Haaii para blogger yang suka ngintip doang diblog butut ini sekedar mau ngasih pengumuman saja bahwa review yang saya lakukan terhadap para Blogger-blogger tangguh masih tetap berjalan.😊 Tetapi untuk sementara reviewnnya tertunda dahulu, Agar tidak bosan kali yee...Padahal postingan penggantinya lebih membosankan malahan.🤣 🤣 Yaa maklumlah blog butut namanya juga.🤣 Ok kali ini saya akan bercerita tentang masa sekolah saya, Yang mana kala itu masih menggunakan seragam putih Abu-abu.

Berhubung sewaktu membersihkan buku-buku lama digudang, Saat membuka lemari butut yang sudah banyak rayapnya saya menemukan sebuah photo masa sekolah yang begitu woowww! Punya banyak kenangan bersama sianu yang begitu romantis katanya. Eehheee! 🤣 🤣 Biase kisah kasih sewaktu masih di Stm..🤣 🤣 Seperti apa berikut dibawah ini.

Stasiun Pasar Minggu pukul 13.00 sekelompok pelajar stm Bunda Kandung ( BK ) Melakukan sweping pada kereta api yang hendak menuju stasiun Jakarta Kota. Target mereka adalah stm Budi utomo dimana tempat saya bersekolah, Yang memang menjadi musuh utamanya. Berbagai cara mereka lakukan dari mulai menanyakan pelajar yang ada dikereta api sampai berteriak lantang sambil memukul-mukul jendela kereta secara membabi buta. Saya yang memang saat itu ada didalam kereta api dan hendak menuju sekolah merasa cukup was-was, Beruntung setiap kesekolah saya tidak pernah memakai seragam sekolah agar tidak terlalu kentara bahwa saya memang anak stm juga. Walau punya perasaan panik saya dan teman sekolah saya mencoba menenangkan diri sambil bersiap-siap jika terjadi hal yang tak diinginkan.

Didalam gerbong kereta api saya hanya berdua dengan teman sekolah saya yang bernama Indra Kesuma. Untuk menghindari amukan dari anak stm Bunda Kandung yang hampir lebih dari 50 orang itu sayapun mencoba berkumpul dengan para pedagang asongan agar lebih tidak kentara bahwa saya memang benar anak stm. Bersyukur saya lolos dari swiping yang mereka lakukan.

Namun 10 menit berlalu ada anak stm Bunda Kandung yang mengenali tampang saya meskipun saya tidak memakai seragam sekolah... Dia bernama Angga, Dulunya sewaktu smp saya bersahabat dengannya, Namun setelah lulus dan memilih stm yang berbeda saya dan Angga sudah tak kenal yang namanya arti persahabat. Baik saya dan Angga, Selalu bersikukuh membela dan membanggakan nama stmnya masing-masing.

"Satriiaa! Luh pikir bisa begitu aja lewat wilayah kekuasaan gw, Asal luh tahu gw minta darah luh sekarang juga"... Bentak Angga sambil mengeluarkan pisau panjang dan menghampiri saya bersama 5 temannya.

Ibarat nasi sudah menjadi bubur mau tidak mau sayapun harus meladeni anak stm Bunda Kandung yang jumlahnya sangat tidak sebanding dengan saya yang cuma berdua... Mungkin bagi yang tidak pernah merasakan sekolah stm tawuran adalah suatu hal yang sangat menakutkan. Tetapi bagi saya hal ini sudah jadi makanan sehari-hari jika hendak menuju kesekolah yang berada dikawasan Jakarta Pusat.


"Heeehh! Kecoa wc luh pikir segampang itu nih gw kasih hadiah buat luh".... Seru saya dengan kesal sambil mengeluar rantai besi panjang yang memang selalu saya bawa-bawa jika kesekolah.

Wuuuunnggg prrraakks!!

Putaran rantai sayapun mengenai tiga anak stm Bunda Kandung dan ketiganya langsung jatuh terkapar, Melihat kejadian itu Anggapun memberi komando kepada keteman-temannya untuk mengepung saya dan Indra. Mendapati hal itu saya dan Indra langsung menyelamatkan diri turun dari kereta api dan berusaha keluar dari stasiun Pasar Minggu. Meski harus terus memutar-mutar rantai agar para pengeroyok tidak mendekati saya, Walau pada akhirnya sayapun merasa keteteran menghadapi puluhan anak stm Bunda Kandung tersebut. Pukulan demi pukulan mengenai tubuh saya hingga jatuh terjekang, Beruntung Indra teman saya sigap menarik tubuh saya agar segera lari keluar dari kepungan anak stm Bunda Kandung.

"Gilaa! Luh Sat, Bisa mati konyol kita kalau begini terus lebih baik kita menghindar dulu"... Seru Indra sambil berusaha menarik saya agar kabur keluar dari stasiun Pasar Minggu.

Sayapun setuju dengan usul Indra, Sambil masih memutar-mutar rantai besi akhirnya saya dan Indra lari sekencang-kecangnya sambil sesekali meruduk dan bergulingan menghindari batu dan botol yang terus berterbangan mengincar tubuh saya dan Indra. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal akhirnya saya dan Indra berhasil lolos dari kepungan anak stm Bunda Kandung dengan memanjat pagar stasiun yang tidak terlalu tinggi. Beruntung pagar tersebut ditumbuhi rimbunan ilalang sehingga saya dan Indra masih bisa menghindari batu dan botol yang masih terus berterbangan kearah saya.

Sesampainya dialang-alang yang cukup rimbun saya dan Indra masih terus berlari hingga terus keluar alang-alang dan memasuki pasar sayuran lalu mencari wc umum untuk merapikan pakaian yang sudah awut-awutan. Para anak stm Bunda Kandung pun merasa kesal karena buruannya lolos dan mereka kehilangan jejak saya dan Indra meski suara mereka masih terdengar sayup-sayup dari kejahuan.

"Wooii! Satria jangan kabur luh katro, Gw tunggu luh sampai kapan pun"...

Sayapun tidak perduli dengan teriakan-teriakan Angga yang merasa kuat dan menjadi-jadi kala itu...Kawasan pasar minggu masih dipenuhi dengan anak stm Bunda Kandung meski sebagian sudah banyak yang berpencaran. Karena tidak mungkin untuk melanjutkan sekolah akhirnya saya dan Indra memilih bolos sekolah dengan sangat hati-hati akhirnya saya dan Indra keluar dari wc umum pasar dengan menaiki angkot miniarta coklat kearah Depok.

"Ndra terpaksa kita balik lagi ke Depok, Tak mungkin kita sampai kesekolah anak BK masih operasi mencari kita sampai keluar stasiun pasar minggu"...Seru saya.

"Betul Sat, kita emang harus balik ke Depok, Lalu kita bolos kemana nih"... Tanya Indra.

"Kita ke Bogor saja Ndra menenangkan diri"..

Indrapun setuju dengan usul saya, Akhirnya saya dan Indra meninggalkan Pasar Minggu dengan hati-hati. Saya dan Indra duduk paling belakang diangkot yang kami tumpangi. Beruntung kaca belakang angkot agak burek jadi saat melewati segerombolan anak stm Bunda Kandung yang masih beroperasi saya dan Indra tidak terlalu kelihatan dan kentara. Beruntung mereka hanya mengincar bus kota ppd 806 serta bus kota lainnya yang menjadi target mereka. Pelarian sayapun berhasil meski semua itu membuat saya dan Indra tidak terima apa yang telah mereka lakukan kepada kami berdua. Sesampainya di terminal Depok saya dan Indra langsung ke stasiun kereta untuk menuju kota Bogor.




~BOGOR PUKUL 14.30 WIB~


Akhirnya saya dan Indra sampai distasiun Bogor setelah keluar dari stasiun Bogor kami berdua memilih warkop untuk sekedar ngopi dan menghabiskan waktu hingga sore nanti. Sambil menikmati kopi hangat dan makanan kecil saya dan Indra kembali membahas kejadian yang menimpa kami berdua dikawasan Pasar Minggu.

"Paling telat hari sabtu kita harus balas dendam kepada anak BK keparat itu Ndra, Dan hari sabtu luh tetap sama gw Ndra. Gw mau bantai si Angga yang besar mulut itu".

"Setuju Sat, gw juga nggak terima diremehkan sama anak BK, Gw akan kumpulin anak-anak dari basis kereta sampai bus untuk menyerang balik anak BK kalau bisa secepatnya"... Jawab Indra sedikit emosi.

Sedang serius berbicara diwarkop saya dan Indra dikagetkan dengan candaan dua anak sma yang begitu cantik menggoda, Mereka berlalu dengan santainya didepan warkop dimana saya dan Indra sedang menikmati kopi. Sambil tertawa ria kedua wanita anak sma itu pun segera menuju taman disekitar stasiun Bogor yang banyak para pedagang kaki lima mangkal. Iapun memesan es doger dengan santainya. Sayapun dibuat terkesima.

"Ndra anak sma bogor cantik-cantik ternyata yee, Kan nggak sia-sia luh gw ajak bolos ke Bogor"... Seru saya sambil terus memandangi kedua wanita anak sma tersebut.

Indra pun tersenyum simpul sambil manggut-manggut. Akhirnya setelah membayar kopi dan makanan diwarkop tempat kami ngobrol, Saya dan Indra bergegas menghampiri kedua wanita sma tersebut.

"Haaii ketawan bolos sekolah yaa, Haayoo ngaku"... Seru kami berdua berbarengan.

Kedua wanita anak sma itupun acuh dan tak perduli dengan ocehan kami berdua, Ia tetap konsentrasi membeli es doger lalu menikmatinya. Merasa diacuhkan saya dan Indra pun memesan es doger tersebut dengan berbicara ngaco.

"Pesan dua bang esnya biar nanti yang bayar cewek itu"... Seru saya sambil cengengesan.

Kesal merasa dilecehkan akhirnya kedua wanita anak sma tersebut membentak saya..."Jangan sok kecakepan deh luh, Iiih najis amat gw bayarin luh"...Bentaknya berbarengan.

Akhirnya kedua wanita anak sma itu memilih menjauhi saya dan Indra, Dan kesempatan itu saya gunakan untuk membayar semua es doger yang ia pesan termasuk saya dan Indra. Kedua wanita anak sma itupun kesal setelah tahu es dogernya sudah ada yang membayarnya. Saling gengsi pun terjadi hingga akhirnya kedua wanita anak sma itu pergi seolah tidak perduli lagi dengan apa yang terjadi. Saya dan Indra pun terus membuntutinya dari belakang. Hingga akhirnya kedua wanita anak sma itu membetak saya.

"Heehh!!, Ngapain sih luh ngikutin gw"... Bentak wanita sma yang berambut panjang.

"Iiihh siapa yang ngikutin GR"...Balas saya berbarengan dengan Indra.

Akhirnya kedua wanita anak sma itu mempercepat langkahnya begitu dengan saya dan Indra. Merasa dipermainkan iapun kembali menoleh. Berbarengan dengan itu saat ia menoleh kebelakang sayapun mengagetkannya dengan berkata.

"Ciiluukkk baaa!!"..

Meski kesal dan kaget akhirnya ia tertawa kecil dan singkat cerita akhirnya saya dan Indra bisa berkenalan dengan kedua wanita anak sma tersebut. Yang berambut panjang bernama Kurnia Herawati biasa dipanggil Ira dan yang berambut pendek bernama Chairunisa Putri biasa dipanggil Nisa. Keduanya bersekolah ditempat yang sama yaitu Sma Tridharma Kebon Pedes Bogor. Karena saya lebih banyak ngobrol dengan Chairunisa akhirnya saya lebih dekat dengannya. Sedangkan Indra teman saya lebih dekat dengan Kurnia Herawati. Akhirnya kami berempat pun jalan berbarengan untuk mengantar keduanya pulang kerumahnya dikawasan Citayam perbatasan kota Bogor dan Depok. Kamipun saling bertukar nomor telepon rumah dan sejak itu baik saya dan Nisa saling telpon-telponan, Begitu pun Indra dan Ira.

Dan sejak itu karena seringnya telpon-telponan dengan Nisa akhirnya sayapun resmi berpacaran dengannya. Bahkan semenjak kenal dengan Nisa saya sangat senang dan betah bermain didaerah Citayam begitu pun Indra. Meskipun kami masing-masing dalam hal pacaran tetapi jika ingin jalan-jalan bersama sewaktu libur sekolah kami tetap selalu kompak.


~DUA MINGGU KEMUDIAN~


GAMBIR JAKARTA PUSAT PUKUL 12.30 SIANG.

Seusai turun dari kereta api dan hendak memasuki halte bus Budi Utomo seseorang memanggil nama saya ternyata dia adalah Indra...."Sat, baru nyampe luh, Dicariin sama senior di lapangan banteng"... Seru Indra.

"Suruh kesini Ndra sekalian bawa anak-anak suruh pada kumpul disini"... Balas saya.

Tak lama berselang para senior stm Boedoet pun berdatangan... "Sat gimana aman luh berangkat tadi lewat Pasar Minggu"..

"Aman broo, Kapan kita nyerang anak BK gw udah gatel nih"... Seru saya.

"Santai broo, Hari ini anak-anak mau bom bardir kawasan Pasar Minggu. Dan basis utara dan timur juga pada mau ikut"...Seru sang senior anak kelas tiga stm Boedoet.

Mendengar hal itu sayapun merasa senang... "Bagus berarti gw nggak masuk kelas hari ini. Gw ikut basis kereta sama Indra sisanya pake bus"...Seru saya dengan penuh semangat.

Akhirnya saya berserta teman-teman dan senior anak stm Boedoet melakukan penyerangan besar-besaran terhadap stm Bunda Kandung yang berada dibilangan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Arak-arakan dua bus yang kami bajakpun mulai berjalan zig-zag, Bendera merah putih biru pun berkibar dengan gagahnya bah sebuah pasukan tempur rombongan anak stm boedoet siap tawuran melewati jalan ibukota. Melihat itu semua sayapun tersenyum puas. Setelah bus menghilang ditikungan jalan saya bergegas menuju stasiun kereta dan bergabung dengan basis kereta yang tujuannya juga sama, Menyerang anak stm Bunda Kandung. Sesampainya dikawasan Pasar Minggu kami menunggu jam bubar anak stm Bunda Kandung. Tepat pukul 4.30 tawuranpun tak bisa dihindari kamipun saling serang dan lempar batu, Tidak perduli dengan keadaan sekitarnya jalan raya Poltangan Pasar Minggu dipenuhi oleh ribuan pelajar berseragam putih abu-abu yang saling ejek, Saling pukul berbagai senjata tajam pun dipamerkan dan berayun kesana kemari.

Suasana yang ramai oleh kendaraan serta orang yang lalu lalang kini ditambah dengan keramaian yang lebih menakutkan itupun terus berlanjut sampai akhirnya saya menemukan target incaran saya yaitu Angga. Mengetahui kehadiran saya iapun segera melempari saya dengan botol minuman berserta batu beruntung saya bisa menghindari. Karena mendapat serangan mendadak Anggapun merasa kerepotan dan memilih melarikan diri menuju arah Depok. Beruntung Indra sahabat saya mengetahuinya dan memberi kabar kepada saya.

"Simonyet Angga kabur Sat kearah depok"...Serunya.

"Luh susul naik kereta Ndra, Biar gw buntuti dengan bus. Kabari anak-anak basis depok untuk menjaga sekitar terminal dan stasiun Depok"... Balas saya.

Sayapun segera menaiki bus yang menuju Depok. Sesampainya disana akhirnya saya dapat bertemu dengan Angga yang sedang mengumpulkan teman-teman untuk menyerang balik saya kembali. Karena semuanya serba mendadak hanya ada 7 orang yang mau membantunya sedangkan terminal dan stasiun Depok sudah dikuasai oleh anak-anak stm Boedoet. Tawuranpun kembali memanjang yang tadinya hanya diarea Pasar Minggu terus melebar sampai ke Depok. Mau tidak mau Anggapun harus meladani tantangan saya meski bawaannya cuma 7 orang. Namun semuanya tetap sia-sia iapun kembali kocar-kacir untuk kedua kalinya naas pun menimpanya, Batu yang saya lempari mengenai pundaknya iapun terjatuh, Sayapun kembali menghampiri dan menyabetkan rantai besi dengan bertubi-tubi begitupun teman-teman saya terus menghujaninya dengan kayu bambu, Bahkan menginjak-ijaknya tanpa ampun. Anggpun sekarat. Beruntung polisi dan warga segera datang membubarkannya.

"Polisi!, Bubar dan diam ditempat".

"Wooii hati-hati police kaabuuurr!!"... Seru saya memberi aba-aba kepada teman-teman.

Beruntung kondisi sudah magrib jadi saya dan teman-teman masih sempat menyelamatkan diri masing-masing. Sayapun lebih memilih masuk keperkampungan warga, Kamipun berpencar hingga akhirnya semua teman-teman saya lebih memilih pulang kerumahnya.. Termasuk saya. Keesokan harinya saya mendapat kabar bahwa Angga masuk ruang UGD rumah sakit dan perlu perawatan intesif selama sebulan lebih. Teman-teman sayapun merasa puas mendengar hal itu. Sayapun demikian, Walau sebenarnya ada rasa tidak tega juga sewaktu melihat Angga diinjak-ijak teman-teman saya walau sudah tak berdaya. Karena biar bagaimanapun ia juga bekas teman smp saya, Cuma karena beda stm kami jadi berperang dan tak ada lagi kata sahabat, Tekecuali teman stm yang satu sekolah dengan saya.

Sedangkan disekolah sendiri, Kepala sekolah pun mengamuk dan mengumpulkan anak didiknya yang terlibat tawuran.

"Memalukan nama sekolah kalian semuuaa!!"... Bentaknya dengan kasar.

Kamipun hanya bisa diam seribu bahasa. Dan akhirnya Kepala Sekolah menskor kami selama seminggu, Sedangkan yang tertangkap polisi dan yang masuk rumah sakit lebih lama lagi... Mendapati hal ini sayapun hanya bisa pasrah, Dan tak mungkin selama diskor saya harus dirumah saja. Tak mau pusing akhirnya dari rumah saya tetap sekolah. Namun tak pernah ada disekolah, Saya lebih sering main kekota Bogor untuk menjemput Nisa dengan alasan sekolah sering tawuran dan saya tak mau ikut-ikut tawuran.




Photo Jadul Zaman Kompeni... Caur Amat Yee Tampang Gw.🤣


Awalnya Nisa percaya bahkan selama saya diskor dari sekolah saya sering mengajak Nisa main kekebun raya Bogor hanya untuk memadu kasih. Dan karena Nisa pula saya jadi hapal yang namanya kota Bogor. Akhirnya mau tidak mau saya berkata jujur kepada Nisa. Bahwa saya memang diskor akibat tawuran Nisapun hanya geleng-geleng kepala, Iapun akhirnya banyak menasehati saya secara dewasa. Meski malu sayapun percaya apa yang dikatakan Nisa memang benar adanya.

"Satria kalau kamu niat sekolah apapun caranya demi hanya untuk belajar, Pasti akan ada perlindungan, Dan hal baiklah yang selalu kamu dapatkan. Meski sekolah itu hampir sering tawuran"... Seru Nisa memberi nasehat kepada saya.

"Betul Nis, Maafin aku yaa yang banyak bohongnya selama ini".

Nisapun mengangguk, Hingga akhirnya ia berkata kembali.... "Oiya besok hari kamu terakhir diskorkan... Antar aku yaa ke Gramedia Blok-M ada buku yang ingin aku cari"...Serunya dengan tenang.

"Oohh Pasti Nis, Kamu tenang saja. Nanti aku yang akan kerumahmu dan kita berangkat bareng ke Blok-M"... Jawab saya dengan senang.

Siang yang tak begitu panas mewarnai kawasan terminal Blok-M yang padat dengan segala macam aktifitas orang yang berlalu-lalang. Saya dan Nisapun berjalan bergadengan, dengan perasaan suka cita sayapun melangkah dengan pasti untuk mengantarnya mencari buku yang ia cari dan sukai. Sebelum memasuki toko buku tiba-tiba sebuah suara memanggil nama saya.

"Satriaaa!, Mau kemana luh wuiih cewek baru luh nih"....Seru seorang wanita yang bernama Sarah yang dulunya teman saya sewaktu smp, Dan ia lebih memilih sekolah sma dikawasan Blok-M.

Sayapun sempat kaget dan kesal oleh ocehannya dan gayanya yang tomboy itu..."Ngagetin gw saja luh Ra"...Jawab saya agak kesal.

"Ciieee yang punya gebetan baru sampai nggak mau kenal sama teman lama"...Seru Sarah semakin menjadi.

"Apaan sih luh Ra, Ok gw tinggal dulu yaa mau cari buku dulu nih".

"Asiikk! Sejak kapan luh inget buku Sat"...Serunya semakin menjadi.

Sayapun mulai kesal akan tingkah laku Sarah yang semakin mengejek, Sedangkan Nisa hanya tertunduk saja tak mau banyak bicara. Akhirnya tak mau meladeni Sarah sayapun segera berlalu meninggalkannya namun Sarah masih terus mengintrograsi saya.

"Eehh tunggu Sat, Gw lupa luh apain sih Angga sampai masuk rumah sakit. Tega luh yee teman smp luh bantai juga"... Seru Sarah kembali.

"Bukan kemauan gw Ra, Itu teman-teman gw"... Jawab saya berbohong.

"Lhoo bukannya luh yang ngelakuin"...

"Aah sudah Ra, Luh mana tahu faktanya"... Jawab saya kembali, Dan segera menarik tangan Nisa untuk segera berlalu meninggalkan Sarah. Walau ia terus saja mengejek saya dan Nisa yang hendak menuju toko buku. Dan atas kejadian ini siapa sangka ternyata meski pendiam ternyata Nisa ia type wanita yang pencemburu. Meski ia tidak menunjukannya secara langsung tetapi dari bahasa tubuhnya saya bisa menangkap gelagatnya. Tetapi apapun masalahnya sayapun tetap menyayanginya. Hal yang wajar jika ia cemburu karena iapun kurang begitu peka yang namanya pergaulan dengan anak Jakarta, Terlebih anak stm seperti saya.

Setelah menemani Nisa mencari buku sayapun langsung mengajak Nisa makan dan sambil makan Nisapun mulai banyak berbicara kepada saya.

"Sarah itu dulunya bekas mantan kamu yaa Satria"... Tanya Nisa.

"Cuma teman smp kok Nis, Yaa maklumlah orangnya tomboi dan urakan jadi begitu deh"... Jawab saya.

"Emangnya kamu sendiri tidak urakan, Oiya sebelum kenal aku siapa mantan kamu"... Balas Nisa kembali.

"Aduuhh Nis, Aku kenal teman wanita banyak tetapi bukan pacar Nis. Udah deh kamu nggak usah terpengaruh sama omongan Sarah"..

"Yee orang aku cuma tanya doang emang nggak boleh"... Seru Nisa sambil tersenyum sinis.

Tak ingin ada kegalauan akhirnya sayapun membicarakan hal lain dari mulai buku yang ia beli sampai membicarakan perbedaan antara pelajaran sma dengan stm. Sampai akhirnya sorepun menjelma saya dan Nisapun bergegas untuk pulang. Sambil bergadengan mesra kami berdua pun menuju terminal Blok-M dan segera menaiki bus Metromini S75 jurusan Blok-M ~ Pasar Minggu. Sakin senangnya mengobrol dengan Nisa tentang indahnya kota Jakarta saya lupa bahwa bus Metromini S75 yang saya naiki adalah basis angkutan anak stm Bunda Kandung yang menjadi musuh sekolah saya. Meski ada perasaan resah saya berusaha menepisnya, Beruntung tidak terjadi masalah. Namun saat bus Metromini hendak memasuki terminal Pasar Minggu tiba-tiba datang segerombolan anak stm Bunda Kandung yang memang sudah mengenali wajah saya dan langsung menaiki bus tersebut sambil berteriak-teriak lantang.

"Luh anak Boedoetkan!! Nih hadiah balasan dari anak BK 75 buat luh".

Praakk!..Bleetakk!!..

Sayapun berusaha melindungi Nisa, Namun pandangan saya langsung gelap tak kalah darah sudah mengucur dari kepala saya. Sabuk berkepala besi, Mistar panjang berserta rantai besi menghujani pundak serta kepala saya meski sayup-sayup masih terdengar teriakan Nisa setelah itu saya tidak ingat apa-apa lagi.

Minggu pukul 13.00 saya baru sadarkan diri dan sudah berada dirumah sakit Pasar Rebo Jakarta timur. Sayapun masih melihat Nisa namun sudah dengan pakaian yang berbeda dan spontan saya langsung menanyakan keadaan dirinya.

"Nis kamu nggak apa-apa"...Seru saya mencoba bangkit.

"Sudah Satria kamu istirahat saja luka dikepalamu belum sembuh benar, Beruntung tidak gegar otak kamu"... Jawab Nisa.

"Makasih Nis dan maafkan aku yaa".

Sedang asik berbincang dengan Nisa sebuah suara mengagetkan saya, Ia tak lain dan tak bukan adalah kedua orang tua saya.

"Nggak mati aja luh skalian nyusahin orang tua doang hidup luh!"...

Tak ada jawaban dari saya, Begitupun Nisa suasana menjadi hening sejenak hingga akhirnya nenek atau uwa sayapun datang membela saya dan mencoba menenangkan kedua orang tua saya yang memang sudah muak dengan segala tingkah laku saya selama bersekolah.

"Udeh luh semue nggak useh pade ribut lagian nih anak cuma kena sasaran anak stm dibus pas mau pulang, Kalau luh pade keberatan biar biayaya rumah sakit gw yang tanggung"...Begitu kata uwa saya, Wanita asal Makasar yang lebih memilih tinggal di Jakarta sejak kecil hingga selalu bergaya khas orang Betawi.

Tanpa banyak berbicara kedua orang tua sayapun segera meninggalkan saya dirumah sakit. Sayapun merasa senang atas kehadiran uwa saya, Yang selalu membela terus jika ada masalah soal tawuran. Karena bagi dirinya wajar anak laki bandel terlebih yang selalu sekolah dikota Jakarta.

"Waa, Makasih banyak yaa maafin Satria selalu bikin repot uwa terus"..

"Uwa nggak merase direpotin udeh luh kage useh mikir nyang macem-macem mending sekarang luh banyakin istirahat aje yee"..

Sayapun tersenyum begitu juga Nisa, Seolah kehadiran uwa saya membawa suasana menjadi tentram dan damai.

"Eehh Satria luh dapet eneng cantik dimane"... Tanya uwa saya kembali.

"Tanya keorangnya saja wa, Sekalian uwa kenalan"... Jawab saya sambil tersenyum.

"Duuh ilee neng cantik tinggal dimane luh"..

Meski agak malu Nisapun menjawab. "Tinggal di Citayam wa, Uwa tinggal dimana"...Tanya Nisa kembali.

"Duuhh illee pinter amat nih bocah yee, Uwa tinggal di Tenah Abang, Main yee ketempat uwa kalau Satria udeh enakan kondisinye"..

Akhirnya kami bertigapun tertawa lepas sambil menikmati suasana yang ada sambil menunggu sore tiba.


~TIGA BULAN KEMUDIAN~


Hari demi hari terus saya jalani dan tawuran sekolahpun semakin menjadi seolah tak pernah akan pernah berhenti semuanya merasa paling kuat, Senuanya merasa paling hebat. Hubungan saya dan Nisapun masih tetap berjalan seperti sedia kala. Meski banyak nasehat-nasehat yang Nisa berikan terhadap saya, Agar selalu rajin belajar dan jauhi yang namanya tawuran, Namun semuanya tetap tidak bisa membuat saya berubah. Sayapun masih suka yang namanya tawuran. Demi sebuah rasa solidaritas dengan teman dan menjunjung nama sekolah yang tak mau selalu diremehkan oleh sekolah lainnya. Terkecuali mau dibilang anak stm katroo!.

Hingga pada hari minggu sore sewaktu saya sedang dirumah Nisa menelepon saya dan ingin bertemu distasiun Depok. Meski tidak biasanya ia seperti itu, Mau tidak mau saya tetap menemuinya distasiun kereta itu. Dan apa yang saya khawatirkan selama ini terbukti. Nisa berkata kepada saya bahwa ia lebih senang menjadi sahabat saya ketimbang punya hubungan yang spesial. Meski saya berusaha menjelaskan, Atau bertanya tentang kesalahan yang saya buat terhadap dirinya. Namun ia menjawab lebih ingin serius belajar ketimbang pacaran yang katanya membuat dirinya tidak konsentrasi untuk belajar. Dan juga ia berkata kepada saya tidak ada satupun kesalahan yang saya buat terhadap dirinya.

Meski saya minta diberi kesempatan waktu akan tetapi Nisa tetap pada pendiriannya. Meski sudah tidak pacaran lagi tetapi saya masih bisa berkunjung kerumahnya namun lama kelamaan bagi saya merasa semua itu terbebani ia tak pernah mau saya ajak jalan seperti dulu lagi, Ia lebih suka menerima saya dirumahnya dan hanya ngobrol biasa yang selalu ada batasnya. Hingga pada akhirnya sayapun merasa jenuh dan tak pernah lagi datang ketumahnya. Sampai pada akhirnya semua hanya tinggal kenangan semata. Walau semenjak berpisah dengan saya ia tak pernah lagi punya pacar dan lebih senang memilih belajar hingga ia lulus sekolah.

Demikianlah kenangan pahit dan manisnya selama mengunakan seragam putih abu-abu yang katanya menjadi masa-masa paling indah. Dan tiada masa paling indah mas ah masa disekolah. Naah bagi anda tentunya punya dong kenangan masa sekolah. Baik apapun ceritanya boleh dong berbagi cerita dengan saya pada kolom komentar dibawah ini.






~THE ~ END ~