bersama gw juga Yo. Ok luh tenang saja Yo, Gw baik-baik saja kok Doakan semoga bisa menyusul seperti kalian berdua"...Seru saya sambil tersenyum.

Acarapun masih terus berlangsung ditengah meriahnya pesta Amelia dan Karlinapun turut hadir meski tidak ada tegur sapa dari keduanya namun sayapun tetap tersenyum walau kini harus kembali lagi dalam kesendirian. Bahkan setelah acara pernikahan berlalu beberapa minggu kemudian, Demi mejalani hidup baru Martin dan Yohanapun harus pindah tempat kekota Bandung. Termasuk Distronya, Meski diikut sertakan sayapun lebih memilih mengundurkan diri demi merubah hidup untuk masa depan yang lebih baik. Walau hari-hari saya sendiri seperti diawal mula namun apapun itu roda kehidupan tetap harus berjalan.

Demikianlah kisah kehidupan saya dalam kesendirian yang pada saat itu kembali harus sendiri dan sendiri lagi....Kalaku seorang diri hanya berteman sepi dan angin malam...Kucoba merenungi tentang jalan hidupku...Dalam cinta aahaaa...adakah cintamu...Aahaaa...Haaha...Laaguuu itu maah toong!!..🤣 🤣


Dalam kehidupan selalu ada beban..Namun terkadang sebuah beban hidup banyak dijadikan suatu masalah besar dalam kehidupan manusia, Dan tak jarang orang enggan terbebani. Akan tetapi jika kita mau berpikir jernih terkadang beban hidup itu bisa menyelamatkan jiwa kita dan menjadi sebuah pelajaran hidup.


Sebagai contoh...Sebuah insiden kecelakaan terjadi, Ketika sebuah truk besar tergelincir saat melintasi jalan tol layang. Dan Kepala truk menerobos pembatas jalan menyebabkan kendaraan berat itu bersiap untuk terjun bebas kebawah......Sang sopirpun hanya pasrah dan siap menyambut maut. Akan tetapi karena beban muatan yang dibawanya cukup banyak dan berat pula, Truk itu justru selamat?...Ternyata penyebabnya beban berat yang dipikulnya menahan kepala truk agar tidak terjatuh...Nah begitupun dalam kehidupan ini tak selamanya tekanan beban kehidupan selalu identik dengan kesengsaraan, Tetapi bisa jadi penyelamat jiwa serta kehidupan kita kedepannya nanti.



~~ THANK ~ YOU ~~