Hallooooo! para blogger yang katanye demplon dan seksi.😁😁 Tulisan saya kali ini masih tentang kenangan, Cuma kenangan kali ini sedikit aneh karena saya baru merasakan dunia kerja atau awal pertama memasuki dunia kerja setelah lulus kuliah. Dan cerita ini juga masih ada hubungannya sama cerita yang sebelumnya telah saya tulis yaitu Kenangan Dengan Mesin Fotocopy Seperti apa cerita kenangannya berikut kisah dibawah ini.

Sewaktu masih kuliah saya sempat punya usaha Fotocopy milik sendiri, Namun karena terbentur dengan aktifitas kuliah akhirnya usaha Fotocopy yang saya punya tutup. Dan singkat cerita sampai pada akhirnya saya lulus kuliah mesin Fotocopy itu pun saya jual kembali kepada mas Dody. Dan mas Dody pula orang yang memberi saya banyak wawasan tentang mesin Fotocopy, Serta pengalaman hidup.

Akhirnya setelah saya lulus kuliah mas Dody menyarankan kepada saya untuk mencari pekerjaan demi bekal masa depan saya nanti. Terkecuali jika saya ada waktu segang ia pun tak melarang saya untuk membantunya ditoko Fotocopy yang ia punya.

Sejak itu sayapun rajin membuat surat lamaran pekerjaan, Hampir semua perusahaan yang ada dikota Jakarta saya datangi. Tak hanya itu saja, Sayapun rajin pula membeli surat kabar untuk memcari info lowongan pekerjaan lainnya.

Namun minggu berganti bulan bahkan sampai seterusnya tak ada satupun informasi kabar pekerjaan yang saya dapatkan. Bahkan sampai saya jenuh, Tetapi meski demikian saya tetap semangat jika ada lowongan perkerjaan apapun bentuk pekerjaan tersebut.

Empat bulan telah berlalu sampai pada akhirnya mas Dodypun menelepon kerumah saya agar saya segera mampir ketoko Fotocopy miliknya karena ada pekerjaan untuk saya..Apa yang saya pikirkan kala itu adalah, Mas Dody mendapatkan proyek service mesin Fotocopy besar. Ketimbang bengong dirumah sayapun segera meluncur ketoko Fotocopy milik mas Dody. Sesampainnya disana ternyata bukan proyek Fotocopy yang saya dapat, Terapi mas Dody menawarkan saya pekerjaan kepada orang lain.

"Kerja sama Dosen Sastra Inggris, Kerja apaan mas gw kaga mudeng sama yang begituan"...Seru saya kepada mas Dody.

"Luh dengar dulu Sat, Tuh dosen nyuruh gw minta cariin orang buat kerja sama dia entah kerja apa tepatnya. Tetapi yang jelas dia punya banyak usaha termasuk usaha Fotocopy. Luh coba aja datengi dulu".

"Paling gw cuma dijadiin tukang Fotocopy doang, Kalau timbang begitu mending gw ditoko ini sajalah mas...Balas saya agak pesimis.

"Luh jangan pesimis dulu Sat, Datangi dulu sana kalau ditempat gw selamanya luh bakal jadi tukang Fotocopy sampai tua. Kalau sama tuh dosen luh masih punya harapan, Kali-kali aja luh bisa jadi Asdos nantinya".

Haaahaaaa!!...Sayapun hanya bisa tertawa mendengar ocehan mas Dody meski apa yang ia katakan ada benarnya juga. Hingga akhirnya mas Dody pun kembali berkata.

"Kalau luh masih bimbang coba aja setahun dulu sana yang penting jangan sampai sebulan kerja luh berherti, Pokoknya luh jangan bikin kecewa gw deh, Soalnya tuh Dosen royal banget sama gw".

Sayapun hanya mengangguk dan demi mas Dody yang sudah banyak memberi pengalaman kepada saya, Apapun saya lakukan terlebih kondisi saya memang sedang menganggur dan apapun resiko pekerjaan baru yang nanti saya hadapi enak tidak enaknya tetap harus saya nikmati. Walau sejujurnya saya kurang srek terhadap pekerjaan tersebut.

Dua hari kemudian setelah diberi alamat lengkap oleh mas Dody sayapun segera menyambangi rumah Dosen yang dimaksudkan tersebut. Tak jauh memang dari tempat saya tinggal hanya butuh waktu 15 menit kesana jika naik ojek, Karena letaknya diperumahan belakang jalan Margonda Raya, Tak jauh dari kampus UI, Serta tidak jauh pula dari kampus PNJ ( Poleteknik Negri Jakarta )

Sayapun terkesima memandangi rumah sang dosen sastra inggris tersebut. Rumah bertingkat besar dan panjang, Bercat putih dan nampak kusam seperti tak terawat namun didalamnya ada dua buah mobil mewah, Bmw, Honda Accord serta dua motor besar. Tak hanya berbentuk rumah saja jika dari samping bah sebuah ruko yang berjajar karena memang ada beberapa toko didalamnya. Nampak sepi seperti tak berpenghuni, Akhirnya untuk memastikan orang didalamnya sayapun mencari wartel. Telepon sayapun disambut oleh istri sang dosen beliau hanya berkata kedatangan saya sudah ditunggu silahkan lewat samping rumah jika ingin bertemu dengan suaminya.

Singkat cerita saya sudah berada diruang tengah rumah besar tersebut dan sayapun sudah berhadapan langsung dengan sang dosen, Beliau bernama pak Tomy nampak tua usia kisaran 52 tahun kala itu. Sayapun segera menyodorkan surat lamaran kerja kepada beliau. Namun beliau seperti tidak memperdulikannya, Menyentuh pun tidak. Suasana nampak hening sejenak saya dan beliau hanya saling memandang. Sampai pada akhirnya beliau berkata kepada saya.

"You speak English"...Tanya sang dosen.

Sayapun menjawab tidak, Seandainya memaksakan diri juga percuma saja dan akhirnya, Sang dosen pun hanya tertawa penuh dengan sindiran.

"Yaa sudah saya duga Satria kemungkinan kepintaranmu dibawah rata-rata"...Oceh sang dosen seenak udelnya.

Sayapun balas bertanya..."Sebenarnya bapak ini ingin menepatkan saya bekerja dibagian apa, Apakah saya nantinya bekerja dikampus tempat bapak mengajar."

"Dasar bodoh kamu Satria usia saya sudah tua, Meski masih mengajar tidak lama lagi saya akan pensiun"..

"Lalu saya kerja apa pak"... Tanya saya kembali, Berlagak pilon.

"Dengar Satria dirumah ini saya punya beberapa usaha yang diantaranya ada Fotocopy, Pangkas rambut, Kost 15 pintu serta toko kelontong, Namun sudah hampir enam bulan semuanya tak berjalan dengan semestinya".....Serunya agak mendayu.

Sayapun sempat ternganga mendengarnya...Dan beliau kembali melanjutkan ceritanya bahwa dulu semua toko termasuk kost yang ia punya sangat ramai, Namun semenjak banyak para pekerja yang berhenti semuanya terbengkalai, Meski anak pertama beliau ada, Tetapi ia tak mampu mengurusnya seorang diri. Sedangkan anak beliau yang wanita sudah berkeluarga dan tinggal di Bandung sedangkan anak yang terakhir laki-laki masih kuliah di Amerika serikat tepatnya di Princeton University. Dan sebenarnya beliau masih punya keinginan untuk membuka tempat kursus bahasa inggris dirumahnya namun karena keadaan toko serta kost yang seolah mati suri niat itu hanya dipendamnya saja, Tak hanya itu anak lelaki beliau pun sedang dalam kondisi stres karena batal menikah dengan wanita pujaan hatinya.

Bagai mendengar seorang dosen yang sedang curhat sayapun lebih banyak diam, Dan sejujurnya saya pribadi menjadi kurang yakin untuk bekerja dengannya karena apa yang saya bayangkan tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Hingga akhirnya sang dosen itu kembali bertanya kepada saya.

"Kau punya ide atau solusi untuk menghidupkan kembali usaha saya Satria"...Tanyanya secara mendadak.

Sontak saja sayapun hanya bisa glagapan dan tak tahu harus memulainya seperti apa, Karena pikiran sayapun dilanda kebimbangan untuk bekerja kepada sang dosen tersebut. Hingga akhirnya hanya cacian yang saya dapat darinya. Ingin rasanya saya merobek mulut sang dosen tersebut dan kemudian berlalu dari tempat itu. Namun saya sudah berjanji sama mas Dody, Dan tak ingin mengecewakannya. Hingga akhirnya sayapun mencoba menghidupkan kembali usaha Fotocopy sang dosen tersebut yang hampir enam bulan vakum dan tak terurus.




"Ok saya akan memulai dari menghidupkan usaha Fotocopy bapak selebihnya saya akan pikirkan nanti, Mungkin besok saya baru akan melaksanakannya semuanya".

"Bodoh kamu, Mengapa harus menunggu besok asal kamu tahu tiga mesin Fotocopy yang saya punya semuanya rusak. Saya ingin menyuruh Dody memperbaikinya tapi percuma karena tak ada juga yang mengurusnya"...

"Kalau begitu saya akan cek kerusakan semua mesin Fotocopy bapak"...Seru saya dengan perasaan jengkel.

Akhirnya saya segera menuju toko Fotocopy yang masih berada dihalaman samping rumah dosen tersebut. Tak berselang lama saya sudah didalam toko. Semuanya nampak berantakan penuh debu dan menjijikan. 3 mesin saya nyalakan sekaligus namun panel layar monitornya semuanya berlogo kode. Selain itu dua mesin lainnya lampu rol pemanas bawahnya nampak pecah terbelah. Sayapun tertawa melihat 3 mesin Fotocopy yang kerusakannya seperti disengaja atau ada orang yang menyabotasenya.

Saat saya sedang serius memandangi mesin Fotocopy yang kerusakkannya seperti dibuat-buat, Sang dosen pun menghampiri saya dan kembali berkata.

"Satria kalau bisa rapikan dan bersihkan toko ini agar besok kamu bisa kerja dengan nyaman, Oiya bagaimana keadaan mesin Fotocopy saya apa bisa kau tangani".

Meski sempat dibuat kaget oleh kehadirannya sayapun mencoba tenang walau sebenarnya saya merasa segan jika menjadi tukang Fotocopy, Terkecuali ditempat mas Dody. Satu mesin Fotocopy saya nyalakan kembali dan siap untuk dioprasikan. 2 mesin lainnya saya bilang rusak, Dan butuh dana sekitar 700 ribuan untuk memperbaikinya...Meski Faktanya mesin Fotocopy tersebut hanya butuh dana 250 ribu, Karena sang dosen awam dengan kerusakkan mesin ia percaya saja.

"Jika ganti sperpart kau sanggup menanganinya Satria, Apa perlu bantuan Dody"...Seru sang dosen kepada saya.

"Tidak perlu pak, Saya sanggup menangani semuanya siapkan saja dana untuk pembelian sperpart barunya".

Akhirnya sang dosen tersebut menuruti apa yang saya butuhkan singkat cerita setelah sperpart saya dapatkan sayapun merapikan 2 mesin Fotocopy yang kerusakkannya tidak terlalu parah. Pukul 2.30 menjelang sore 3 mesin Fotocopy milik sang dosen sudah siap beroperasi semuanya, Sambil menunggu pelanggan sayapun segera merubah tata,an ruang toko tersebut yang menurut saya lebih nyaman dan enak dipandang. Tak hanya itu saja sayapun membersihkan seluruh ruangan toko yang penuh dengan debu karena hampir 6 bulan tak beroprasi.Meski harus sampai malam saya tidak perduli karena saya telah mendapat uang lebih dari hasil membohongi sang dosen.😁😁

Keesokan harinya, Pagi sekali saya sudah berada ditoko Fotocopy milik pak Tomy alias sang dosen sastra inggris. Sambil santai menunggu pelanggan sayapun mencoba berpikir bagaimana cara membangkitkan kembali semua toko berserta tempat kost yang sejak lama mati suri karena tak terurus. Sampai pada akhirnya pak Tomy sang dosen ingin berbicara empat mata dengan saya diruangannya. Tanpa ragu sayapun langsung menuju keruangan beliau.

"Pagii paak" ... Seru saya dengan santai.

"Pagi juga Satria, Terimah kasih kamu sudah membangkitkan kembali usaha Fotocopy saya dan saya berharap kamu juga bisa membangkitkan usaha saya yang lainnya sesuai yang pernah kita bicarakan sebelumnya"..

"Itu juga saya sedang pikirkan pak"... Balas saya kembali.

Sang dosenpun tersenyum dan ia merasa puas atas kinerja saya yang sudah merapikan usaha Fotocopy miliknya. Sayapun kembali bertanya kepada sang dosen mengapa usaha yang ia miliki bisa terhenti selama 6 bulan. Beliaupun dengan tenang menceritakannya kepada saya. Usahanya terhenti karena kesibukkan beliau yang padat dikampus tempat ia mengajar, Selain itu para pekerja sebelumnya semuanya bergaji kecil. Jadi tak heran banyak para pekerja yang tak jujur sampai masuk kerja semaunya ditambah anak pertama beliau mengalami depresi karena batal menikah dengan gadis pujaan hatinya. Hingga akhirnya usahanya terbengkalai termasuk usaha kost-kostsannya Ada perasaan lucu juga sedih dari apa yang sang dosen tuturkan kepada saya. Sambil meminum teh hangatnya sang dosen pun kembali berkata kepada saya.

"Satria, Saya berharap kamu bisa merubah semuanya kembali seperti yang saya harapkan meski semuanya memang perlu waktu. Masalah gaji kau tak perlu khawatir saya akan membayar kamu sesuai Umr kerja yang berlaku sekarang".

"Baiklah pak saya akan berusaha menjalankan semuanya sesuai dengan kemampuan saya".

"Ok saya percaya kamu dan ini ada sedikit uang lembur untuk kamu karena telah menghidupkan satu usaha saya, Dan perlu kamu ingat jangan pernah kecewakan saya"... Seru sang Dosen.

Sayapun sempat tercengang mendapatkan uang lembur yang boleh dikatakan cukup banyak bahkan hampir setengah dari uang gaji yang bakal saya terima nantinya. Ada perasaan menyesal dihati saya karena telah membohongi sang dosen kala mengganti sperpart mesin Fotocopy yang ia punya. Sebagai penebus dosa yang telah saya perbuat sayapun memang harus serius membangkitkan semua usaha pak Tomy, Sang dosen sastra inggris yang kini telah menjadi bos saya. Dan sejak itu saya membuat proposal untuk proyek merenovasi 15 Kost-Kostan yang ia punya karena untuk membangkitkan kembali usaha Kost-Kostan, Harus rapih menarik dan siap bersaing dengan Kost-Kostan yang ada disekitarnya. Tak hanya itu salon pangkas rambut yang beliau punya pun demikian. Dengan bermodalkan memasang iklan disurat kabar seorang Kapster pun mudah saya dapatkan. Selain itu saya juga menambah asisten rumah tangga agar dapat mengoprasikan toko klontong yang memang juga harus tetap bangkit seperti yang lainnya.


~3 Bulan Kemudian~


Sampai pada akhirnya sayapun bisa sedikit tersenyum puas dengan semua yang telah saya capai, Tak hanya saya pak Tomy beserta anaknya pun ikut senang, Meski Kost-kostan masih dalam tahap renovasi tetapi dalam hitungan minggu 15 kamar kost tersebut sudah bisa beroprasi dan siap menerima anak kost. Jika dahulu sebelum saya bekerja dengan pak Tomy..Kost-kostan itu untuk para mahasiswa laki-laki, Semenjak saya yang mengolalanya kost-kostan itu nantinya saya khususkan untuk mahasiswi perempuan. Sayapun cukup optimis dan mampu membuat kostan tersebut terisi semua oleh mahasiswi dan saya yakin juga pak Tomy pun akan setuju dengan ide dan gagasan saya.

Keesokan harinya saya langsung menemui pak Tomy dan ingin mengusulkan bahwa Kost-kostan yang ia miliki akan saya rubah menjadi Kost khusus untuk mahasiswi bukan mahasiswa. Benar saja ternyata Pak Tomy pun setuju saja dengan ide saya, Karena ia ada urusan penting dikampus akhirnya ia berkata kepada saya agar saya juga mau bekerja sama dengan anak pertamanya agar sang anak punya kesibukkan untuk meringankan beban saya dalam mengurus usahanya.

Sayapun menuruti apa yang pak Tomy amanatkan, Meski sejujurnya saya kurang begitu srek dengan Terry anak dari bos saya tersebut. Bukan tanpa alasan sebenarnya, Karena diusianya yang sudah 35 tahun kala itu, Ia masih hobi menonton film Porno... 😳😳 2 kali saya sering memergokinya meski ia sendiri pun tetap cuek terhadap saya, Saya pun memaklumi karena keadaannya yang memang depresi. Namun apapun itu saya tetap harus memangil Terry agar ia punya kegiatan, Mungkin dengan adanya sedikit kesibukkan bisa menjauhkan dirinya dari Film porno dan hal-hal yang selalu membebani pikirannya..Tak berselang lama Terry pun sudah berada dihadapan saya, Apa yang saya maksudkan semua saya beberkan kepada dirinya.

"Waahh dirubah jadi kostan mahasiswi boleh juga tuh, Kalau bisa mahasiswinya yang cantik-cantik Eeheeheeee!!" ... Serunya sambil tertawa-tawa.

Meski agak menjengkelkan karena kelakuannya yang aneh tetapi sayapun memaklumi keadaan Terry anak sang dosen tersebut. Sampai pada akhirnya ia berkata kembali kepada saya.

"Oiya Satria nanti bagaimana prosedurnya kalau ada mahasiswi yang ingin ngekost"... Tanyanya kembali seperti orang bodoh.

"Mas Terry tenang saja semua itu urusan saya, Yang terpenting nantinya mas Terry harus selalu siap bantu saya mengurus semua usaha yang ada dirumah ini"..

"Ok siap, Eehh Satria aku juga ingin menambah isi toko.? Jadi tak hanya Fotocopy dan alat tulis saja aku juga ingin menjual alat-alat listrik".

"Naah itu makin bagus mas Ter"... Jawab saya dengan senang.

"Haayooo kita belanja alat-alat listrik setelah makan siang nanti, Biar urusan toko nanti ada pembantu atau karyawan salon yang menjaganya"... Seru Terry dengan penuh semangat.

Sayapun hanya tersenyum mendengar apa yang ia katakannya, Meski ada keraguan untuk berbelanja bersama dengan Terry yang boleh dikatakan punya sedikit masalah dengan kejiwaannya. Namun apapun itu saya mencoba tetap optimis dengan semuanya. Akhirnya karena telah mengeluar mobil dari Garasi mau tidak mau saya hsrus ikut dengan Terry untuk berbelanja alat-alat listrik. Selama dalam perjalanan tidak ada masalah antara saya dan Terry, Bahkan cara Terry mengemudi mobilpun sangat apik dan penuh konsentrasi. Sampai pada pusat perbelanjaan yang kami tujupun Terry tetap santai bahkan menurut saya dirinya sangat sopan baik terhadap wanita yang lalu lalang dihadapannya maupun dengan keadaan lingkungan sekitar pusat perbelanjaan yang kami datangi. Setelah selesai berbelanja Terry pun mengajak saya kekawasan Glodok kota untuk membeli Vcd porno serta buku stensil yang kala itu sedang marak-maraknya dikawasan Glodok kota. Meski membuat saya geleng-geleng kepala tetapi saya tetap memakluminya karena kondisi kejiwaannya. Dalam perjalanan pulang sayapun banyak mengintrograsi Terry dengan berbagai macam pertanyaan terutama dalam hal wanita, Cinta dan asmara. Bahkan saya menyarankan kepada Terry untuk segera menikah saja, Walau semua itu ia jawab dengan tertawa.

"Apa menikah? Haahaaaa! Cape gw Sat, Sudah hampir 3 kali selalu digagalkan sama ibuku sendiri, Yaa katanya aku belum cukup mapan dan masih mengadalkan uang dari rumah".

"Lhoo kan semua bisa sambil berjalan mas Terry"...Seru saya.

"Betul memang Satria, Tetapi ibu tetap kekeh dan berharap gw bisa punya perusahaan dan bisnis besar diluaran, Bukan dirumah.. Meski sejujurnya gw udah cape lamar kerja sana-sini".

Mendapatkan jawaban seperti itu sayapun langsung terdiam. Karena apa yang mas Terry rasakan soal pekerjaan hampir sama seperti saya, Jenuh cari pekerjaan hingga terdampar dan bekerja oleh ayahnya yang seorang dosen. Meski apa yang dikatakan oleh Terry tentang dirinya saya belum terlalu yakin benar.

Singkat cerita kost-kostan yang telah saya renovasi akhirnya terisi penuh, Dan Kostan tersebut saya beri nama "WISMA SALJU" Tampilan dalamnya berwarna ungu dengan variasi pink sedang nampak dari luar berwarna putih bernuasa Salju. Dan telah terisi oleh 13 orang mahasiswi, Sisanya 2 orang lagi bukan mahasiswi melainkan seorang pekerja atau karyawan bank. Meski begitu bukan masalah juga bagi saya. Karena yang terpenting adalah usaha yang dimiliki oleh pak Tomy bisa kembali berkembang seperti dulu dan sayapun tetap profesional dalam bekerja meski bisa mendapatkan 15 anak kost yang kesemuanya adalah wanita tak ada niat saya untuk memacarinya, Justru saya lebih suka menyindir mas Terry agar ia bisa mencari pasangan yang serius dari ke 15 anak kost tersebut. Meski ia sendiri masih malu-malu tapi mau.😁😁

Seiring waktu yang terus berjalan dan kesibukkan sayapun semakin padat bersyukur mas Terry pun selalu sigap membatu saya bahkan jika toko ramai iapun tak segan-segan mengasih uang lembur yang berlebih kepada saya. Bahkan jika saya bekerja sampai malam hari. Meski usaha yang dimiliki oleh pak Tomy sudah berjalan semuanya tetapi bagi saya masih ada beberapa usaha yang memang harus saya ciptakan kembali yaitu membuka tempat kursus bahasa inggris dan mengisi satu ruangan yang kosong, Entah untuk usaha apa lagi semua masih jadi pertimbangan saya.

Hingga pada suatu hari istri dari bapak Tomy yang bernama ibu Karina meminta kepada saya agar menemani dirinya membayar listrik, Telepon serta berbelanja kebutuhan dapur dan toko kelontong yang memang ada beberapa barang yang habis. Dengan senang hati sayapun menemaninya. Setelah mengeluarkan mobil dari garasi sayapun langsung berangkat membawa ibu Karina istri dari bos saya untuk menemaninya berbelanja. Dalam perjalanan sayapun banyak berbicara dengan beliau dan tentunya membahas beberapa usaha yang sudah berjalan dirumahnya.

"Jadi ruang kosong yang ada dibelakang paling ujung itu ingin kamu jadikan tempat kursus bahasa inggris Satria"... Tanya beliau dengan tenang.

"Bukan itu bu, Justru ruang kosong itu ingin saya buat usaha juga cuma masih tanda tanya, Usaha apa baiknya"... Balas saya.

"Oohh begitu, Lalu rencana bangun tempat kursus bahasa inggris disebelahnya begitu maksudnya Satria".

"Betul sekali buu"..

"Sekarang begini saja Satria jika kau tak mau pusing kontrakan saja ruang kosong itu ke orang lain dan untuk proyek bangunan tempat kursus bilang sama bapak nanti saja lebih baik urus saja yang ada dulu".

Apa yang diusulkan ibu Karina sebenarnya menurut saya ada benar juga karena untuk membangun tempat kursus bahasa inggris serta mengisi ruang yang kosong untuk usaha lainnya juga butuh uang yang tidak sedikit. Akan lebih bagus memang mengumpulkan uang dulu dari hasil usaha yang ada. Dan pada akhirnya kami semua sepakat menjalani usaha yang ada dulu baru kedepannya dipikirkan kembali untuk membuat tempat kursus bahasa inggris. Sejak itu semuanya berjalan lancar tanpa kendala. Bahkan mas Terry pun rajin dan serius dalam membantu saya, Meski masih belum merubah sifatnya yang masih hobi menonton Film porno tetapi bagi saya lambat laun pasti ia bisa merubahnya.


~Jatuh Cinta Dengan Anak Sang Dosen~


Namun dikala semua usaha yang saya bentuk lancar tanpa kendala ibu Karina pun lebih sering keluar rumah baik untuk berbelanja maupun arisan. Karena seringnya saya antar lama-kelamaan ia sering menyuruh-nyuruh saya untuk mengantar dirinya, Bahkan tak perduli jika kerjaan saya lagi banyak-banyaknya. Meski menjengkelkan mau tidak mau tetap harus saya nikmati. Hingga pada hari jum,at menjelang sore ibu Karina kembali minta diantar ke mall untuk membeli aneka macam keperluan dapur karena pada hari sabtu anaknya yang tinggal dikota Bandung akan datang berkunjung menemuinya.

"Satria lekas antar saya untuk berbelanja soalnya besok anak dan cucu saya akan berkunjung kesini, Oiya besok sekitar jam 10 pagi kamu juga harus jemput anak saya distasiun gambir"..

"Lhoo bu, Urusan itu kenapa tidak suruh pembatu saja sih"... Seru saya agak jengkel.

"Naah kamu mulai malas kan".

"Bukannya begitu bu, Ada beberapa dokumen mahasiswi yang harus saya Fotocopy dan jilid".

"Kamu nggak usah Khawatir serahkan saja urusan itu kepada anak saya Terry biar dia yang urus. Biar ia ada kerjaan serta kesibukkan".

Akhirnya mau tidak mau saya harus menuruti nyonya majikan. Bah seorang sopir dan pesuruh sayapun mengantarnya keswalayan, Tak hanya itu saja keesokan harinya sayapun harus menjemput kedatangan anaknya distasiun kereta api Gambir.

Stasiun Gambir pukul 12.30.. Hampir satu jam saya menunggu distasiun tersebut, Karena ada keterlambatan waktu akhirnya kereta Parahyangan rute Bandung-Jakarta tiba distasiun Gambir pada pukul 13.30. Sayapun menunggu anak sang dosen pada tempat yang telah ditentukan oleh ibu Karina, Ciri dan pakaiannya pun sudah saya dapatkan, Agar lebih muda untuk mengenalinya. Tak berselang lama dihadapan saya telah berdiri wanita berbaju merah darah berserta rompi hitam tipis, Dan celana bahan hitam berkilau. Sayapun yakin 100% bahwa itu adalah Kantika atau lebih dikenal dengan Kens, Anak sang dosen yang sedang saya tunggu.

Sayapun dibuatnya terperangah oleh aura kecantikannya, Meski pada dasarnya cantik itu relatif. Tetapi sepertinya anak sang dosen yang bernama Kantika itu masuk dalam type wanita yang saya sukai, Jika terhadap anak kost saya masih bisa menahan diri entah kenapa melihat Kantika saya tak mau membohongi perasaan hati saya sendiri. Walau saya tahu bahwa ia sudah menikah diusia muda dan memiliki satu anak, Tetapi dimata saya Kantika tak ubah seperti anak Kost yang ada ditempat saya berkerja.

Akhirnya karena terlena akan kecantikan anak sang dosen. Sayapun berlagak pilon agar ia mau menegur saya lebih dulu. Meski pada kenyataannya memang demikian. Kantika pun, langsung menghampiri dan mencoba bertanya kepada saya.

"Maaf boleh tanya, Apakah mas yang bernama Satria"..

"Oohh! Iya betul mbak, pasti ini mbak Kens yaa"...Seru saya pura-pura bodoh.

"Iyaa betul mas Satria, Oiya kamu tolong bawa koperku yaa"...Serunya dengan lembut.

"Ok siap mbak, Maafkan saya juga mbak bingung soalnya tadi, Karena ada juga wanita yang memakai baju sama persis dengan yang mbak Kens pakai"... Jawab saya berbohong.

Kantika pun mengangguk dan tersenyum lalu kami berdua segera berjalan beriringan kearah lobi bawah dan langsung menuju tempat saya memarkirkan mobil. Entah mengapa ada perasaan bahagia yang begitu menggebu dihati saya. Mobil Honda Accord pun langsung meluncur menerjang panasnya kota Jakarta. Tak ingin terburu-buru atas kebahagian yang saya dapatkan, Mobilpun saya putar kearah yang semakin jauh dengan alasan banyak perbaikan jalan. Beruntung Kantika tidak memperdulikan hal itu bahkan iapun menanyakan soal usaha ayahnya kepada saya. Laju mobilpun kembali saya perlambat, Spion tengah selalu saya arahkan tepat kearah dimana posisi Kantika duduk agar dapat menikmati keanggunan wajahnya.

"Oiya Satria dengar-dengar kost-kostan dan usaha lainnya yang ada dirumah kembali berjalan, Dan semua berkat ide kamu yaa".

"Aahh! Mbak Kens ini bisa saja, Usaha itu bisa berjalan kembali karena bantuan orang rumah juga mbak".

"Semoga usaha dirumah bapak bisa selamanya berjalan lancar yaa mas Satria"... Seru Kantika.

"Yaa sayapun berharap demikian mbak"... Jawab saya kembali, Sambil sesekali memandang wajah Kantika dari kaca spion tengah. Dan dalam hal ini sayapun tak ingin banyak bicara dengannya karena saya lebih suka menikmati aura kecantikan wajahnya. Terkecuali jika Kantika sendiri yang menanyakan sesuatu kepada saya barulah akan saya jawab sebisa mungkin. Dan tanpa terasa akhirnya saya dan Kantika pun sampai dirumah... Sang ibu pun merasa gembira atas kedatangan anaknya. Hanya Terry yang nampak biasa saja atas kehadiran adiknya itu. Sayapun kembali melakukan aktifitas seperti biasa meneruskan beberapa arsip yang harus difotocopy yang sebelumnya telah dipegang Terry.

Sorepun mulai menjelang karena hari sabtu pekerjaan pun tidak terlalu padat hanya pangkas rambut dan toko kelontong yang nampak ramai, Namun itu bukan urusan saya, Karena sudah ada orang yang memegangnya masing-masing. Setelah mengontrol 15 kamar kost sayapun kembali keruangan kerja saya yang memang masih menyatu dengan toko Fotocopy. Sebenarnya ingin sekali saya masuk keruang tengah agar dapat berbincang-bincang dengan Kantika, Namun karena ia kelelahan setelah menumpuh perjalanan Bandung-Jakarta niat itu saya batalkan dan juga percuma saja jika bicara dengan Kantika diruang tengah. Karena menurut saya sangat tidak nyaman.

Akhirnya sore itu pun saya hanya bisa melamun seorang diri, Hanya wajah Kantika yang selalu ada diingatan saya. Sayapun merasa tak mengerti mengapa awal bertemu dengan Kantika saya merasa begitu sangat bahagia dan tidak perduli walau ia sudah punya suami. Pikiran-pikiran itulah yang terus menghantui saya sore itu bahkan sampai waktu jam kerja saya telah usai sayapun masih betah hingga pukul 17.45 sebelum magrib barulah saya pulang. Sampai keesokan harinya meski hari minggu, Demi ingin berjumpa dengan Kantika sayapun rela masuk kerja dengan alasan ingin mengontrol mesin Fotocopy supaya tidak ada kerusakan mendadak.

Kehadiran sayapun membuat pak Tomy serta istri merasa senang begitu pun dengan Kantika. Kesempatan memang ada untuk mengobrol dengan Kantika namun bagi saya semua itu sangat terbatas, Saya kurang puas dan nyaman. Tetapi meski begitu sayapun tetap merasa senang karena bisa bertemu dengan Kantika. Bahkan sampai hari senin pun jika mengobrol dengan Kantika selalu saya sempatkan meski harus berpacu dengan waktu dan kesibukan saya mengurus Fotocopy dan anak-anak kost. Dan karena kehadiran Kantika pula yang membuat saya menjadi semangat dan betah bekerja dengan pak Tomy meski awalnya saya kurang percaya diri dengan pekerjaan tersebut.

Hampir 5 hari sudah Kantika berada dirumah orang tuanya, Hingga pada hari kamis siang disaat saya baru pulang dari mengantar ibu Karina untuk arisan, Rumah tempat saya bekerjapun nampak sepi setelah bertanya dengan para pembantu mereka hanya mengatakan bahwa mas Terry dan Kapster salon sedang berbelanja alat serta kebutuhan salon pangkas rambut yang juga menjadi usaha milik pak Tomy. Sayapun langsung memakluminya beruntung toko Fotocopy tidak terlalu ramai jadi kesempatan ini saya manfaatkan untuk mengobrol panjang dengan Kantika yang saat itu sedang berada diruang buku tak jauh dari ruang kerja saya.

Kehadiran saya diruang buku milik ayahnya membuat Kantika tersenyum, Sayapun membalas dengan senyuman pula. Sayapun berkata kepada kantika bahwa jika pekerjaan tidak terlalu padat dan sedang ingin santai, Ruang bukulah yang saya tuju untuk sekedar menambah wawasan baca untuk diri saya sendiri. Kantika pun merasa senang meski dirinya sendiri mengatakan tidak terlalu suka membaca buku, Terkecuali buku novel. Karena meski ayahnya seorang dosen sastra inggris ia tidak terlalu suka dengan bidang tersebut. Dirinya lebih tertarik dengan bidang manajemen bisnis, Meski pada akhirnya ia lebih memilih menikah muda dan menjadi seorang ibu dengan satu anak.

Sayapun semakin akrab dengan Kantika dan aura kecantikannya semakin membuat saya betah bersamanya diruang buku siang itu. Dari ngobrol serius hingga bercanda yang membuat saya semakin berhasrat ingin memilikinya sampai saya lupa diri dan memeluknya, Mendapat perlakuan seperti itu Kantika pun nampak kaget, Justru saya semakin erat memeluknya bahkan membelai rambutnya sambil berkata bahwa saya menyukainya.

"Saattriiiaa!! Lepaskan, Giilaa kamu yaa"...Bentaknya kala itu juga.


~ Bersambung ~


Berhubung sang Admin sangat teramat sibuk Berkarier...Eehh salah Berkelir maksudnya..😁😁 Jadi tunggu saja sambungannya setelah pesan-pesan berikut ini.



~ Thank~You ~