Gambar Hanya Pemanis, Jadi Luh Nggak Usah Pada Keppo


Ok kita kembali kenuansa kenangan, dan kenangan saya kali ini tentang sang mantan saya yang berzodiak Virgo. Tetapi sebelum saya mengulasnya lebih detail untuk menghormati wanita berzodiak Virgo silahkan simak lirik lagu dibawah ini.🤣 🤣 🤣 👇

Virgo...
Lambang sifat yang tenang
Virgo...
Tak pernah rasa bimbang
Virgo, virgo, oh...virgo
Virgo, virgo, oh...virgo


Virgo...
Tak pernah tinggi hati
Virgo...
Cintanya tulus suci
Virgo, virgo, oh...virgo
Virgo, virgo, oh...virgo


Berbahagialah engkau..
Berbahagialah engkau..
Yang mendapatkan kekasih
Bintang ini


Manja dan sayang pastilah
Manja dan sayang pastilah
Akan kau rasakan
S'lama hidupmu


Kalau wanita

Pasti rendah dan lembut
Hatinya
Dan mesra wajahnya
Kalaulah pria
Pasti mudah senyum
Bersahabat
Pada siapa saja


Virgo...
Tak pernah rasa dendam
Virgo...
Mudah 'tuk memaafkan
Virgo, virgo, oh...virgo
Virgo, virgo, oh...virgo


Virgo....virgo....
Bintang segal bintang
Virgo....virgo....
Bintang segala bintang....




Jika sudah, saya akan kembali bertanya, apakah kalian ada yang berzodiak Virgo baik pria maupun wanita? Pastinya ada dong dan para bloggerpun demikian. Bahkan tanpa saya sebut namanya, para blogger yang berzodiak Virgopun mudah terbaca atau terdeteksi oleh saya.😁😁Hoooohooo!! 🤣 🤣 Dan kata lagu pula Virgo tak punya rasa dendam, bahkan mudah untuk memaafkan.😁😁 Tapi hal itu tergantung bagi anda yang menilainya sendiri.

Namun ada beberapa sifat zodiak Virgo yang seperti telah dijelaskan dengan lirik lagu diatas. Malahan mantan-mantan saya yang berzodiak Virgo ada 17 orang bahkan lebih. Karena awal saya berpacaran dan mengenal Cinta, Virgolah wanita yang pertama mengisi hati saya. Ciiieee illeee!!🤣 🤣 🤣

Kita langsung ketopik kenangan bersama sang mantan saya yang berzodiak Virgo. Meski tak menantang seperti zodiak Gemini, Aries dan Pisces, berpacaran dengan wanita Virgo sangat menarik dan menyenangkan bagi saya kala itu. Seperti apa kenangan saya dengan sang mantan berikut cerita dibawah ini.

Panas mentari begitu menyengat kulit sayapun terus melangkahkan kaki untuk menuju kesekolah. Suasana jalan nampak sepi hanya sebagian anak sekolah yang berseragam putih biru yang melewati jalan yang sama, Yang membedakannya ia ingin pulang kerumah, sedangkan saya baru akan menuju kesekolah. Meski sama-sama berseragam putih biru sayapun tetap tak perduli dengan orang sekitar serta suasana jalan. Hingga akhirnya pada persimpangan jalan seorang teman memanggil nama saya. Sayapun menoleh dan segera menghampirinya, sampai akhirnya sang teman saya itu berkata.

"Kita kerumah Septarini dulu Sat, gue udah janji ingin berangkat bareng sama dia"...Ucap teman saya yang bernama Tedy.

"Siapa Septarini Ted"...Tanya saya dengan tenang.

"Adik kelas kita, rumahnya hanya beda blok dengan rumah gue"...Balas Tedy dengan terus melangkah menuju arah rumah Septarini.

Tak berselang lama saya dan Tedypun tiba didepan rumah Septarini. Dan iapun nampak sudah berdiri didepan pagar rumahnya seolah siap menyambut saya dan Tedy dengan senyumannya yang begitu menggoda. Meski masih anak Smp tetapi Septarini nampak anggun dan dewasa kala itu. Bagai terhipnotis sayapun tak bisa berbuat apa-apa, hanya diam dan terus memandangi wajahnya. Setelah mendapat aba-aba dari Tedy akhirnya kamipun berangkat menunu terminal bus dalam perjalanan sampai diterminal buspun hanya Tedy yang banyak berbicara dengan Septarini ketimbang saya yang cuma hanya bisa tersenyum jika beradu pandang dengan Septarini. Bahkan sampai disekolahpun saya tidak berani ngobrol atau berbasa-basi dengan Septarini.

Alasannya karena disekolah Septarini banyak penggemarnya dari mulai pria teman sekelasnya, hingga teman-teman saya dan teman diluar sekolah. Akhirnya kejadian ini membuat saya lebih memilih mengalah, seandainya bersaingpun ketampanan saya masih kala dengan sebagian teman yang ada dikelas. Resah, gengsi dan bercampur was-was selalu menyelimuti perasaan hati saya. Bahkan hal ini terus kepikiran hingga sampai dirumah. Tak tahan dengan semuanya seminggu kemudian sayapun sering mengunjungi rumah Septarini sekedar hanya ingin melepaskan rasa rindu saya yang terpendam. Akan tetapi setelah tiba dirumah Septarini keraguan serta keresahan selalu menghantui saya, bahkan saya bah orang linglung yang tak tahu harus berbuat apa. Akhirnya sayapun hanya melewati rumah Septarini tanpa ada sesuatu yang bisa saya perbuat.

Sebulan kemudian hal yang sama saya ulang kembali, dan sayapun berkesempatan bertemu dengan Septarini namun dirumahnya ada beberapa orang teman sekolahnya yang memang adik kelas saya juga. Meski sempat berbicara sebentar dan saling pandang tetapi perasaan resah, gengsi dan malu kembali menghantui pikiran saya. Akhirnya sayapun segera berlalu dari hadapan Septarini dengan alasan ada pelajaran yang harus saya selesaikan.

Hari dan waktu terus berjalan, sayapun hanya bisa memendam rasa cinta serta kerinduan yang mendalam terhadap Septarini. Entah mengapa teman disekolah atau diluar sekolah tak pernah ada yang bisa saya percayai, bahkan saya pribadi pun terlalu gengsi untuk bercerita apa yang saya rasakan kepada teman atau sahabat saya. Hingga akhirnya cinta dan kerinduan itu terus terpendam menumpuk dalam hati hingga menjadi jerawat batu diwajah saya. Bahkan hingga saya lulus Smp rasa suka saya terhadap Septarini tak pernah terungkapkan apa yang telah saya lakukan untuk Septarini hanya kesia-sian belaka dan atas kejadian itu saya sangat membenci diri saya sendiri, Karena selalu menyia-nyiakan kesempatan dengan keraguan serta ketakutan yang tak berarti.


~ 2 TAHUN KEMUDIAN ~


Lain dulu lain sekarang, mungkin itu yang saya rasakan setelah mengenakan seragam putih abu-abu. Tak hanya itu saja semenjak menjadi anak Stm hampir semua yang ada pada diri saya berubah. Selain gaya dan penampilan, urusan asmarapun saya tak mau ketinggalan, bahkan berani bersaing dengan teman-teman sekolah demi mendapatkan wanita pujaan. Meski hanya berstatus cinta monyet apa yang saya alami seolah mempunyai cinta sejati yang lain dari pada lainnya.🤣 Dan sejak menyandang gelar anak Stm pula dua wanita dari sekolah lain pun bukan hal yang sulit lagi untuk saya pacari, hidup sayapun serasa penuh warna serta keceriaan.

Hingga pada suatu sore hal yang tak pernah saya duga-duga terjadi, saat sedang berada disebuah mall dikawasan Pasar Minggu saya dikejutkan oleh seorang wanita yang tak asing lagi bagi diri saya. Ia adalah Septarini wanita yang pernah membuat hati saya mengalami remuk redam. Pertemuan tanpa sengaja itu bermula saat saya hendak memasuki toko buku, dan siapa sangka ingatan Septarini begitu kuat hingga ia yang lebih dulu menyapa diri saya.

"Saatriia!"..

"Lhoo Septi sedang cari apa disini"...Seru saya yang merasa senang karena dapat bertemu lagi dengannya setelah hampir 2 tahun berpisah.

"Cari buku dan yang lainnya dong"...Balasnya dengan santai.

Akhirnya saya memutuskan untuk menemani Septi, Iapun semakin cantik menggunakan seragam abu-abu khas anak Smu pada umumnya. Dan kami berdua saling menceritakan kisah sekolah yang memang telah berbeda selain itu ingatan saya kembali kemasa lalu kala masih mengenakan seragam Smp yang mana kala itu saya teramat sangat susah untuk mendekati Septi. Akhirnya pertemuan yang tanpa sengaja itu tak ingin saya lewatkan begitu saja, setelah puas berbincang-bincang dan menemaninya mencari buku sayapun akhirnya berniat mengantarkan Septi pulang hingga sampai depan rumahnya. Untuk lebih meyakinkan dirinya sayapun mengajak Septi untuk makan bakso bersama dan barulah setelah itu saya dan Septi menuju terminal bus Pasar Minggu untuk segera pulang menuju arah yang sama yaitu kota Depok.

Sejak pertemuan saya dengan Septi, sejak itu pula saya selalu mengatur strategi dalam hal berpacaran, bahkan waktu saya hampir tak cukup untuk mengunjungi pacar saya yang pertama dan yang kedua. Alasanpun selalu saya buat serapi mungkin agar tidak kentara bahwa sesungguhnya waktu saya lebih banyak digunakan untuk bertemu dengan Septi. Hubungan saya dengan Septipun semakin akrab, bahkan cinta yang saya persembahkan untuknya berbuah manis, Septipun menerima saya dengan sepenuh hatinya. Meski pada kenyataannya saya lebih banyak berbohong kepadanya.

Bagai mempunyai kebahagian tersendiri hubungan saya dan Septipun kian menyenangkan bahkan kesempatan untuk berjumpa dengan Septi setiap hari begitu sangat membentang lebar, karena jarak rumah saya dengan rumah Septi tidak begitu jauh. Selain itu sebagian orang atau para tetangga yang berada disekitaran rumah saya dan Septi semua tahu bahwa kami berdua memang pasangan yang serasi dan cocok.

Namun pada akhirnya kebahagian yang saya dapatkan dengan bercampur kebohongan-kebohongan yang saya buat semuanya hanya bertahan selama 4 bulan saja, sisanya hubungan saya dan Septi selalu banyak diterpa gosip, Bahkan teman-teman sekolah Septipun berharap agar Septi segera memutuskan hubungannya dengan saya. Selain itu kedua pacar saya yang lainnya pernah berjumpa dengan Septi. Dan seringnya saya tawuran disekolahpun kerap dijadikan bumbu untuk bahan gosip kepada Septi. Dan kebahagiaan antara saya dan Septi lama-kelamaan akhirnya memudar, Septipun mulai nampak tidak perduli lagi dengan saya, bahkan dirinya berkata kepada saya bahwa ia tidak ingin mau punya pacar dulu selama masih sekolah. Sayapun mencoba terus meyakinkan dirinya akan tetapi Septi tetap menolaknya dan ia hanya mengakatakan kepada saya agar banyak belajar yang rajin dan menghindari tawuran.

Akhirnya hubungan saya dan Septi tidak jelas dan menggantung, meski banyak orang disekitar tempat tinggal saya yang mengatakan saya dan Septi masih berstatus pacaran. Dan Karena sering dibuat tak jelas oleh Septi sayapun menumpahkan kekesalan saya dengan seringnya tawuran dan nongkrong ditempat-tempat tertentu. Sejak itu pula saya jarang bertemu kembali dengan Septi, bahkan dua pacar saya yang lainnya pun meninggalkan saya dengan alasan bukan type pria setia, hingga hari-hari saya kembali sendiri tanpa adanya sang kekasih.


~ 5 TAHUN KEMUDIAN ~


Lulus kuliah tak lantas membuat saya bisa langsung mendapatkan sebuah pekerjaan, meski sudah beberapa kali mengirimkan lamaran kerja kesemua perusahaan yang ada dikota Jakarta..Beruntung ada mas Dody seorang pengusaha Fotocopy yang sudah saya anggap seperti orang tua sendiri. Adanya beliau bisa menjadikan beck-up apabila kondisi keuangan saya pailit. Meski hanya kerja sampingan namun apabila ada proyek Fotocopy dadakan hasilnya pun setera dengan gaji orang kerja sebulan. Siang itu mas Dody menyuruh saya untuk datang menemuinya karena ada pekerjaan yang harus dilemburkan ditoko Fotocopy yang ia kelolanya.

Cuaca yang panas mengharuskan saya berlari-lari kecil untuk menuju stasiun kereta api. Sampai akhirnya sayapun bisa sedikit tenang setelah tiba pada peron kereta api arah Jakarta. Sayapun segera membeli minuman segar untuk melepaskan lelah dan dahaga, sambil duduk santai menunggu kereta api tiba saya menyempatkan diri untuk membaca koran dan berharap ada lowongan kerja terbaru pada koran tersebut. Selang lima menit telah berlalu pandangan mata saya tertuju pada seorang wanita yang tak asing bagi saya pribadi ia adalah Septarini. Karena ia hanya wanita dimasa lalu saya, akhirnya sayapun berlagak pilon dan tak ingin mengganggunya lagi. Akan tetapi ternyata Septarini sudah memperhatikan saya sejak setengah jam yang lalu, iapun menghampiri saya tanpa ragu dan malu.

"Satria masih ingat sama aku"...Sapanya tanpa perduli dengan orang yang ada disekitarnya.

"Oohh! Eeh...Kamu Septi yaa, apa kabarmu dan hendak kemana"...Balas saya berpura-pura linglung.

Meski sama-sama punya rasa gengsi untuk mengobrol panjang akhirnya saya dan Septi mencoba saling jujur. Dan kami berdua saling memaafkan perihal masa lalu, sayapun ingin meninggalkannya dengan memilih gerbong kereta paling belakang. Akan tetapi Septi melarangnya meski keadaannya sudah berbeda ia tetap masih suka berbicara dengan saya. Akhirnya saya dan Septi lebih banyak berbicara tentang pekerjaan dan hal lainnya, hingga kami berpisah dengan tujuan masing-masing, namun sebelum berpisah Septi sempat memaksa saya agar mau memberikan nomor ponsel kepada dirinya.

Seminggu telah berlalu tepat pada hari minggu siang Septi mengajak saya untuk bertemu dengannya disebuah mall di Depok. Awalnya saya menolaknya karena antara saya dan dirinya sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, akan tetapi Septi terus memaksa saya agar mau menjumpainya, karena terus dipaksa akhirnya sayapun tak tega dengannya. Dan Sayapun menjumpainya sesuai dengan tempat yang telah kami sepakati bersama. Setelah bertemu dengan Septi akhirnya sayapun kembali ngobrol ngalor-ngidul selama 10 menitan, hingga akhirnya Septipun curhat kepada saya panjang dan lebar tentang dirinya selama berpisah dengan saya.

Awalnya saya biasa-biasa saja mendengar curhatannya, bahkan ingin tertawa namun karena ia semakin serius sayapun mulai tak tega dan akhirnya memilih menjadi pendengar terbaik untuk dirinya. Septipun kembali berkata kepada saya, selama ia gonta-ganti pacar tak ada lelaki yang lebih nyaman untuknya selain diri saya.

Mendengar apa yang ia katakan sayapun hanya tertawa, namun sepertinya Septi tetap tidak perduli bahkan jika saya sudah punya pacar ia akan tetap menghubungi saya diwaktu-waktu tertentu. Sayapun memberi solusi dan nasehat kepada Septi agar tidak terlalu banyak berharap kepada diri saya. Namun apapun itu tak membuat Septi begitu saja mau meninggalkan saya. Bahkan hari-hari berikutnya sewaktu saya mempunyai pacar baru ia selalu menjadi batu sandungan buat saya. Meski jengkel akhirnya sayapun mengikuti alur permainannya sampai akhirnya iapun bosan dan meninggalkan saya.

Demikianlah ulasan singkat tentang kenangan saya bersama wanita berzodiak Virgo. Karena kalau ditulis full bisa 7 hari 7 malam tidak kelar-kelar,🤣 🤣 Kemungkinan banyak yang lupanya juga, dan dari sekian mantan saya yang berzodiak Virgo cuma Septi yang terkesan aneh, tapi menarik bahkan sampai ada pertemuan sampai yang kedua kalinya.

Nah. Bagaimana dengan anda punya cerita menarik tentang sang mantan yang berzodiak Virgo, atau anda sendiri yang berzodiak Virgo, Ok apapun itu baik tidaknya suatu hubungan semua akan bertahan dan menarik jika dari kedua pasangan saling mengerti atas kelebihan serta kekurangan yang dimilikinya.




~THANK~YOU~