Cerita mistis atau horor saya kali ini adalah tentang seorang teman sekolah yang kerasukan arwah harimau putih disebuah villa dikabupaten Bogor. Percaya atau tidaknya semua tergantung kepada anda masing-masing yang menilainya. Akan tetapi semua itu memang nyata saya alami. Berikut cerita saya dibawah ini sewaktu masih berseragam abu-abu.👇

Sayapun nampak tersenyum setelah berada dikabupaten Bogor untuk menuju kawasan wisata gunung bundar. Karena setelah hampir beberapa tahun akhirnya saya bisa menikmati liburan sekolah dengan waktu yang cukup panjang. Meski hanya bertiga dengan teman sekolah saya, Namun semua itu tetap menyenangkan. Karena kedua teman saya yang bernama Tirta dan Indra akan mengunjungi sahabatnya dikabupaten Bogor dan mengajaknya kesebuah Villa milik keluarganya yang berada dibawah kaki gunung bundar.

Namun sebelum menuju kevilla, Teman saya yang bernama Tirta terlebih dahulu mengunjungi rumah temannya yang bernama Firdaus. Sesampainya disana saya dan Indrapun berkenalan dengan Firdaus. Baik saya dan Indra langsung nampak akrab dengan Firdaus. Akhirnya kami berempatpun ngobrol santai siang itu. Tak hanya itu saja Firdauspun tak ragu mengenalkan teman wanitanya yang berada dilingkungannya kepada saya, Tirta dan Indra. Karena masih sama-sama anak sekolah saya dan yang lainnya cepat akrab dan mudah beradaptasi meski beda daerah.

Obrolanpun semakin seru berkat adanya tiga wanita yang memang masih tetanggaan dengan Firdaus. Mereka bernama Mirnawati, Yurike dan Lina. Kejadian itupun membuat saya semakin senang bercampur bahagia, Selain mengobrol dan melakukan photo-photo bareng, Tak lupa saya dan teman-teman pun membeli makanan untuk persiapan kevilla nanti. Hingga akhirnya siang menjelang sore saya dan ke6 teman lainnya segera menuju villa milik Firdaus. Untuk menuju villa kamipun menaiki angkot, Setengah jam berlalu kamipun tiba disebuah villa yang nampak sejuk dan masih asri serta alami.

Setelah berada didalam Villa yang mempunyai pagar agak tinggi saya dan teman-teman segera merapikan halaman Villa tersebut, Untuk acara malam harinya yang rencananya akan membuat api unggun serta membakar ayam dan makanan lainnya. Setelah keperluan untuk acara malam nanti terpenuhi akhirnya saya dan teman-teman bisa sedikit lebih santai. Hingga pada akhirnya Tirta teman saya mengajak untuk berphoto kembali disebuah pancuran air serta telaga kecil yang airnya jernih. Semua nampak senang dan bercanda ria. Bahkan saya dan Mirnawati nampak semakin kian akrab. Ketika yang lainnya nampak sibuk berphoto-photo ria, Saya dan Mirnawati lebih suka memisahkan diri untuk ngobrol berdua.

Bagai ada kecocokan saya dan Mirnawati nampak semakin akrab meski hanya ditemani sebuah walkman dan makanan kecil,, Saya dan Mirnawati nampak saling menceritakan keinginan serta hobi yang boleh dikatakan hampir tak jauh berbeda. Tanpa terasa keakrabpan saya dengan Mirnawati terusik oleh waktu yang terus berjalan. Sorepun akan berganti malam, Dan ternyata Mirnawati tak mau saya ajak menginap divilla tersebut. Mau tidak mau sayapun merayunya agar ia mau nginap semalam di Villa tersebut.

Rayuan-rayuan yang saya buat untuk Mirnawati tak membuatnya luluh. Meski saya terus memaksanya, Bahkan saya meminta alasan yang jelas kepada Mirnawati, Iapun sempat terdiam sampai akhirnya ia berkata yang sejujurnya kepada saya bahwa Villa yang akan saya jadikan tempat untuk menginap seram dan banyak keanehan. Dan alasan yang kedua dari Mirnawati, bahwa malam nanti pacarnya akan datang menemuinya.

Alasan yang dibuat Mirnawati membuat saya tidak percaya, Namun dua temannya Yurike dan Lina membenarkannya. Sayapun tetap ngotot tidak percaya namun semua itu tetap sia-sia akhirnya Mirnawarti dan kedua temannya pulang meninggalkan saya serta teman lainnya. Kepulangan Mirnawati membuat saya kurang bergairah divilla tersebut. Bukan hanya saya, Tirta dan Indrapun demikian. Terlebih setelah Firdaus meyakinkan bahwa Mirna memang sudah punya pacar. Kecemburuan yang tak beralasan pun terjadi terhadap diri saya. Sayapun menyetel musik dengan keras sambil membakar api unggun agar dapat menghilangkan kekesalan yang saya alami, Dan Firdauspun mencoba meyakinkan saya, Tirta dan Indra.

"Sudahlah nggak usah dipikirin masih banyak cewek lainnya ditempat gue luh tenang saja yang penting luh adaptasi dululah sama lingkungan disini"...Seru Firdaus sambil terus santai menikmati kopi serta rokoknya.

Akhirnya sayapun mencoba tersenyum didepan Firdaus, Karena apa yang ia katakan ada benarnya juga. Hingga akhirnya malam pun semakin larut bulan dan bintangpun masih terus menyinari halaman Villa yang kami tempati. Setelah puas mengobrol sambil membakar ayam sayapun memilih menenangkan diri kesebuah telaga kecil yang berada disamping Villa. Suasana malam yang dingin tak membuat saya beranjak dari telaga kecil tersebut. Entah mengapa bayangan Mirnawati selalu terlintas dalam pikiran saya, Seolah ada hasrat tinggi untuk memilikinya, Meski saya sendiri baru mengenalnya.

Sayapun terus hanyut dalam lamunan tentang Mirnawati sampai akhirnya saya dikejutkan oleh sebuah bayangan harimau berbulu putih. Sayapun nampak kaget, Karena penasaran sayapun mencoba menghampiri dimana tempat harimau itu melintas. Namun semuanya nampak sepi-sepi saja, Hanya suara jangkrik dan deburan air pancuran yang ada disebelah telaga. Akhirnya sayapun mencoba menenangkan diri, Dan berpikir jernih mungkin apa yang saya lihat hanya halusinasi saja dan bisa juga saya kelelahan karena terlalu banyak berharap dengan Mirnawati yang telah meninggalkan saya secara mendadak.

Pukul 24.30 malam, Sayapun segera berlalu dari telaga kecil tersebut. Setelah yakin apa yang saya lihat hanya khayalan semata, Sayapun segera berjalan menuju halaman villa untuk segera beristirahat. Sepuluh langkah saya berjalan dari telaga sayapun berpapasan dengan Tirta.

"Luh mau kemana Tir"...Tanya saya bingung.

Tirtapun tak menjawab, Pandangannya terus menatap lurus kearah telaga dan berlalu begitu saja meninggalkan saya. Karena ingin beristirahat sayapun tidak perduli dengan Tirta. Saya hanya berpikir mungkin Tirta ingin buang air besar atau hanya sekedar menikmati malam dipinggir telaga. Walau faktanya jika ingin buang air kenapa harus ketelaga, Karena didalam villa kamar mandipun tersedia lengkap. Karena tak mau dipusingkan oleh urusan Tirta, Sayapun akhirnya masuk kedalam villa untuk beristirahat. Dan tak perduli lagi dimana Indra dan Firdaus berada, Sayapun langsung merebahkan tubuh saya diatas Sofa ruang tengah Villa. Sejenak sayapun masih belum memejamkan mata, Dan terus memandangi langit-langit ruangan Villa.

Lima menit berlalu akhirnya sayapun bisa memejamkan mata dan diantara sadar serta tidak sadar sayapun mulai memasuki alam mimpi. Akan tetapi sofa panjang yang saya gunakan untuk tidur seperti diangkat orang, Tak hanya itu tubuh saya seperti ada yang menendangnya dan akhirnya sayapun terjatuh dari sofa. Sayapun merasa kaget dan tak percaya, Karena yang melakukan itu semua adalah Tirta.

"Luh apa-apaan Tir,, Bangsat anjiing! Luuh!" Bentak saya dengan spontan dan langsung meleparkan sapu ijuk kewajahnya dengan telak.

Tirtapun tak menjawab, Ia justru nampak semakin garang menatap saya, Detik itu pula iapun melompat seperti seekor harimau yang siap akan mencabik-cabik buruannya. Sayapun mencoba menghindar, Karena serangannya terlalu cepat punggung saya masih terkena sambaran tangannya. Meski Tirta yang melakukannya akan tetapi punggung saya seperti dicakar harimau. Akhirnya saya semakin yakin yang saya hadapi bukan Tirta, Melainkan ada mahluk lain yang merasuki tubuh Tirta.

"Siapa luh berani merasuki tubuh teman gue"... Bentak saya sambil mencoba mengatur strategi untuk melakukan serangan balasan.

Gggggrrrr! Hanya itu jawaban dari Tirta, Dan iapun kembali melompat menyerang saya bah sebuah harimau sungguhan. Sayapun segera mengambil sofa kecil dan melemparkan kewajahnya bukan itu saja sebagian panjangan yang ada diruangan villa tersebut saya lemparkan kembali kewajahnya. Namun sepertinya arwah yang merasuki tubuh Tirta tak merasakan apa-apa, Iapun kembali menyerang saya mencakar kesana-kemari secara membabi-buta. Beruntung banyak sofa-sofa kecil sehingga bisa saya jadikan tameng untuk menahan serangannya, Meski pada akhirnya sofa kecil itu nampak sobek oleh cakaran tangan Tirta. Sayapun terus menahannya sambil berteriak memanggil Indra dan Firdaus.

"Inndraaa...Fiirrr!! Dimana luh"... Seru saya sambil terus menahan serta menghidari cakaran tangan Tirta yang ingin terus menghimpit tubuh saya. Akhirnya Indra dan Firdaus keluar dari kamar dan langsung melerai serta mendorong tubuh Tirta, Namun keduanya nampak terpental akibatnya sedikit cakaran Tirta mengenai tubuh keduanya. Baik Indra dan Firdaus keduanya nampak meringis kesakitan. Kesempatan itu tidak saya sia-siakan untuk membekap wajah Tirta dengan bantal sofa sekuat tenaga saya. Tirtapun semakin terpojok tetapi cakarannya yang mengerikan membuat tekanan tangan saya kendor hingga ia kembali balik menyerang diri saya, Firdauspun tak tinggal diam sebuah kayu panjang ia hantamkan secara perlahan untuk menggiringnya keluar dari ruangan Villa.

"Kita kedatangan tamu harimau putih penguasa telaga yang berada disamping villa ini" Seru Firdaus kepada saya dan Indra. Dan iapun kembali berkata jangan sampai kita melukai Tirta, Karena jika Tirta sadar ia bisa sekarat karena raganya hanya dipinjam saja. Akhirnya saya, Firdaus dan Indra menggiringnya kembali kesisa api unggun yang masih menyala. Sesampainya didepan api unggun Firdaus mengambil kayu yang sudah terbakar api dan berbentuk bara, Bara api itu ia jadikan tameng agar Tirta tidak mendekat. Akhirnya kami bertiga pun mulai berkata perlahan kepada arwah yang merasuki tubuh Tirta itu.

"Apa maksudmu mengganggu sahabat kami, Dan apa benar kau harimau putih penguasa telaga dan villa ini"... Seru kami serentak.

Gggrrrrr!! Lagi-lagi tak ada jawaban dari Tirta yang dirasuki arwah harimau putih. Akhirnya Firdauspun menghampiri Tirta sambil tetap waspada dan fokus kearah matanya.

"Lekas kau tinggalkan raga teman kami ini, Aku tak berniat mengusik dirimu"... Kata Firdaus dengan nada tenang.

Apa yang dikatakan Firdaus kepada Tirta hanya dipandang dingin olehnya, Tirta lebih fokus menatap saya dan Indra. Sampai akhirnya ia kembali menerkam kearah saya sambil menerobos api unggun yang masih menyala. Tirta nampak mengamuk karena sebagian kayu yang masih nampak kemerahan berbentuk bara banyak mengenai tubuhnya. Baik saya dan Indra nampak berpencar dan menjaga jarak. Namun sepertinya Tirta terus memburu saya dan Indra, Bahkan Indra mulai naik pitam... "Setan keparat pergi luh dari raga teman gue"...Serunya sambil mencoba menghantam tubuh Tirta dengan kayu besar. Akan tetapi saya dan Firdaus menahannya karena percuma saja, Semua itu bisa menyebabkan kematian bagi Tirta.

Akhirnya Firdaus menyarankan kepada saya dan Indra untuk segera keluar villa dan menghindarinya. Akan tetapi Tirta tetap lebih gesit ia sepertinya tak ingin saya, Indra untuk keluar dari villa tersebut. Namun setelah memancingnya berputar-putar dihalaman villa akhirnya saya, Indra dan Firdaus berhasil keluar dari villa tersebut. Tirtapun terus mengejar, Namun entah mengapa ia tidak bisa menjangkau kami yang kini sudah berada diluar villa. Justru ia berteriak agar kami bertiga menghampirinya.

"Ggrrrr! Ka..aau.uu te..lla..hh mee..ruu..ssaak te..m..patku, Ha..aad..aapi a..ku".

Baik saya, Indra dan Firdaus akhirnya bisa berpikir jernih, Mungkin sejak awal saya dan yang lainnya singgah divilla tersebut ada tempat sakral yang kami lewati tanpa izin atau permisi. Meski Firdaus sendiri berkata tidak ada tempat yang aneh atau yang dikramatkan pada villa tersebut. Jam yang melingkar pada tangan kiri saya menunjukan pukul 3.00 pagi, Saya Indra dan Firdaus akhirnya memilih mengalah meninggalkan villa tersebut meski Tirta terus saja mengamuk serta berteriak tidak jelas berharap saya mau menghampirinya kembali..Memang sangat aneh bagi saya, Karena arwah yang merasuki tubuh Tirta tidak berani keluar dari dalam villa. Dan kesempatan ini tidak kami sia-siakan untuk minta bantuan kepada warga sekitar meski harus menunggu sampai pukul 5.00 pagi.

Setelah hampir berjalan 1,5 kilometer akhirnya saya, Indra serta Firdaus memilih musholla kecil untuk menenangkan diri. Dan setelah sholat shubuh berjamaah saya, Indra dan Firdaus dengan dibantu warga sekitar akhirnya menuju villa dimana sebelumnya kami berseteru dengan Tirta yang kerasukan arwah harimau putih. Setelah sampai divilla tersebut kami berserta warga sekitar langsung mencari Tirta, Beruntung Tirta bisa ditemukan tak jauh dari telaga meski kondisinya teramat lemas, Akhirnya Tirtapun pingsan. Kamipun serta warga sekitar akhirnya membawa Tirta masuk kedalam villa sebelum akhirnya membawanya kerumah sakit terdekat.

Kejadian inipun sempat menjadi sorotan warga sekitar villa, Tak hanya itu sayapun kini mulai percaya apa yang telah dikatakan oleh Mirnawati sebelumnya. Selain itu para ulama atau pemuka agama banyak yang menasehati saya dan Indra. Penyebabnya adalah memang saya, Indra serta Tirta sebelumnya memasuki villa hingga main ditelaga dengan membawa wanita yang menjadi pantangan bagi telaga tersebut, Terkecuali pasangan yang syah. Beruntung pemuka agama dan warga sekitar mau melakukan ritual perminta maafpan saya pada villa dan telaga tersebut. Firdauspun meminta maaf juga kepada saya karena ia sendiri memang tidak tahu sejarah villa miliknya serta telaga kecil yang berada disampingnya.

Setelah merawat Tirta selama dua hari dirumah sakit, Hingga dokter memperbolehkannya pulang, Sayapun segera berpamitan kepada warga sekitar villa dan keluarganya Firdaus. Selain itu sayapun juga berpamitan kepada Mirnawati, Yurike serta Lina, Meski saya pribadi tidak kapok berkujung kevilla tersebut, Namun rasa cemburu saya kepada Mirnawati dan pacarnya tetap tak kunjung hilang.


~ 4 TAHUN KEMUDIAN ~


Komunitas club motor Tiger Hitam membawa saya touring untuk Jakarta-Banten dimana disana banyak suku baduy serta kisah sejarah Banten terdahulu yang sangat menarik untuk didatangi. Kejadian itupun mengingatkan saya pada gunung bundar serta kabupaten Bogor. Tak hanya itu sayapun mendapat kabar serta undangan pernikahan Yurike tetangganya Firdaus. Akhirnya setelah acara touring motor selesai dan cukup beristirahat sore harinya dengan ditemani Dimas teman satu kampus saya, Yang juga ahli dalam hal dunia ghaib, Hari itu juga saya memutuskan untuk kegunung bundar dan nginap disebuah villa yang pernah memberi satu keanehan serta kenangan yang berarti bagi saya.








Singkat cerita sayapun tiba ditempat kediaman Firdaus, Tanpa menunggu lama akhirnya saya, Dimas serta Firdaus menuju ketempat acara pernikahan Yurike. Hingar bingar musik dangdut nampak mewarnai acara pernikahan Yurike, Iapun nampak tersenyum bahagia menerima kehadiran saya dan Dimas. Dan diacara pernikahan Yurike sayapun masih sempat bertemu dengan Mirnawati walau kini ia sudah mempunyai anak satu. Hanya Lina yang tidak ada karena sejak siang sebelumnya ia sudah pulang ke kota Bekasi turut bersama suaminya.

Sayapun nampak akrab berbicara dengan Mirna, Meski saya tahu ia sudah mempunyai suami, Namun kesibukkan suaminya ditempat kerja membuat Mirna lebih memilih berlama-lama ditempat Yurike agar tidak dilanda sepi. Mirnapun tak berubah masih cantik seperti 4 tahun lalu. Dan kesibukkan pula membuat saya tak sempat hadir dipernikahannya. Atas kejadian itu kini saya dan Mirna hanya menjadi teman biasa, Walau awal saya mengenalnya ada rasa ingin memilikinya. Hingga malam semakin larut sayapun segera berlalu dari tempat acara pernikahan Yurike untuk menuju villa yang punya banyak berjuta kenangan bagi saya.

Pukul 23.00 malam saya, Dimas serta Firdaus sudah berada divilla yang mana kini sudah banyak yang berubah baik dari segi bangunannya serta lingkungan sekitarnya. Namun telaga kecil serta pancuran air bening ditepi telaga itupun masih tetap ada. Dan sayapun berencana ingin tidur atau beristirahat diluar villa bersama Dimas dan Firdaus untuk menikmati kesunyian malam yang masih tetap penuh bulan dan bintang malam itu. Meski berharap sang pemilik telaga hadir menemami dengan penuh kearifan.

Dengan dibantu Dimas teman saya, Akhirnya sayapun bisa merasakan sang pemilik telaga itu muncul. Namun ia hanya tersenyum dingin. Tak ada drama menakutkan divilla itu lagi, Tak ada pula perasaan aneh atau risih, Tak ada lagi aura negatif yang dapat menggetarkan jiwa ini... Semua nampak sepi dalam damai hingga pagi kembali menjelma.

Demikianlah sedikit ulasan kisah nyata saya disebuah Villa dari sewaktu masih sekolah hingga kuliah. Intinya baik manusia maupun mahluk tak kasat mata semua bisa saling melihat namun tetap ada batasannya. Beda alam sudah pasti beda cara pula dalam menjalankan kehidupan masing-masing.



~ THANK~YOU ~