Yaa kali ini kembali saya akan melanjutkan sambungan kisah yang sebelumnya telah saya tulis dimana kala itu Setelah urusan Terry selesai dan berhasil memindahkan beliau kepesantren daerah Tasikmalaya pikiran sayapun bisa sedikit tenang meski setiap bulan saya harus menjenguknya kesana. Tetapi masalah sepertinya tak pernah akan ada habisnya. Sejak kost-kostan dikelola oleh ibu Karina banyak pertengkaran terjadi antara anak kost dan bu Karina. Para anak kost diharuskan patuh dengan apa yang ia perintahkan. Dan anehnya lagi anak kost dilarang membawa peralatan masak hingga tak boleh dandan berlebihan. Sebagian anak kost ada yang keluar karena merasa muak dengan aturan yang ibu Karina berikan. Sisanya mencoba bertahan.
Menyikapi hal ini sayapun melakukan protes, Demi membela para penghuni kost. Dan mencoba merubah aturan aneh yang telah ibu karina tetapkan terhadap anak Kost. Perdebatan sengit pun terjadi antara saya dan ibu Karina. Bahkan ibu Karina tetap kekeh terhadap aturan yang ia tetapkan.
"Satria bilang kepada anak-anak kost kalau mau nyaman dan banyak keinginan suruh tinggal dirumahnya saja"..
"Lhoo ibu ini aneh, Bukankan dari awal prosedurnya tidak seperti itu, Dulu tidak ada anak kost yang sering protes, Tetapi kenapa sejak ibu punya aturan menjadi lain".
"Ini aturan sekarang, Dan saya yang menentukannya"...Balasnya dengan nada kesal.
"Ok kalau itu kemauan ibu silahkan urus semuanya sendiri, Dan mulai hari ini saya keluar dari pekerjaan ini, Saya sudah capek dengan keanehan-keanehan yang ibu buat".
"Satriiiaaa! dengar saya dulu, Kau henndaak!! Saattriiiaa"...
Sayapun tidak perduli lagi dengan teriakan ibu Karina. Karena aturan yang telah ia buat sangat teramat merugikan para penghuni kost. Bukan tanpa alasan saya kesal dengan ibu Karina. Karena banyak kost-kostan yang berada disekitaran tempat saya bekerja. Jika ibu Karina berbuat aturan yang berlebihan sudah barang tentu penghuni kost merasa tidak nyaman dan tentunya akan pindah ketempat kost lainnya yang memang banyak ada dikawasan lingkungan tersebut.
Akhirnya hari itu juga saya merasa sudah kembali menjadi seorang pengangguran, Dan belum menerima gaji yang terakhir. Tetapi meski begitu, Itulah suatu keputusan yang memang telah saya buat. Bersyukur saya masih ada sisa uang tabungan yang bisa saya gunakan jika ada keperluan mendadak atau untuk modal mencari pekerjaan lainnya.
Meski sudah menjadi seorang pengangguran tetapi jika berada dirumah saya tetap mengatakan masih bekerja kepada kedua orang tua saya. Karena sejak sudah tidak bekerja lagi dengan ibu Karina aktifitas saya sehari-hari kembali lagi ketempat mas Dody. Bahkan terhadap mas Dodypun saya tidak menceritakan kalau sebenarnya saya sudah tidak bekerja lagi dirumah besar milik Almarhum bapak Tomy.
Pagi menjelang siang saya sudah berada ditempat Fotocopy milik mas Dody, Kehadiran sayapun disambut hangat oleh mas Dody dan anak buahnya.
"Wuuiidiihh! Ada boss nih, Pasti mau traktir kita-kita lagi nih"... Seru mas Dody berbarengan dengan anak buahnya.
"Huuufss bisa saja kalian ini, Tapi boleh deh mumpung gw lagi jenuh nih kita jalan-jalan kepuncak yuuks! Biar masalah ongkos gw yang tanggung, Kecuali makan pada Bs yaa"...Balas saya kembali.
"Waaduuhh luh lagi jenuh Sat, Aahhh! Palingan salah satu anak kost luh pacarin dan luh diputusin haahaaa"... Seru mas Dody.
"Ngacoo saja nih mas Dody, Anti gw macarin anak kost yang gw kelola sendiri".
Haaahaaaa tawa mas Dody seolah tak percaya... "Bisa banjir terus Sat Jakarta kalau luh anti pacaran".
Akhirnya saya, Mas Dody berserta anak buahnya saling bercanda gurau. Hingga akhirnya saya curhat tentang semua pekerjaan yang saya alami dari awal pertama masuk sampai pak Tomy wafat hingga usahanya diteruskan oleh istrinya. Terkecuali hubungan saya dan Kantika yang tidak saya ceritakan kepada mas Dody. Mas Dodypun tampak serius mendengar curhatan saya tak ada kata yang terlontar dari bibirnya sampai sayapun mengakhiri apa yang saya ceritakan kepada beliau.
"Sekarang begini saja Sat, Selama pekerjaan itu menurutmu masih nyaman yaa jalani saja, Tetapi kalau sudah tidak nyaman yaa luh bisa mencari pekerjaan lain".
Apa yang dikatakan mas Dody memang ada benarnya, Intinya nyaman atau tidaknya sebuah pekerjaan semua keputusan tetap ada pada diri saya sendiri. Akhirnya sayapun mencoba tenang dan pada sore harinya sayapun menepati janji saya pada mas Dody dan anak buahnya untuk membuat acara dikawasan puncak Bogor, Hanya untuk reflesing menghilangkan kejenuhan dari rutinitas pekerjaan.
Hari-hari yang saya lalui terus berlalu dan semenjak tidak lagi bekerja dengan ibu Karina entah mengapa saya enggan mencari info tentang keadaan beliau sekarang ini. Selain itu seperti apa rumah besar beserta anak-anak kost, Jika tanpa saya, Itu semua sudah bukan urusan saya lagi. Hingga pada akhirnya tak ingin terlalu terbebani oleh hal yang sudah berlalu sayapun mencoba mencari pekerjaan baru yang berbeda meski semua itu butuh waktu dan kesabaran.
Tiga bulan telah berlalu kala saya sibuk dengan aktifitas mencari pekerjaan baru yang belum membuahkan hasil Kantikapun menghubungi saya secara mendadak. Dirinya berharap saya mau menjemputnya distasiun Gambir karena banyak hal yang ingin ia bicarakan dengan saya. Akhirnya tanpa banyak pertimbangan keseokan harinya saya menjemput Kantika dengan menggunakan kendaraan umum menuju stasiun Gambir.
Tepat pukul 10.00 pagi Kantikapun tiba distasiun Gambir. Kehadirannya pun saya sambut dengan senyuman, Begitu pula dengan Kantika, Iapun segera menghampiri saya dan langsung mengatakan sesuatu yang bikin saya sedikit agak terkejut.
"Apaa!! Ibu Karina sakit kanker rahim"... Seru saya merasa tak percaya.
"Benar Satria sekarang ibuku berada dirumah sakit, Tadi aku sudah menelepon kesana dan dokter mengatakan baru besok bisa menjenguknya"...Balas Kantika mencoba tenang.
"Maafkan aku mbak Kens, Seehha"...
"Sudahlah Satria aku mengerti perasaanmu, Dan sewaktu kau berdebat dengan ibu, Dua hari kemudian akupun demikian. Hingga baru hari ini aku bisa ke Jakarta setelah dapat kabar dari mang Giman tukang kebun rumah bahwa ibu sakit mendadak"...
"Jadi selama 3 bulan mbak baru bisa ke Jakarta hari ini".
"Betul Satria, Nanti saja kalau sudah dirumah aku ceritakan semuanya, Dan juga aku sangat butuh bantuanmu".
"Oiya kita naik angkutan umum mbak".
Kantikapun mengangguk, Akhirnya saya dan Kantika kembali naik Kereta lagi menuju Depok. Setelah tiba di Depok kami berduapun lanjut dengan menaiki becak untuk menuju rumah besar yang hampir 3 bulan ini tidak saya datangi. Begitupun dengan Kantika. Selama dalam perjalanan sepertinya Kantika sudah tidak canggung lagi jika bersama saya. Terbukti selama kami berdua dalam satu becak, Kantika lebih banyak membuka pembicaraan. Hingga akhirnya saya dan Kantikapun sampai dirumah besar tersebut. Seperti ada rasa rindu yang mendalam setelah sampai anak kostlah yang saya temui terlebih dahulu.
Kehadiran sayapun disambut haru oleh para anak kost yang kini hanya tinggal 7 orang, Mereka semua mahasiswa semester akhir. Sisanya lebih memilih ngekost ditempat lain, Karena tak kuat dengan aturan baru yang ibu Karina buat secara dadakan. Sayapun mengerti apa yang dirasakan oleh anak kost. Hingga akhirnya sayapun kembali merubah aturan seperti semula kepada para penghuni kost. Dan pada akhirnya semua itu menjadi suatu kelonggaran bagi ke 7 anak kost tersebut. Bahkan sang anak kost juga sudah lebih tahu kalau ibu Karina mengalami sakit Kanker rahim. Justru hal itu membuat anak-anak kost senang dan berharap Kanker rahim yang diderita oleh ibu Karina tidak ada obatnya. Sayapun hanya bisa geleng-geleng kepala mendengan aksi mereka, Yang mungkin disebabkan karena tekanan yang ibu Karina berikan kepada mereka terlalu berlebihan.
Menyikapi hal ini sayapun melakukan protes, Demi membela para penghuni kost. Dan mencoba merubah aturan aneh yang telah ibu karina tetapkan terhadap anak Kost. Perdebatan sengit pun terjadi antara saya dan ibu Karina. Bahkan ibu Karina tetap kekeh terhadap aturan yang ia tetapkan.
"Satria bilang kepada anak-anak kost kalau mau nyaman dan banyak keinginan suruh tinggal dirumahnya saja"..
"Lhoo ibu ini aneh, Bukankan dari awal prosedurnya tidak seperti itu, Dulu tidak ada anak kost yang sering protes, Tetapi kenapa sejak ibu punya aturan menjadi lain".
"Ini aturan sekarang, Dan saya yang menentukannya"...Balasnya dengan nada kesal.
"Ok kalau itu kemauan ibu silahkan urus semuanya sendiri, Dan mulai hari ini saya keluar dari pekerjaan ini, Saya sudah capek dengan keanehan-keanehan yang ibu buat".
"Satriiiaaa! dengar saya dulu, Kau henndaak!! Saattriiiaa"...
Sayapun tidak perduli lagi dengan teriakan ibu Karina. Karena aturan yang telah ia buat sangat teramat merugikan para penghuni kost. Bukan tanpa alasan saya kesal dengan ibu Karina. Karena banyak kost-kostan yang berada disekitaran tempat saya bekerja. Jika ibu Karina berbuat aturan yang berlebihan sudah barang tentu penghuni kost merasa tidak nyaman dan tentunya akan pindah ketempat kost lainnya yang memang banyak ada dikawasan lingkungan tersebut.
Akhirnya hari itu juga saya merasa sudah kembali menjadi seorang pengangguran, Dan belum menerima gaji yang terakhir. Tetapi meski begitu, Itulah suatu keputusan yang memang telah saya buat. Bersyukur saya masih ada sisa uang tabungan yang bisa saya gunakan jika ada keperluan mendadak atau untuk modal mencari pekerjaan lainnya.
Meski sudah menjadi seorang pengangguran tetapi jika berada dirumah saya tetap mengatakan masih bekerja kepada kedua orang tua saya. Karena sejak sudah tidak bekerja lagi dengan ibu Karina aktifitas saya sehari-hari kembali lagi ketempat mas Dody. Bahkan terhadap mas Dodypun saya tidak menceritakan kalau sebenarnya saya sudah tidak bekerja lagi dirumah besar milik Almarhum bapak Tomy.
Pagi menjelang siang saya sudah berada ditempat Fotocopy milik mas Dody, Kehadiran sayapun disambut hangat oleh mas Dody dan anak buahnya.
"Wuuiidiihh! Ada boss nih, Pasti mau traktir kita-kita lagi nih"... Seru mas Dody berbarengan dengan anak buahnya.
"Huuufss bisa saja kalian ini, Tapi boleh deh mumpung gw lagi jenuh nih kita jalan-jalan kepuncak yuuks! Biar masalah ongkos gw yang tanggung, Kecuali makan pada Bs yaa"...Balas saya kembali.
"Waaduuhh luh lagi jenuh Sat, Aahhh! Palingan salah satu anak kost luh pacarin dan luh diputusin haahaaa"... Seru mas Dody.
"Ngacoo saja nih mas Dody, Anti gw macarin anak kost yang gw kelola sendiri".
Haaahaaaa tawa mas Dody seolah tak percaya... "Bisa banjir terus Sat Jakarta kalau luh anti pacaran".
Akhirnya saya, Mas Dody berserta anak buahnya saling bercanda gurau. Hingga akhirnya saya curhat tentang semua pekerjaan yang saya alami dari awal pertama masuk sampai pak Tomy wafat hingga usahanya diteruskan oleh istrinya. Terkecuali hubungan saya dan Kantika yang tidak saya ceritakan kepada mas Dody. Mas Dodypun tampak serius mendengar curhatan saya tak ada kata yang terlontar dari bibirnya sampai sayapun mengakhiri apa yang saya ceritakan kepada beliau.
"Sekarang begini saja Sat, Selama pekerjaan itu menurutmu masih nyaman yaa jalani saja, Tetapi kalau sudah tidak nyaman yaa luh bisa mencari pekerjaan lain".
Apa yang dikatakan mas Dody memang ada benarnya, Intinya nyaman atau tidaknya sebuah pekerjaan semua keputusan tetap ada pada diri saya sendiri. Akhirnya sayapun mencoba tenang dan pada sore harinya sayapun menepati janji saya pada mas Dody dan anak buahnya untuk membuat acara dikawasan puncak Bogor, Hanya untuk reflesing menghilangkan kejenuhan dari rutinitas pekerjaan.
Hari-hari yang saya lalui terus berlalu dan semenjak tidak lagi bekerja dengan ibu Karina entah mengapa saya enggan mencari info tentang keadaan beliau sekarang ini. Selain itu seperti apa rumah besar beserta anak-anak kost, Jika tanpa saya, Itu semua sudah bukan urusan saya lagi. Hingga pada akhirnya tak ingin terlalu terbebani oleh hal yang sudah berlalu sayapun mencoba mencari pekerjaan baru yang berbeda meski semua itu butuh waktu dan kesabaran.
Tiga bulan telah berlalu kala saya sibuk dengan aktifitas mencari pekerjaan baru yang belum membuahkan hasil Kantikapun menghubungi saya secara mendadak. Dirinya berharap saya mau menjemputnya distasiun Gambir karena banyak hal yang ingin ia bicarakan dengan saya. Akhirnya tanpa banyak pertimbangan keseokan harinya saya menjemput Kantika dengan menggunakan kendaraan umum menuju stasiun Gambir.
Tepat pukul 10.00 pagi Kantikapun tiba distasiun Gambir. Kehadirannya pun saya sambut dengan senyuman, Begitu pula dengan Kantika, Iapun segera menghampiri saya dan langsung mengatakan sesuatu yang bikin saya sedikit agak terkejut.
"Apaa!! Ibu Karina sakit kanker rahim"... Seru saya merasa tak percaya.
"Benar Satria sekarang ibuku berada dirumah sakit, Tadi aku sudah menelepon kesana dan dokter mengatakan baru besok bisa menjenguknya"...Balas Kantika mencoba tenang.
"Maafkan aku mbak Kens, Seehha"...
"Sudahlah Satria aku mengerti perasaanmu, Dan sewaktu kau berdebat dengan ibu, Dua hari kemudian akupun demikian. Hingga baru hari ini aku bisa ke Jakarta setelah dapat kabar dari mang Giman tukang kebun rumah bahwa ibu sakit mendadak"...
"Jadi selama 3 bulan mbak baru bisa ke Jakarta hari ini".
"Betul Satria, Nanti saja kalau sudah dirumah aku ceritakan semuanya, Dan juga aku sangat butuh bantuanmu".
"Oiya kita naik angkutan umum mbak".
Kantikapun mengangguk, Akhirnya saya dan Kantika kembali naik Kereta lagi menuju Depok. Setelah tiba di Depok kami berduapun lanjut dengan menaiki becak untuk menuju rumah besar yang hampir 3 bulan ini tidak saya datangi. Begitupun dengan Kantika. Selama dalam perjalanan sepertinya Kantika sudah tidak canggung lagi jika bersama saya. Terbukti selama kami berdua dalam satu becak, Kantika lebih banyak membuka pembicaraan. Hingga akhirnya saya dan Kantikapun sampai dirumah besar tersebut. Seperti ada rasa rindu yang mendalam setelah sampai anak kostlah yang saya temui terlebih dahulu.
Kehadiran sayapun disambut haru oleh para anak kost yang kini hanya tinggal 7 orang, Mereka semua mahasiswa semester akhir. Sisanya lebih memilih ngekost ditempat lain, Karena tak kuat dengan aturan baru yang ibu Karina buat secara dadakan. Sayapun mengerti apa yang dirasakan oleh anak kost. Hingga akhirnya sayapun kembali merubah aturan seperti semula kepada para penghuni kost. Dan pada akhirnya semua itu menjadi suatu kelonggaran bagi ke 7 anak kost tersebut. Bahkan sang anak kost juga sudah lebih tahu kalau ibu Karina mengalami sakit Kanker rahim. Justru hal itu membuat anak-anak kost senang dan berharap Kanker rahim yang diderita oleh ibu Karina tidak ada obatnya. Sayapun hanya bisa geleng-geleng kepala mendengan aksi mereka, Yang mungkin disebabkan karena tekanan yang ibu Karina berikan kepada mereka terlalu berlebihan.
Setelah bertemu dengan para anak kost sayapun sedikit dibuat heran oleh keadaan rumah besar tersebut, Ternyata semenjak ibu Karina masuk rumah sakit kedaan rumah tersebut hanya dihuni oleh anak kost dan mang Giman saja, Semuanya pada berhenti bekerja entah apa penyebabnya. Mengetahui hal itu sayapun merasa teramat sedih, Karena pada akhirnya apa yang telah saya ciptakan sejak awal hingga membuahkan hasil kini kembali seperti dulu lagi sepi bagai tak berpenghuni. Kala sedang asik dalam lamunan tiba-tiba Kantika datang mengagetkan saya.
"Lhoo kau melamunkan apa Satria? Atau mungkin kau rindu pada anak kost"...Serunya sambil menggoda.
"Husst!! Ngaco saja kamu ini"... Balas saya kembali.
"Kamu heran yaa, Akupun demikian cuma sebelumnya mang Giman dan saudara dari ayahku sudah memberi kabar terlebih dahulu. Makanya aku butuh bantuanmu Satria".
Akhirnya Kantikapun menceritakan semua kejadian yang ada dirumah besar itu secara mendetail kepada saya. Apa yang diceritakan Kantika ternyata sama seperti yang ada dalam pikiran saya. Semuanya akan kembali seperti dulu.
"Kau ingin menjual rumah besar ini"...Seru saya kembali.
"Benar Satria, Semua terpaksa aku lakukan karena untuk biayaya ibu dan mas Terry dipesantren, Selain itu aku tak mungkin seorang diri mengurus rumah besar ini".. "Lhoo bukankah mbak kens bisa meneruskan usaha dirumah ini dengan dibantu oleh suami".
Kantikapun tertawa hingga akhirnya kembali berkata... "Asal kau tahu Satria, Suamiku dan ibuku tidak pernah akur sejak awal kami menikah dulu".
Akhirnya Kantikapun kembali bercerita tentang masa lalunya hingga akhirnya ia memilih mengikuti suaminya. Dan memang benar apa yang dikatakan Kantika sepertinya rumah besar yang dimiliki kedua orang tuanya memang harus dijual demi untuk kebutuhan biayaya rumah sakit ibunya yang cukup besar. Sayapun menyetujui usul Kantika untuk menjual rumah besar yang dulu tempat dimana saya bekerja. Sambil menunggu rumah itu laku terjual akhirnya aktifitas saya seperti biasa dari mengurus Fotocopy hingga kost-kostan. Hanya salon dan toko kelontong yang kini sudah tidak beroprasi lagi karena tiada orang yang mengurusnya. Seandainya dipaksakan pun hasilnya cuma sia-sia saja karena pada akhirnya nanti semuanya akan tutup semua.
Hari demi hari kembali saya jalani aktifitas dirumah besar tersebut, Meski hanya tinggal menunggu waktu saja namun demi Kantika apapun yang terjadi saya tetap bertahan dirumah besar tersebut. Begitupun dengan Kantika demi ibunya ia harus rela pulang pergi, Seminggu di Depok dan seminggu dikota Bandung. Namun penyakit yang diderita ibu Karina sepertinya lebih parah dari almarhum suaminya pak Tomy bermacam-macam obat serta cara dilakukan oleh pihak rumah sakit demi kesembuhan ibu Karina. Namun semua itu tetap tak ada perubahan yang berarti. Selain itu saya dan Kantika juga harus mengurus keadaan Terry yang berada dipesantren didaerah Tasikmalaya. Jika Terry bisa berubah selama dipesantren tetapi tidak dengan Tony justru kelakuannya tak pernah berubah meski berada dikantor polisi. Sampai pada akhirnya tersiar kabar bahwa Tony overdosis dipenjara yang menyebabkan kematian untuk dirinya.
Kepergian Tony tak menyebabkan duka yang berkepajangan bagi Kantika dan Terry sang kakak. Namun meski begitu masih banyak biayaya yang harus dikeluarkan kembali demi kesembuhan penyakit yang diderita oleh ibu Karina. Bahkan demi orang tuanya Kantika saya harus rela mengabaikan usaha Fotocopy dan kost-kostan demi menemani dirinya dirumah sakit. Hingga akhirnya seiring waktu yang berjalan para anak-anak kostpun lulus kuliah. Satu persatu mereka pun mulai meninggalkan rumah besar itu. Sejak kepergian para anak kost rumah besar itu bah rumah hantu yang tak berpenghuni usaha Fotocopy yang saya kelolapun kadang buka kadang tutup, Semua itu demi menemami Kantika menjenguk ibunya dirumah sakit.
Detak sang waktu terus berjalan, Apapun itu semua pasti akan ada akhirnya. Begitupun yang terjadi dalam rumah besar tersebut. Tepat pukul 19.00 ibu Karina akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dirumah sakit di Jakarta. Kepergiannya membuat kesedihan yang mendalam bagi anaknya Kantika. Sayapun berusaha menenangkan dirinya karena tak ada sesuatu yang abadi dan kekal. Hingga duka itu berlalu, Dan sebagian aset- aset usaha yang ada didalam rumah besar itu akhirnya saya lelang bersama Kantika.
Seolah berbicara rumah besar itu berharap ada pengganti baru yang menghuni didalamnya namun 6 bulan berlalu sejak kepergian ibu Karina rumah itu belum juga ada peminatnya atau laku terjual. Hingga Kantika mengamanatkan rumah besar itu kepada saya agar tetap dirawat sampai ada orang yang mau membeli rumah tersebut. Hari demi hari sayapun sering mengontrol rumah besar tersebut setiap ada waktu senggang. Bahkan Kantikapun demikian dirinya pun selalu memberi kabar kepada saya jika ingin datang berkunjung kerumah besar tersebut. Tak hanya itu rumah besar tersebut juga menjadi saksi pertemuan sekaligus perpisahan antara kami berdua.
Waktu terus berlalu perkembangan zaman kian berubah akhirnya rumah besar itupun mendapat penghuni baru alias laku terjual. Dan dengan terjualnya rumah besar tersebut maka berakhir pula hubungan saya dan Kantika. Kami pun berpisah dengan saling mengerti satu sama lainnya. Meski kami berharap semoga dilain waktu kedaan bisa kembali mempertemukan meski dengan keadaan yang berbeda.
Demikianlah sebuah kisah kenangan yang saya tulis dengan secara singkat saja. Dan apa yang terjadi dalam lingkup rumah besar tempat saya bekerja dulu banyak memberikan pengalaman serta pahit manisnya arti kehidupan ini. Meski pada faktanya setiap orang pastinya punya pengalaman dengan yang namanya sebuah pekerjaan, Walau berbeda-beda semua tetap punya nilai yang berarti bagi yang menjalankannya masing-masing.
"Lhoo kau melamunkan apa Satria? Atau mungkin kau rindu pada anak kost"...Serunya sambil menggoda.
"Husst!! Ngaco saja kamu ini"... Balas saya kembali.
"Kamu heran yaa, Akupun demikian cuma sebelumnya mang Giman dan saudara dari ayahku sudah memberi kabar terlebih dahulu. Makanya aku butuh bantuanmu Satria".
Akhirnya Kantikapun menceritakan semua kejadian yang ada dirumah besar itu secara mendetail kepada saya. Apa yang diceritakan Kantika ternyata sama seperti yang ada dalam pikiran saya. Semuanya akan kembali seperti dulu.
"Kau ingin menjual rumah besar ini"...Seru saya kembali.
"Benar Satria, Semua terpaksa aku lakukan karena untuk biayaya ibu dan mas Terry dipesantren, Selain itu aku tak mungkin seorang diri mengurus rumah besar ini".. "Lhoo bukankah mbak kens bisa meneruskan usaha dirumah ini dengan dibantu oleh suami".
Kantikapun tertawa hingga akhirnya kembali berkata... "Asal kau tahu Satria, Suamiku dan ibuku tidak pernah akur sejak awal kami menikah dulu".
Akhirnya Kantikapun kembali bercerita tentang masa lalunya hingga akhirnya ia memilih mengikuti suaminya. Dan memang benar apa yang dikatakan Kantika sepertinya rumah besar yang dimiliki kedua orang tuanya memang harus dijual demi untuk kebutuhan biayaya rumah sakit ibunya yang cukup besar. Sayapun menyetujui usul Kantika untuk menjual rumah besar yang dulu tempat dimana saya bekerja. Sambil menunggu rumah itu laku terjual akhirnya aktifitas saya seperti biasa dari mengurus Fotocopy hingga kost-kostan. Hanya salon dan toko kelontong yang kini sudah tidak beroprasi lagi karena tiada orang yang mengurusnya. Seandainya dipaksakan pun hasilnya cuma sia-sia saja karena pada akhirnya nanti semuanya akan tutup semua.
Hari demi hari kembali saya jalani aktifitas dirumah besar tersebut, Meski hanya tinggal menunggu waktu saja namun demi Kantika apapun yang terjadi saya tetap bertahan dirumah besar tersebut. Begitupun dengan Kantika demi ibunya ia harus rela pulang pergi, Seminggu di Depok dan seminggu dikota Bandung. Namun penyakit yang diderita ibu Karina sepertinya lebih parah dari almarhum suaminya pak Tomy bermacam-macam obat serta cara dilakukan oleh pihak rumah sakit demi kesembuhan ibu Karina. Namun semua itu tetap tak ada perubahan yang berarti. Selain itu saya dan Kantika juga harus mengurus keadaan Terry yang berada dipesantren didaerah Tasikmalaya. Jika Terry bisa berubah selama dipesantren tetapi tidak dengan Tony justru kelakuannya tak pernah berubah meski berada dikantor polisi. Sampai pada akhirnya tersiar kabar bahwa Tony overdosis dipenjara yang menyebabkan kematian untuk dirinya.
Kepergian Tony tak menyebabkan duka yang berkepajangan bagi Kantika dan Terry sang kakak. Namun meski begitu masih banyak biayaya yang harus dikeluarkan kembali demi kesembuhan penyakit yang diderita oleh ibu Karina. Bahkan demi orang tuanya Kantika saya harus rela mengabaikan usaha Fotocopy dan kost-kostan demi menemani dirinya dirumah sakit. Hingga akhirnya seiring waktu yang berjalan para anak-anak kostpun lulus kuliah. Satu persatu mereka pun mulai meninggalkan rumah besar itu. Sejak kepergian para anak kost rumah besar itu bah rumah hantu yang tak berpenghuni usaha Fotocopy yang saya kelolapun kadang buka kadang tutup, Semua itu demi menemami Kantika menjenguk ibunya dirumah sakit.
Detak sang waktu terus berjalan, Apapun itu semua pasti akan ada akhirnya. Begitupun yang terjadi dalam rumah besar tersebut. Tepat pukul 19.00 ibu Karina akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dirumah sakit di Jakarta. Kepergiannya membuat kesedihan yang mendalam bagi anaknya Kantika. Sayapun berusaha menenangkan dirinya karena tak ada sesuatu yang abadi dan kekal. Hingga duka itu berlalu, Dan sebagian aset- aset usaha yang ada didalam rumah besar itu akhirnya saya lelang bersama Kantika.
Seolah berbicara rumah besar itu berharap ada pengganti baru yang menghuni didalamnya namun 6 bulan berlalu sejak kepergian ibu Karina rumah itu belum juga ada peminatnya atau laku terjual. Hingga Kantika mengamanatkan rumah besar itu kepada saya agar tetap dirawat sampai ada orang yang mau membeli rumah tersebut. Hari demi hari sayapun sering mengontrol rumah besar tersebut setiap ada waktu senggang. Bahkan Kantikapun demikian dirinya pun selalu memberi kabar kepada saya jika ingin datang berkunjung kerumah besar tersebut. Tak hanya itu rumah besar tersebut juga menjadi saksi pertemuan sekaligus perpisahan antara kami berdua.
Waktu terus berlalu perkembangan zaman kian berubah akhirnya rumah besar itupun mendapat penghuni baru alias laku terjual. Dan dengan terjualnya rumah besar tersebut maka berakhir pula hubungan saya dan Kantika. Kami pun berpisah dengan saling mengerti satu sama lainnya. Meski kami berharap semoga dilain waktu kedaan bisa kembali mempertemukan meski dengan keadaan yang berbeda.
Demikianlah sebuah kisah kenangan yang saya tulis dengan secara singkat saja. Dan apa yang terjadi dalam lingkup rumah besar tempat saya bekerja dulu banyak memberikan pengalaman serta pahit manisnya arti kehidupan ini. Meski pada faktanya setiap orang pastinya punya pengalaman dengan yang namanya sebuah pekerjaan, Walau berbeda-beda semua tetap punya nilai yang berarti bagi yang menjalankannya masing-masing.
44 Komentar
woah tepuk tangan bergemuruh akhirnya tamat sudah kisah 3 babak yang menguras emosi ini
BalasHapusternyata di balik sifat keras ibu K sang induk semang sekaligus nyonya rumah dikarenakan sakit keras..
bentar kang..itu beneran dialognya kala itu pake sapaan kau...kau...kau hendak kemana ...gitu gitu kah ternyata? wow ku merasa kayak lagi nonton film era jaman dulu xixixi
btw emang beneran tuh istilah kata jakarta bisa banjir trus kalau don juan sampe anti pacaran
btw akhirnya itu rumah laku berapa tuh kang?
kok jalan jalan di puncak bogornya ga diceritakan?
Tul mbul..😊😊
HapusDiaolognya dipermanis saja...aslinya lebih sering panggil nama.😊😊
Jakarta banjir udah dari zaman kompeni mbul..🤣🤣
Laku lumayanlah banyaklah mbul..Lumayan komisinya bisa buat traktir orang sampai 26 propinsi.😊😊
Jalan2 kepuncak cuma ngilangin stres saja mbul, dan nyenengin mas Dody dan kroco2nya.😁😁
Wwwkkkk ..
HapusYa ampooon ngakak parah aku baca pertanyaan kak Mbul 'kau ...kau .. kau' apa begitu dialognya ��.
Otomatis aku juga langsung keingetan sama dialog pilem era 8oan ��
🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄
HapusMas Sat taruh link 2 postingan sebelum yg ini dong.. biar runtut lagi mbacanya. Lagi males ngubek-ngubek nih. Hehehe. Makasih sebelumnya
BalasHapusAku juga lagi males mbak ngubek2..Soalnya nganu nanti.🤣🤣
HapusNggak apa2 mbak Anis kalau lagi malas, Pandangin photo aku juga sama aja udah baca 3 Episode.🤣🤣🤣 Dapat pahala juga malah..🤣🤣🤣🤣
Asikk pahala-ku udah bertambah banyak dong soalnya aku merhatiin banget fotonya 🤣
HapusAahhh massa yang benar Aaahhh!!..🤣🤣🤣
HapusAku juga merhatiin fotonya suka berfoto diatas meja, diatas rak 🤣
Hapus😳😳🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🤯🤯🤯🤪🤪🤭🤭🤭
Hapuswhuahahaha.. asyeeek lumayan ya Lia, cuma mandangin foto aja berpahala.
HapusOke lah.. saya cari sendiri dulu part 1 dan 2 *ngambek*
Jangan ngambek mbak Anis ntar Pahalanya hilang lho..🤣🤣🤣
HapusHuaaa kok ending ceritanya sedih begini 😭. Terus Kak Satria masih pernah ketemu lagi dengan keluarga Kantika nggak? Semoga mereka selalu dalam keadaan sehat sampai sekarang.
BalasHapusAminn..Meski jarang bertemu lagi Lee..😊😊
HapusDi balik tingkahnya itu ternyata ibu Karina sedang sakit kanker rahim dan akhirnya rumahnya pun di jual untuk biaya berobat dan ceritanya pun sad ending.
BalasHapusBetul Huu...😊😊😊
HapusOh akhirnya tragis juga ya, ibu Karina yang kelihatan streng ternyata sedang sakit kanker rahim dan akhirnya meninggal dunia.
BalasHapusInilah klimaksnya dari kisah kang Satria kerja sama dosen. Keluarga yang dari luar akur ternyata bermasalah didalamnya, ini diperparah dengan yang bantuin juga pea.😁
Coba kirim naskahnya ke stasiun televisi ikan terbang kang, siapa tahu nanti tayang dengan judul " akibat grepe grepe anak majikan akhirnya jadi pengangguran".😂
Kaboorrr 🏃🚴💨
mas mas...kaboornya nggenjot sepeda apa motor honda tuh wkwkkwkw
Hapusampun ini baca komen malah ngakak ...ampuni mbul ya Alloh...abisntadi ada baca kata pea dan grepe grepe anak majikan...aduuuuuuuhhh ������
@Agus...Betul kang akhirnya bu Karina tak tertolong karena ulahnya sendiri.
HapusYaa memang Takdirnya harus tutup kali usaha yang ada dirumah besar itu..Meski diusahin kaya gimana juga malah makin banyak masalah..
Beehaaahaaaa suuueee..🤣🤣🤣🤣
@Nyai Mbul...Genjot sepeda2,an yang biasa dinaikin topeng monyet..🤣🤣🤣
HapusMungkin mang Agus Jambe terinspirasi Eny Arrow kali..🤣🤣🤣
kabornya naik onta :D
HapusNaik motor bebek 😆
Hapus🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄
HapusYang jelas ngga naik r**"o mbul.😂
Hapushush nda buleh naik yang aneh aneh 😱🙄 maaaaaas
Hapusdari kemaren mbul marathon bacain cerpen cerpen kang satria di : cowok misteri, satria salju, satria tujuh salju sambil bacain komen komennya ngakak muluk
lalu sebelumnya uda khatamin cerpen cerpen mas agus di agus warteg wordpress dan blog sarilah, jadi mesam mesem dewe hahahhahah...
bermula dari pengen baca kenangan tentang mwb malah aku jadi banyak cerita kang satria dan mas agus juga mwb lainnya hihi...ku jadi kek merasakan feelnya hahahhahahha
Duh, jujur, hampir saja air mata saya rontok membayangkan kondisi rumah besar itu, Mas Satria. Begitulah dunia. Semua ada akhirnya. Ini patut kita jadikan cermin. Bahwa harta itu biar sediit. Yang penting ada keberkahan.
BalasHapusKisah ini pantas diangkat jadi film. Selamat malam.
Yaa begitulah kehidupan bu Haji yang terkadang bisa menjadikan pelajaran buat kita. Dan harta belimpah belum tentu jaminan juga hidup bahagia yaa bu Haji..😊😊
HapusBetul bu Haji rezeki biar sedikit kalau kita mau bersyukur pastinya akan cukup dan berkah.😊😊
Wah, ketinggalan babak 1 dan 2nya
BalasHapusBabak ketiganya bikin pen nangis, tragis sekali kisah ibu K ini.
Btw, foto mas Satria tahun berapa itu? lagi gemes-gemesnya ya? 😆
Wuuuaahaaaa bisa saja nih mbak pipit..🤣🤣🤣🤣🤣
HapusItu foto jaman pak Karno mbak Pipit, makanya masih unyu-unyu.😁
Hapusjhehehe meski gw gak tau cerita awalnya tapi gw setuju dengan nasihat pak dodi, kerja itu tentang kenyamanan, kerja kalo udah gak nyaman sama suasana ataupun temen kerjanya mending cari yang baru.. gw sering banget dapet pengalamn seperti itu, kadang temen kerja dan suasana gak enak, apalagi bis yang suka marah-marah gajelas, langsung out gw, tapi kalo kepepet gada kerjaan gw betahin bentar sih wkwkwk :D
BalasHapusWwwkkkk ..., Embeer ...
HapusBener kuwi, maaas ..
Kerja tuh paling utama kenyamanan hati dan pikiran
Kalu ngga, ya just leave it, eh* tinggalin maksudku :)
Eeemmbeerrr juga deh Nif ikut2 mas Hino.🤣🤣🤣
HapusBetul mas Khanif & Mas Hino kerja itu kenyamanan hati dan pikiran juga....Kalau nggak mending mangkal aje yee..🤣🤣🤣🤣😋
kamu aja mas yang mangkal sama mang agus, cocok kalian berdua wjwkwkwk :D
HapusLumayan bikin sedih yg bagian 3 ini banyak yg meninggal dunia dan bangkrut.
BalasHapusGue tebak, habis itu bekerja di telkom speedy kan terus pacaran sama bosnya wkwk
Betul itu Huu..😆😆
HapusBeehhhaaahaaa..🤣🤣🤣 Belum Huuu..Gw ke Makasar dulu menyempurnakan ilmu Dewa Topan Menggusur Gunung.😆😆
Setelah itu mampir ke Kota Medan Numpang Pacaran baru kerja Di telkom Speedy Huuu...😆😆🤣🤣🤣🤣🤣
Tapi ada benarnya juga Huuu Silahkan minta Hadiahnya ke Mas Agus atau mas Hermansyah Huu..😆😆🤣🤣🤣🤣🤣😃
Kok tari bacanya jadi mellow gini ya??? Hadeh, om satria sih??? Bikin ceritanya gitu sesekali lah bikin cerpen romantis yang endingnya pelukan atau bikin cerpen tentang perjodohan .
HapusYaa itu juga ada pelukan dan ciumnya tari jadi ada romantisnya juga..🤣🤣🤣🤣
HapusKok aku jd kpengen nangis yo mas bacanya...
BalasHapusTp liat dikomennya pada ketawa ketiwi, jd bingung nih mau nangis apa ketawa... suer sedih mas bacanya..
msh bersambung lg gak mas? barangkali ada Season 2
Tabahkan hatimu mas jangan menangis lagi malu sama biji..🤣🤣🤣🤣
HapusRumah besar akhirnya ttp dijual ya mas... Eh daerah mana itu rumahnya :D?
BalasHapusKasian juga sih ending si ibu, sampe kena kanker rahim :(. Tapi pas baca yg ttg Tony, ntah kenapa ada sedikit lega gitu, tukang onarnya jd almarhum. :D.
Masih daerah Depok mbak Fans..😊😊
HapusYaa begitulah akhir dari kisah seorang ibu Karina.😊😊
Iyaa akhirya sama seperti ibu dan ayahnya Tonypun menyusul keduanya.😂😂🤣
bener bener memori yang nggak bisa dilupakan
BalasHapusngebayangin taun segitu, keluarga ini udah pasti amat sangat berada dan karena masalah keluarga, bisa ilang semua
itu yang foto berdua, itu foto sama siapa kang? mas Tony atau Tery
Bisa dibilang demikian mbak, Karena selagi anak2nya masih sekolah pak Tomy terkenal Tajir melintirrr...Tiirr..😊 Meski akhirnya semuanya seperti habis tanpa arti..
HapusBukan keduanya mbak, Itu photo mas Giman pengurus kebun dan taman rumah mbak..😊😊
TERIMA KASIH SUDAH MELUANGKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBACA CORETAN YANG EEHEEM,! UHUUKS2!
Emoji