Cerita Ini Hanya Fiktip Dan Bualan Belaka.

Hingar-bingar dan gemerlapnya kota Jakarta membuat Jaey muak dengan segala bentuk kemewahan serta keangkuhannya. Terbukti apa yang ia katakan banyak menjadi kenyataan, Seperti banyaknya kasus bunuh diri, Wanita hamil dan melahirkan tanpa seorang ayah, Bahkan berita mayat bayi serta korban mutilasi bukan jadi hal yang menakutkan lagi dikota Jakarta.

Meski Jaey akui sewaktu ia diajak oleh anak serta menantunya menuju kota Jakarta 5 tahun lalu ia merasa senang dan bangga karena bisa menikmati gedung-gedung pencakar langit, Tak hanya itu saja, Apapun yang kita mau dikota Jakarta selama punya uang semua serba mudah dan cepat terlaksana.

Tetapi semenjak Jaey tahu dibalik indahnya kota Jakarta yang penuh dengan rintangan serta kemunafikan iapun berjanji kepada dirinya untuk meninggalkan kota Jakarta. Dan hari ini Jaey sedang berkemas untuk pulang kejawa tengah tempat dimana ia dulu dilahirkan.

"Apakah papa yakin ingin pulang kampung dan tak ingin tinggal bersama kami lagi"... Tanya anaknya Herman berserta sang menantu yang bernama Ningsih.

Jaeypun tersenyum, Diusianya yang hampir mendekati angka 65 tahun iapun mencoba menenangkan anak serta menantunya.

"Papa tidak kemana-mana nak, Papa cuma ingin menghabiskan sisa umur papa dikampung saja".

Awalnya sang anak melarangnya, Namun kelembutan serta ketulusan hati seorang Jaey akhirnya sang anak dan menantunya mengijinkan apa yang diinginkannya. Meski harus hidup menyepi dikampung tetapi bagi Jaey, Baik kota Jakarta dan kampung halamannya sama sepinya bagi orang yang sudah tua seperti dirinya.

Pagi menjelang siang taksi online yang membawa Jaey menuju stasiun kereta api Gambir akhirnya tiba, Setelah semua urusan selesai, Termasuk urusan ticket kereta api. Jaeypun segera menaiki tangga Eskalator menuju jalur kereta yang akan ia naiki.

Sepuluh menit berlalu keretapun tiba, Jaeypun segera melihat nomor kursi yang ada pada tiketnya. Iapun menanyakannya kembali kepada petugas kereta api. Sampai akhirnya Jaeypun mendapatkan kursinya yang berada dibagian tengah. Jaey nampak terkantuk-kantuk begitu kereta api meninggalkan stasiun Gambir. Ia sudah tidak tahu lagi ketika kereta melewati stasiun Bekasi, Cikampek. Satu penumpang disamping dan dua penumpang didepan, Masing-masing asyik memelototi layar ponselnya. Kadang ada yang berdesis, Kadang memaki, Kadang ada yang tertawa terpingkal. Karena tidak punya ponsel secanggih mereka, Jaey memilih mengantuk. Tidur dan menikmati mimpi.

Didalam mimpi ia heran melihat menantunya yang bernama Ningsih, Dengan menggenggam Ponsel, Sang menantunya yang bernama Ningsih bisa menyelesaikan masalah dia pulang naik kereta api. Dia memesan tiket lewat ponsel, Membayar lewat ponsel, Memesan Grab ( Taksi Online ) yang dia naiki dari rumah di pojok kota menuju stasiun, Juga dengan memainkan tombol maya di kaca ponselnya...Jaey melihat tas dan koper di atas kepalanya.

Ia ingat, Kue dan oleh-oleh lainnya datang sendiri ke rumah anak dan menantunya. Dibawa kurir dari sebuah perusahaan dan toko online yang barangnya dipesan oleh menantunya. Cukup dengan ketawa-ketawa sambil duduk di sofa, sambil nonton film kartun.

Tidak sampai satu jam barang-barang dan kue-kue lezat berdatangan seperti kena sulap. Ponsel ditangan menantunya yang bernama Ningsih seperti tongkat sihir di zaman masa yang lampau.

Sebenarnya menantu dan anaknya ingin membelikan ponsel canggih seperti itu, Yang dapat dijadikan tongkat sihir untuk mendatangkan barang, Mendatangkan tiket dan mobil pengantar ke mana saja, Tetapi Jaey menolak. Ia merasa sudah telalu tua untuk belajar dan mempelajari program-program yang rumit dan jarinya sudah kaku tidak lincah lagi bergerak di banyak titik di layar kaca ponsel merk tekenal keluaran terbaru. Ia memilih ponsel jadul yang sederhana programnya, Yang hanya bisa digunakan untuk SMS dan telepon, Serta ada program game kuno. Akibatnya dia tidak bisa menggunakan ponsel lama sebagai tongkat sihir. Apalagi dia memang tidak suka segala macam sihir itu. Ketika datang ke Jakarta lima tahun lalu ia memilih naik becak tua yang dikayuh oleh tukang becak tua menuju agen tiket yang masih buka. Ia membayar dari dompet, Bukan dari ponsel, dan menerima uang kembali yang segera ia sisipkan ke dompet lagi.

Tiket itu hanya berisi kode pemesanan. Dengan demikian sehari sebelum keberangkatan, ia naik becak lagi ke setasiun untuk mengeprint tiketnya. Ia minta tolong kepada petugas yang ada di situ. Setelah yakin mendapat tiket dan tahu jadwal keberangkatan kereta ke Jakarta, barulah ia tenang. Ia naik becak, pulang dan bersiap-siap, menata baju ganti dan bekal lain yang besok pagi benar ia bawa kestasiun.

Ketika menunggu kereta yang akan mengangkutnya ke Jakarta, ia duduk di ruang tunggu. Penumpang yang juga sedang menunggu, Semua, Dikiri kanan depan dan belakangnya, Sibuk memantul-mantulkan ujung jari ke layar kaca, Kadang membuat gerak seperti menggaruk untuk menggerakkan layar maya diponsel. Satu dengan lainnya tidak ada yang bercakap-cakap. Bahkan dengan anak dan isterinya orang-orang itu tidak ngobrol. Sebab anak dan isterinya juga tengah asyik ngobrol dengan benda bernama Ponsel, Bukan ngobrol degan manusia hidup. Karena jengkel tidak bisa ngobrol dengan siapa pun, Jaeypun mengambil ponsel jadulnya.

Ia membuka program mainan game kuno. Terdengar bunyi nyaring dan berisik ketika ia memainkan game tentang menggali harta karun. Orang-orang disekitarnya heran, Memandang dirinya. Mereka heran karena hari gini masih mau bermain game jadul banget yang menimbulkan bunyi nyaring kasar. Orang-orang di sekitarnya merasa terganggu dengan bunyi pengiring game diponsel bututnya itu.

Mereka jengkel, sebab permainan mereka sudah dengan ponsel canggih yang suaranya halus, dan tak terganggu. Lelaki tua bernama Jaey itu tidak peduli, Ia kemudian mengganti permainan game dengan game lain yang punya bunyi lebih keras lagi.


~~~🚂🚂🚕🚕🚗🚗🚐🛤🛤 ~~~


Tiba-tiba kereta terguncang dan terdengar pengumuman kalau kereta api sebentar lagi akan berhenti di Stasiun Cirebon Perujakan. Jaeypun nampak kaget, Iapun mengakhiri mimpinya dan terbangun. Penumpang didekatnya memasukkan ponsel kesaku. Mereka berdiri menuju pintu.

”Lho kalian mau kemana?” Tanya Jaey...

”Kami mau merokok dulu Kek, Bosen sejak tadi bermain ponsel terus”... Kereta api berhenti, Dan Penumpang yang kebelet kencing serta ingin merokok meloncat keluar. Kereta memang berhenti cukup lama.

Setelah hampir saju jam berhenti, Kereta bergerak lagi, Lelaki tua bernama Jaey kini sudah habis kantuknya. Ia lihat tiga penumpang didekatnya kembali memainkan ponsel canggihnya. Jaey merasa kereta api yang ia tumpanginya serasa sangat sepi, Sepi tak ubahnya seperti jiwanya yang telah lama ditinggal oleh istrinya. Jaeypun berdiri, Dan mulai melangkah.

”Ketoilet Kek?”...Tanya penumpang di sampingnya.

”Nggak, Saya mau kerestorasi!”

Direstorasi Jaey memesan nasi goreng amat pedas. Memesan kopi hitam pahit. Makan dan minum, Sambil menonton televisi yang tidak jelas apa yang tengah disiarkan, Karena buram, Aneh juga, Biasanya dia makan nasi goreng dan minum kopi pahit malam hari, Apa lagi Kalau tidak untuk mengatasi sepi, Tidak mau dia makan nasi goreng dan minum kopi pahit.

Sambil menghabiskan sisa kopi, Jaey bergumam kepada dirinya sendiri, Ternyata selama ini musuh manusia sekarang adalah sepi. Kesepian tanpa kesempatan ngobrol dengan orang lain. Main ponsel memang asyik, tetapi ponsel tetaplah ponsel. Benda mati yang tidak mengasikan bagi orang seperti dirinya.

Sampai akhirnya Jaey membayangkan, Sebenarnya ada cara lain untuk mengisi kesepian di kereta...Seandainya di kereta api ini ada fasilitas gerbong khusus ruang untuk jadi mushalla, Maka dirinya bisa shalat khusyuk di situ, Bahkan tidak shalat sambil duduk di kursi penumpang.

Kalau kereta api ada restorasi untuk melayani kebutuhan jasmani, Maka logislah kalau juga ada mushallanya, Semua itu untuk melayani kebutuhan rohani penumpang. Selain itu kalau pas dihinggapi rasa sepi seperti yang ia rasakan saat ini membaca Alquran dimushalla sepanjang perjalanan tentu akan menjadi kesan yang berbeda bahkan selain itu naik kereta api bisa mendapatkan pahala..."Asyikkan"...Seru Jaey pada dirinya sendiri sambil terus menikmati perjalanannya yang terus diselimuti rasa sepi.



~ THE~END ~