Dahulu sebuah ponsel hanya bisa digunakan untuk komunikasi, Sms dan mms, Warna tampilan layarnya pun monokrom alias hitam putih. Namun meski demikian ponsel tetap sebagai barang yang mewah kala itu.
Naah tulisan saya kali ini adalah tentang sebuah ponsel yang trend pada masanya, Atau bisa juga saya akan bernostalgia kembali dengan sebuah merk ponsel monokrom yang bernama Siemens C55 seperti apa kisahnya berikut dibawah ini.
Setelah lulus kuliah saya tak langsung mendapatkan sebuah pekerjaan, Melainkan harus rajin kesana-kemari agar dapat koneksi bisnis atau info lowongan pekerjaan. Beruntung saya masih punya seorang sahabat yang boleh dikatakan sudah saya anggap seperti orang tua sendiri. Namanya mas Dody. Saya mengenal beliau sejak masih sekolah dulu dan hingga saya lulus kuliah persahabatan saya dengan beliau tetap terjalin erat.
Menikmati masa-masa jadi seorang pengangguran sangatlah tidak mengenakan bagi saya. Maka tak heran selama belum mendapatkan sebuah pekerjaan sayapun sering membatu mas Dody kembali pada usaha Fotocopy yang ia kelolanya. Dari situ pula saya sering mendapatkan uang saku, Jadi meski pengangguran saya tidak bokek-bokek amat kala itu.
Sore itu disertain hujan yang cukup deras setelah dari tempat kediaman mas Dody sayapun bergegas menuju stasiun kereta untuk pulang kerumah. Jam pada ponsel Nokia 3350 saya, Menunjukan pukul 17.00. Setelah menunggu hampir 15 menit kereta pun tiba sayapun bergegas menaiki kereta tersebut hingga akhirnya sayapun sampai ditempat yang saya tuju, Yaitu stasiun Depok.
Sesampainya distasiun Depok hujanpun masih terus deras mengguyur kawasan tersebut. Karena tak sabar sayapun mencoba menerobos derasnya hujan guna menuju sebuah halte untuk lanjut menaiki sebuat angkot. Derasnya hujan membuat angkot jarang yang tiba dihalte tempat saya menunggu, Sekalipun ada sudah full dan penuh dengan penumpang. Tak terasa malampun segera menjelma.
Hujanpun mulai sedikit mereda, Sayapun masih duduk seorang diri dihalte tersebut. Derasnya hujan menyebabkan jalan menjadi banjir yang cukup tinggi, Sampah-sampah pun nampak hanyut terbawa air hujan yang terus mengalir menuju kedataran yang lebih rendah. Meski duduk melamun pandangan mata sayapun fokus dengan keadaan sekitar, Bahkan perhatian saya juga tak luput dari genangan air yang hampir seluruhnya menutupi jalan. Dan Sayapun sempat dibuat terpana oleh sebuah benda yang mirip dengan sebuah ponsel. Benda itupun ikut hanyut terbawa derasnya air hujan.
Tanpa ragu sayapun menghapiri benda tersebut dan mengambilnya dari genangan air, Dan benar saja dugaan saya ternyata sebuah ponsel bermerk Siemens C55. Sayapun nampak senang sekali, Apa yang ada dipikiran saya kala itu tidak sia-sia ternyata saya berteduh disebuah halte meski seorang diri. Ponsel yang saya temukan dalam keadaan mati, Mungkin disebabkan terkena air hujan. Namun setelah saya perhatikan air yang masuk kedalam ponsel tersebut tidak terlalu banyak dan masih bisa untuk ditangani.
Singkat cerita sesampainya dirumah ponsel Siemens C55 tersebut saya utak-atik bahkan saya keringkan seluruh bodynya dengan hair dryer. Termasuk dengan baterainya namun ponsel itu tetap tidak bisa menyala ditambah lagi saya tidak punya charger ponsel tersebut. Akhirnya saya ingin tahu siapa sang pemilik ponsel Siemens tersebut. Kartunya pun saya pindahkan keponsel Nokia 3350 saya. Akan tetapi kartu tersebut tidak bisa digunakan karena sudah koslet akibat terkena air hujan. Tak mau perduli dengan pemilik ponsel tersebut, Karena memang sudah rusak simcardnya akhirnya kartu sim tersebut saya buang.
Keesokan harinya ponsel itupun saya jemur dan sambil menunggu kering sayapun pergi membeli charger type Siemens C55. Akhirnya tanpa menunggu lama ponsel Siemens C55 bisa menyala dan hanya suara speakernya saja yang kurang bagus agak gemeresek. Untuk meyakinkan semuanya sayapun membawa ponsel tersebut ketukang service yang ada disebuah mall ditempat saya tinggal. Karena era ponsel jadul tak banyak tukang service ponsel yang ada dipinggir jalan. Terkecuali penjual kartu perdana dan pulsa, Itupun harganya diatas atas 100ribu, Baik perdana maupun Voucher pulsa.
Sesampainya ditukang service setelah dicek ternyata ponsel tidak ada masalah hanya sedikit masih ada sisa air yang tersisa sampai akhirnya ponsel Siemens C55 bisa digunakan kembali Cuma busa speakernya saja yang harus diganti dengan biaya sekitar 15ribu. Akhirnya karena ponsel yang saya temukan masih dalam keadaan normal sayapun membeli perdana baru serta Voucher pulsa agar ponsel Siemens C55 bisa saya gunakan untuk komunikasi sehari-hari. Sayapun tersenyum puas, Karena apa yang telah saya temukan bisa digunakan tanpa harus keluar uang banyak. Meski kala itu membeli perdana atau voucher sudah cukup menguras kantong bagi saya. Karena kala itu harga ponsel masih diatas 1 juta lebih. Bahkan ponsel Nokia 3350 yang saya punya itupun beli second seharga 600 ribu.
Dan atas kejadian itu pula saya jadi suka membaca-baca info tentang ponsel dari berbagai merek. Meski membaca info tentang ponsel kala itu harus rajin berlangganan majalah atau koran. Karena dulu belum ada yang namanya tabloid khusus tentang ponsel. Selain itu sayapun merasa bangga dan percaya diri karena jika keluar rumah selalu membawa 2 ponsel dengan nomor yang berbeda. Jika era sekarang punya 5 Smartphone orang akan terkesan biasa saja. Sangat berbeda jauh dengan dulu punya 1 ponsel saja sudah luar biasa apa lagi 2 ponsel.
Karena punya 2 ponsel yang berbeda type akhirnya saya bisa membedakan kelebihan antara Nokia dan Siemens. Meski dari segi harga Nokia unggul akan tetapi dari segi menu Nokia sangat kalah jauh dengan Siemens. Tak hanya itu saja meski masih dengan layar yang monokrom ponsel Siemens sudah bisa mengakses internet meski hanya berupa tulisan saja serta informasi, Walau hanya mengandalkan sistem GPRS akan tetapi jika diakses ponsel Siemens agak cepat koneknya ketimbang Nokia yang selalu terkendala oleh kata Error atau blank seketika. Memang dahulu akses internet diponsel banyak orang yang tidak menggunakannya karena sangat berbeda jauh dengan PC yang sudah bisa mencari apa saja dengan mesin telusur Google.
Akan tetapi apa yang dijanjikan para vendor-vendor ponsel terdahulu sudah terbukti, Menciptakan sebuah akses internet tidak harus selalu menggunakan PC saja. Sampai akhirnya teknologi semakin canggih ponsel pun banyak mengalami perubahan dari layarnya yang berwarna hitam putih kini menjadi berwarna atau polyphonic, Ponsel yang mampu memainkan nada hingga 40 not. Perubahan zaman tersebut mengakhiri pula ponsel Nokia 3350 saya yang semakin lama semakin drop baterainya hanya Siemens C55 yang masih tetap bertahan. Hal hasil jika Nokia 3350 saya rusak Siemens C55 saya jual kepada saudara saya seharga 275 ribu kala itu Sebelum akhirnya saya berganti alih keponsel polyponic.
Perubahan ponsel dari Monokrom ke Polyponic membuat saya enggan memakai merk Nokia lagi terlebih harganya pun terlalu mahal bagi saya kala itu yang hanya seorang pengangguran. Akhirnya sayapun membuat 2 pilihan untuk mengganti ponsel saya yang telah saya jual, Antara Siemens dan Sony Ericsson. Namun keduanya tak pernah bisa terbeli akibat saya bokek berat.🤣 🤣 Akhirnya 6 bulan kemudian barulah saya bisa membeli ponsel terbaru dengan tampilan layar berwarna...Dan pilihan saya adalah Siemens M65 Yang kalah itu menjadi pesaing Nokia 6600, Meski dari segi merk Nokia masih tetap unggul akan tetapi untuk Perfoma dan awet Siemens M65 lebih kokoh dan tahan banting.👇👇
Naah tulisan saya kali ini adalah tentang sebuah ponsel yang trend pada masanya, Atau bisa juga saya akan bernostalgia kembali dengan sebuah merk ponsel monokrom yang bernama Siemens C55 seperti apa kisahnya berikut dibawah ini.
Setelah lulus kuliah saya tak langsung mendapatkan sebuah pekerjaan, Melainkan harus rajin kesana-kemari agar dapat koneksi bisnis atau info lowongan pekerjaan. Beruntung saya masih punya seorang sahabat yang boleh dikatakan sudah saya anggap seperti orang tua sendiri. Namanya mas Dody. Saya mengenal beliau sejak masih sekolah dulu dan hingga saya lulus kuliah persahabatan saya dengan beliau tetap terjalin erat.
Menikmati masa-masa jadi seorang pengangguran sangatlah tidak mengenakan bagi saya. Maka tak heran selama belum mendapatkan sebuah pekerjaan sayapun sering membatu mas Dody kembali pada usaha Fotocopy yang ia kelolanya. Dari situ pula saya sering mendapatkan uang saku, Jadi meski pengangguran saya tidak bokek-bokek amat kala itu.
Sore itu disertain hujan yang cukup deras setelah dari tempat kediaman mas Dody sayapun bergegas menuju stasiun kereta untuk pulang kerumah. Jam pada ponsel Nokia 3350 saya, Menunjukan pukul 17.00. Setelah menunggu hampir 15 menit kereta pun tiba sayapun bergegas menaiki kereta tersebut hingga akhirnya sayapun sampai ditempat yang saya tuju, Yaitu stasiun Depok.
Sesampainya distasiun Depok hujanpun masih terus deras mengguyur kawasan tersebut. Karena tak sabar sayapun mencoba menerobos derasnya hujan guna menuju sebuah halte untuk lanjut menaiki sebuat angkot. Derasnya hujan membuat angkot jarang yang tiba dihalte tempat saya menunggu, Sekalipun ada sudah full dan penuh dengan penumpang. Tak terasa malampun segera menjelma.
Hujanpun mulai sedikit mereda, Sayapun masih duduk seorang diri dihalte tersebut. Derasnya hujan menyebabkan jalan menjadi banjir yang cukup tinggi, Sampah-sampah pun nampak hanyut terbawa air hujan yang terus mengalir menuju kedataran yang lebih rendah. Meski duduk melamun pandangan mata sayapun fokus dengan keadaan sekitar, Bahkan perhatian saya juga tak luput dari genangan air yang hampir seluruhnya menutupi jalan. Dan Sayapun sempat dibuat terpana oleh sebuah benda yang mirip dengan sebuah ponsel. Benda itupun ikut hanyut terbawa derasnya air hujan.
Tanpa ragu sayapun menghapiri benda tersebut dan mengambilnya dari genangan air, Dan benar saja dugaan saya ternyata sebuah ponsel bermerk Siemens C55. Sayapun nampak senang sekali, Apa yang ada dipikiran saya kala itu tidak sia-sia ternyata saya berteduh disebuah halte meski seorang diri. Ponsel yang saya temukan dalam keadaan mati, Mungkin disebabkan terkena air hujan. Namun setelah saya perhatikan air yang masuk kedalam ponsel tersebut tidak terlalu banyak dan masih bisa untuk ditangani.
Singkat cerita sesampainya dirumah ponsel Siemens C55 tersebut saya utak-atik bahkan saya keringkan seluruh bodynya dengan hair dryer. Termasuk dengan baterainya namun ponsel itu tetap tidak bisa menyala ditambah lagi saya tidak punya charger ponsel tersebut. Akhirnya saya ingin tahu siapa sang pemilik ponsel Siemens tersebut. Kartunya pun saya pindahkan keponsel Nokia 3350 saya. Akan tetapi kartu tersebut tidak bisa digunakan karena sudah koslet akibat terkena air hujan. Tak mau perduli dengan pemilik ponsel tersebut, Karena memang sudah rusak simcardnya akhirnya kartu sim tersebut saya buang.
Keesokan harinya ponsel itupun saya jemur dan sambil menunggu kering sayapun pergi membeli charger type Siemens C55. Akhirnya tanpa menunggu lama ponsel Siemens C55 bisa menyala dan hanya suara speakernya saja yang kurang bagus agak gemeresek. Untuk meyakinkan semuanya sayapun membawa ponsel tersebut ketukang service yang ada disebuah mall ditempat saya tinggal. Karena era ponsel jadul tak banyak tukang service ponsel yang ada dipinggir jalan. Terkecuali penjual kartu perdana dan pulsa, Itupun harganya diatas atas 100ribu, Baik perdana maupun Voucher pulsa.
Sesampainya ditukang service setelah dicek ternyata ponsel tidak ada masalah hanya sedikit masih ada sisa air yang tersisa sampai akhirnya ponsel Siemens C55 bisa digunakan kembali Cuma busa speakernya saja yang harus diganti dengan biaya sekitar 15ribu. Akhirnya karena ponsel yang saya temukan masih dalam keadaan normal sayapun membeli perdana baru serta Voucher pulsa agar ponsel Siemens C55 bisa saya gunakan untuk komunikasi sehari-hari. Sayapun tersenyum puas, Karena apa yang telah saya temukan bisa digunakan tanpa harus keluar uang banyak. Meski kala itu membeli perdana atau voucher sudah cukup menguras kantong bagi saya. Karena kala itu harga ponsel masih diatas 1 juta lebih. Bahkan ponsel Nokia 3350 yang saya punya itupun beli second seharga 600 ribu.
Dan atas kejadian itu pula saya jadi suka membaca-baca info tentang ponsel dari berbagai merek. Meski membaca info tentang ponsel kala itu harus rajin berlangganan majalah atau koran. Karena dulu belum ada yang namanya tabloid khusus tentang ponsel. Selain itu sayapun merasa bangga dan percaya diri karena jika keluar rumah selalu membawa 2 ponsel dengan nomor yang berbeda. Jika era sekarang punya 5 Smartphone orang akan terkesan biasa saja. Sangat berbeda jauh dengan dulu punya 1 ponsel saja sudah luar biasa apa lagi 2 ponsel.
Karena punya 2 ponsel yang berbeda type akhirnya saya bisa membedakan kelebihan antara Nokia dan Siemens. Meski dari segi harga Nokia unggul akan tetapi dari segi menu Nokia sangat kalah jauh dengan Siemens. Tak hanya itu saja meski masih dengan layar yang monokrom ponsel Siemens sudah bisa mengakses internet meski hanya berupa tulisan saja serta informasi, Walau hanya mengandalkan sistem GPRS akan tetapi jika diakses ponsel Siemens agak cepat koneknya ketimbang Nokia yang selalu terkendala oleh kata Error atau blank seketika. Memang dahulu akses internet diponsel banyak orang yang tidak menggunakannya karena sangat berbeda jauh dengan PC yang sudah bisa mencari apa saja dengan mesin telusur Google.
Akan tetapi apa yang dijanjikan para vendor-vendor ponsel terdahulu sudah terbukti, Menciptakan sebuah akses internet tidak harus selalu menggunakan PC saja. Sampai akhirnya teknologi semakin canggih ponsel pun banyak mengalami perubahan dari layarnya yang berwarna hitam putih kini menjadi berwarna atau polyphonic, Ponsel yang mampu memainkan nada hingga 40 not. Perubahan zaman tersebut mengakhiri pula ponsel Nokia 3350 saya yang semakin lama semakin drop baterainya hanya Siemens C55 yang masih tetap bertahan. Hal hasil jika Nokia 3350 saya rusak Siemens C55 saya jual kepada saudara saya seharga 275 ribu kala itu Sebelum akhirnya saya berganti alih keponsel polyponic.
Perubahan ponsel dari Monokrom ke Polyponic membuat saya enggan memakai merk Nokia lagi terlebih harganya pun terlalu mahal bagi saya kala itu yang hanya seorang pengangguran. Akhirnya sayapun membuat 2 pilihan untuk mengganti ponsel saya yang telah saya jual, Antara Siemens dan Sony Ericsson. Namun keduanya tak pernah bisa terbeli akibat saya bokek berat.🤣 🤣 Akhirnya 6 bulan kemudian barulah saya bisa membeli ponsel terbaru dengan tampilan layar berwarna...Dan pilihan saya adalah Siemens M65 Yang kalah itu menjadi pesaing Nokia 6600, Meski dari segi merk Nokia masih tetap unggul akan tetapi untuk Perfoma dan awet Siemens M65 lebih kokoh dan tahan banting.👇👇
Meski Nokia 6600 tetap jadi primadona kala itu, Akan tetapi saya tetap bangga memiliki Siemens M65 terlebih kamera M65 senilai 1 Megapixel ketimbang Nokia 6600 yang masih sekelas VGA. Bahkan untuk berselancar didunia maya M65 lebih unggul dari Nokia, Dan karena Siemens pula saya bisa menikmati internet diponsel tanpa harus ribet pergi kewarnet meski hanya memiliki jaringan 2G tetapi kala itu bisa internetan diponsel serasa didepan PC atau laptop.😁😁 Hebatnya lagi M65 meski murah tetapi perfoma Siemens tetap tidak murahan sangat berbeda jauh dengan Nokia yang hanya menang dimerk saja.😊
Bayangkan hanya dengan harga 1,2 juta saya bisa bebas berinternet ria kala itu meski harus sering membeli pulsa. Tak hanya itu kamera 1 megapixel yang dimiliki oleh M65 sangat berbeda jauh dengan Nokia 6600 yang kameranya masih sekelas VGA ditambah harganya yang hampir mendekati nominal 2 juta rupiah. Tahun terus berganti teknologi semakin canggih muncullah ponsel yang memiliki Kyboard Quwerty yaitu Blackberry atau lebih trend disebut BB. Kemunculan Blackberry tidak memberi banyak pengaruh pada ponsel seperti Nokia, Siemens, Sony Ericsson dan merek lainnya seperti Samsung dan Motorolla. Selain hanya untuk lambang gengsi kala itu adanya ponsel Blackberry yang hanya unggul pada Kyboardnya yang Quwerty, Kamera serta pin namun semuanya itu tak membuat ponsel lainnya meringis. Akan tetapi perubahan selalu tetap akan terjadi dan teknologi pun kian menjadi, Seiring berjalannya waktu satu persatu baik ponsel seri 40, Dan Symbian kian terus meredup pamornya kala ponsel berbadis Android muncul. Hanya ponsel Blackberry yang mampu bertahan tetapi lambat-laun iapun tak jauh berbeda dengan ponsel seri 40 serta Symbian semuanya semakin lesu dan terpuruk.
Ditengah persaingan ponsel yang kian memanas akhirnya brand dari vendor Siemens mulai gonjang-ganjing sampai akhirnya ia dibantu oleh perusahaan Benq untuk tetap bertahan ditengah panasnya persaingan ponsel. Iapun berganti nama dengan nama Benqsiemens, Namun tidak sampai setahun akhirnya keduanya tidak lagi meneruskan bisnis ponselnya, Baik Siemens dan Benq akhirnya tenggelam ditelan zaman kini produk besutan asal jerman itu hanya bisa dikenang saja.
Naah itulah sedikit cerita kenangan antara saya dan ponsel Siemens. Bermula menemukan sebuah ponsel bermerk Siemens hingga tertarik dan meyakinkan bahwa merk tersebut memang bisa diandalkan meskipun akhirnya harus tenggelam pula ditelan oleh zaman serta teknologi terbaru. Andaikan saja ponsel Siemens masih bisa bertahan hingga sekarang mungkin iapun akan merilis sistemnya menjadi seperti Android.😊😁 Tetapi apapun itu namanya pesaingan ataupun bisnis tetap ada untung dan ruginya. Jika sesuatu yang tidak menguntungkan meski dipaksakan sekalipun percuma saja.
Bagaimana dengan anda punya kenangan menarik tentang ponsel Siemens jadul, Baik apapun merk ponsel jadul anda jika itu punya kenangan yang berarti boleh dong berbagi cerita dengan saya pada kolom komentar dibawah ini.
Bayangkan hanya dengan harga 1,2 juta saya bisa bebas berinternet ria kala itu meski harus sering membeli pulsa. Tak hanya itu kamera 1 megapixel yang dimiliki oleh M65 sangat berbeda jauh dengan Nokia 6600 yang kameranya masih sekelas VGA ditambah harganya yang hampir mendekati nominal 2 juta rupiah. Tahun terus berganti teknologi semakin canggih muncullah ponsel yang memiliki Kyboard Quwerty yaitu Blackberry atau lebih trend disebut BB. Kemunculan Blackberry tidak memberi banyak pengaruh pada ponsel seperti Nokia, Siemens, Sony Ericsson dan merek lainnya seperti Samsung dan Motorolla. Selain hanya untuk lambang gengsi kala itu adanya ponsel Blackberry yang hanya unggul pada Kyboardnya yang Quwerty, Kamera serta pin namun semuanya itu tak membuat ponsel lainnya meringis. Akan tetapi perubahan selalu tetap akan terjadi dan teknologi pun kian menjadi, Seiring berjalannya waktu satu persatu baik ponsel seri 40, Dan Symbian kian terus meredup pamornya kala ponsel berbadis Android muncul. Hanya ponsel Blackberry yang mampu bertahan tetapi lambat-laun iapun tak jauh berbeda dengan ponsel seri 40 serta Symbian semuanya semakin lesu dan terpuruk.
Ditengah persaingan ponsel yang kian memanas akhirnya brand dari vendor Siemens mulai gonjang-ganjing sampai akhirnya ia dibantu oleh perusahaan Benq untuk tetap bertahan ditengah panasnya persaingan ponsel. Iapun berganti nama dengan nama Benqsiemens, Namun tidak sampai setahun akhirnya keduanya tidak lagi meneruskan bisnis ponselnya, Baik Siemens dan Benq akhirnya tenggelam ditelan zaman kini produk besutan asal jerman itu hanya bisa dikenang saja.
Naah itulah sedikit cerita kenangan antara saya dan ponsel Siemens. Bermula menemukan sebuah ponsel bermerk Siemens hingga tertarik dan meyakinkan bahwa merk tersebut memang bisa diandalkan meskipun akhirnya harus tenggelam pula ditelan oleh zaman serta teknologi terbaru. Andaikan saja ponsel Siemens masih bisa bertahan hingga sekarang mungkin iapun akan merilis sistemnya menjadi seperti Android.😊😁 Tetapi apapun itu namanya pesaingan ataupun bisnis tetap ada untung dan ruginya. Jika sesuatu yang tidak menguntungkan meski dipaksakan sekalipun percuma saja.
Bagaimana dengan anda punya kenangan menarik tentang ponsel Siemens jadul, Baik apapun merk ponsel jadul anda jika itu punya kenangan yang berarti boleh dong berbagi cerita dengan saya pada kolom komentar dibawah ini.
20 Komentar
Aku pernah punya ponsel jadul merek nokia tapi gak inget modelnya apa, dan anehnya kenapa dulu aku punya ponsel ya padahal tak pernah beli dan tak ada orang memberi, lama ku ingat2 darimana dulu aku mendapat hp itu tapi tetap tak ingat, yg kuingat dari hp itu ada gantungan boneka kecilnya, haha..
BalasHapusTapi kalau hp jadul lainnya masih ingat, pernah punya nokia 3650, trs nokia 6600 trs terakhir nokia e63.
Wkwk btw siemens nya nemu hanyut ya kang dan pas beli baru.. beli siemens lagi, setia sama siemens. 😅
HapusOohh mungkin dari 2 bola cristal yang kenyal itu kali Huu...Setelah nempel ditangan dan nggak bisa lepas...Setelah diremas2 baru deh bisa lepas yee Huu..🤣🤣🤣🤣
Waahh penggemar Nokia ente yee Huuu..Kalau gue punya Nokia cuma 3350 doang Huuu..😁😁
Yoii Huu Siemens itu memang luar biasa...Cuma sayangnya sudah bangkrut Huu.😆😆🤣🤣🤣🤣
Siemens kalo tidak salah dulu cukup laris ya kang.
BalasHapusLumayan dapat ponsel Siemens gratis dari genangan air, soalnya taun itu masih mahal. Aku pertama beli hape tahun 2006 yaitu Nokia 3310, harganya 700 ribu hampir sebulan gaji. Akhirnya beli sekennya saja 450k, lumayan lah dari pada tidak punya.🤣
Setelah itu ganti Sony Ericsson j200 yang layarnya sudah warna, padahal harganya lebih murah sekennya 250k.
Dari dulu Nokia emang sukanya mahal
HapusYaa betul selain laris juga awet & tahan banting.😊😊
Iyaa dulu harga Hp sejuta lebih cuma bisa Sms sama nelpon doang...Tapi meski begitu dulu tetap bangga yee kang bisa pegang Hp.😁😁😁
Kalau aku Soner awal pakai T610 itu juga beli bekas dari teman...Dan gara2 itu pula anti ponsel Nokia jadinya karena Nokia Maaaaaahhhhhhhhhaaaaalllllll!!!!!..🤣🤣🤣🤣
Aku baca pakai mode mobile di hape kok komentar kang Satria ada yang terpotong, bagian aku soner awal pak..., Bingung pak apa, apa pak ogah.😅
HapusSetelah di ubah ke desktop ternyata pakai T610.😁
Memang kalo sudah kenal sama Sony Ericsson atau Siemens jadi ogah beli Nokia karena mahal, tapi herannya tetap laris ya 😂
Iyee gue juga bingung bisa kepotong gitu, Gara2 pakai Tangtop si anu mungkin..🤣🤣🤣🤣
HapusMudah2han ini nggak kepotong lagi..🤣🤣🤣
Yaa mungkin Nokia mahal karena terkenal kali yee kang. Jadi sakin tenarnya sampai lupa mikirin menu serta perubahan tampilan yang selalu terkenal monoton.😁😁😁
Nah, kalo ini bener ngga kepotong.😁
HapusNokia kalo yang Java memang menunya monoton itu saja, tapi kalo yang Symbian bisa di utak-atik jadinya enak.
Jadi ingat dulu di mwb ada yang share cara agar menu bisa bersinar gitu, syaratnya Symbian nya harus hack dulu. Tutorial nya agak susah tapi kalo berhasil kayaknya senang luar biasa kayak dapat nomor Rongdo.🤣
HapusNaahhkan berarti dapat hadiah gue yee kang.🤣🤣
Iyaa betul kang tetapi meski begitu seri 40 juga tetap menarik kala itu, 😁😁
Betul kang meski gue udah lupa sama tuh tutorialnya.😆😆 Mungkin kalau di Android di Root kali yee kang.😁😁
Aku pernah punya Nokia 6300 yang kasingnya pakai plat besi tipis itu kang dan pakai seri 40.
HapusCuma yang aku bingung, ada satu menu yaitu Push to Talk (PTT) yang gagal digunakan, tiap buka internet nyala tapi kemudian keluar sendiri. Ada keterangan layanan tidak tersedia.
Udah ganti kartu tetap begitu, kenapa ya kang? 🤔
Yang gue tahu push-to-talk di Indonesia nggak bisa digunakan. Terkecuali dinegara Eropa dan Malaysia kalau nggak salah yang bisa gunain push-to-talk...😁😁 Jadi biar diseting sampai budek juga nggak bakalan bisalah.
HapusBahkan sampai Nokia bangkrut push-to-talk di Indonesia tetap gabuk.🤣🤣🤣🤣🤣
aku dulu hp pertama juga siemens tapi yang A55 trus ganti MC60
BalasHapusemang keren pada zmaannya si
suka banget sama gimnya bang yang mindahin kotak itu hahahaa
pas pensi kelas 3 SMP aku pamerin tuh yang MC 60 ke temen2 soalnya kan udah berwarna wkwkkw
duh jadi ingat jaman ababil remaja
A55 sama MC60 juga bagus mas pada zamannya.😁😁😁 Untuk Gamenya saya kurang begitu bisa mainnya mas Ikrom jadi kalah terus deh..😆😆😆
HapusBetul mas dulu punya ponsel warna saja sudah bangga sampai setengah mati yee..🤣🤣🤣🤣🤣
Masih mending c55 mas, dulu HP pertama saya c35, hihi... Punya itu aja udah seneng banget, masih ingat belinya dulu di Jatinegara Plaza 😁
BalasHapusC35 juga bagus kang maman....Dan menunya setara dengan C55 tampilan warna layarnya juga oranye sama cuma beda dimenu internetnya doang.😊😊
HapusMalah sekarang Plaza Jatinegara sudah nggak ada yaa kang.😁😁
Belum pernah punya hp Siemens, pertama punya hp ya hp Nokia terus pernah juga punya hp Samsung tapi cuma sebentar akhirnya balik lagi ke Nokia.
BalasHapusWaahh!! Berarti ente pencita Nokia Huuu. Dan berhak dapat penghargaan dari Nokia seharusnya Huu....Mumpung Nokia masih belum tumbang buruan Huuu minta Nokia versi Android seri terbaru.😁😀😀😀
HapusSaya udah dikasih kok Nokia dengan android versi terbaru android versi bubur ayam..hihihi
HapusSiapa yang ngasih Huuu....Janda sebelah yaa..😁😁😁 Kenapa nggak Versi ayam bangkok Huu..🤣🤣🤣
Hapuspost yang menarik kang, jadi kepikiran buat post serupa aja kali ya hahaha
BalasHapussiemens adalah hape pertama aku, dannnn itupun lungsuran dari bapak aku, yang berat dan ada antenanya, waktu itu masih SMA dan harga perdananya 500ribu wkwkwk. waktu sekolah bawa hape itu, agak malu gimana gitu ya, modelannya gede kayak remot wkwkwk, tapi ya cuek cuek dikit lah, perdananya aja setengah juta sendiri wew
waktu kuliah juga masih siemens, dan tetep karena lungsuran aja. modelannya yang fliptop, aku lupa typenya. duhh kok jadi pengen browsing model hape siemens jadinya
trus ganti lagi tetep siemens, dan lupa tipe yang mana hahaha, tetep dapetnya karena lungsuran dari bapak juga
teruss semester sekian, pas lagi rame ramenya nokia memasuki ranah anak kuliahan waktu itu, aku masih siemens hahaha.
berusaha nabung waktu kuliah susah juga ya,, tapi tetep semangat, sampe akhirnya ngincer sony ericson. Yang waktu itu iklannnya adalah the virgin yang ada laudya yang jadi bintang iklannya,
sony emang kualitas soundnya oke menurutku, waktu udah bisa beli sony senengnyaaaaa, hapenya kecil, dan oke lah buat anak kuliahan waktu itu
Boleh mbak Is silahkan buat post terbaru tentang siemens versi kenangan mbak Isna, Pastinya seru nih.😁😁
HapusWooww pasti ponselnya Siemens C25 atau S25 yang ada antenanya yang saya tahu.😊😊 Kalau Siemens ponsel kedua buatku mbak, Awalnya pakai Nokia. Dan gara2 Nemu C55 jadi suka dengan semua merk Siemens..Berarti mbak Isna lebih dulu memegang ponsel ketimbang saya...Karena awal ponsel keluar perdananya seharga 500ribu.😊😊 Aku ngalamin sewaktu perdana sudah 100 ribuan.
Abadi yaa dengan Siemens, Sama seperti aku juga dari C55 sampai terus kesemua merk Siemens yang terbaru hingga akhirnya juga berganti dengan Sony Ericcson.😁😁
Kalau nggak salah yang ada iklan The-Virgin Sony Ericcson T610 yaa, Sudah warna tampilannya. Iyaa karena era ponsel warna bentukan ponsel agak lebih kecil. Pakai ponsel besar malah jadi bahan gunjingan sewaktu zaman kuliah...Bisa dicap punya ponsel buat nimpuk Anjing.🤣🤣🤣🤣🐕🦺🐕🦺🐕🦺🐕🦺
TERIMA KASIH SUDAH MELUANGKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBACA CORETAN YANG EEHEEM,! UHUUKS2!
Emoji