Halloo! guys kali gw mau berbagi kisah tentang asmara yang gw alami sewaktu masih Joombblloooo!!! Dan Cerita ini terinspirasi gara-gara postingan Nyonya Rey yang berjudul Teman Menginap Berdua Dengan Pacar, Antara Over Trust Atau Menentang Ketetapan Akan tetapi kisah ini juga bukan kisah Bobo-bobo,an yaa!, Dan bukan juga kisah majalah Bobo 90,an yang menjadi bacaan favorit Si Blogger Unik Gustyanita Pratiwi

Jadi ceritanya seperti ini, Eehh tapi sebelumnya gw mau nyengir dulu Eeheee!..😂 🤭 Suueee luh. Setelah dibiayai sekolah oleh orang tua dari Tk hingga perguruan tinggi, Bahkan lebih tinggi dari gunung perawan, Eeh salah....Gunung pokoknya lah.😬😬 Akhirnya gw resmi menjadi "PENGACARA", ( Pengangguran Banyak Acara ) Yaa elah Gooblook!! Amat toongg!!.,😳😳

Ok begini kisahnya......Siang yang tak begitu panas dan tidak dingin juga.😂 Membuat saya lebih suka rebahan-rebahan....Ternyata zaman dulu ada juga yaa, Kaum Rebahan? 🤑 Yaa gitu deh contohnya saya.🤣 🤣 🤣 Akhirnya jenuh rebahan dan tidak bisa tidur sayapun mencoba menelepon si Anu, Yaa tepatnya bernama Ferra Ferdiana. Pacar!!,, Dibilang begitu bisa, Dibilang tidak yaa gitu deh.😁 Karena baru kenal sebulan. Di acara sebuah sanggar tari teman sekolah saya yang berada dikawasan Kali Malang Jakarta timur.

Dan kalau tidak salah Ferra yang keberapa yaa..😲 Pokoknya setelah setelah saya ditinggal oleh Widya. 😲 Tetapi belum kenal juga dengan Ade Lia. Buuaannyaaakkk amat Toongg!!.🤦🤦

Dan kejadian ini juga, Saya sudah tidak lagi menjadi anak Band. Kisahnya pernah saya posting diblog ini juga..Dan singkat cerita disuasana siang itu sayapun senang karena bisa berteleponan dengan yayank Fera.😋🤣 Hp sudah ada cuma masih katagori barang mewah kala itu. Yaa jadi akhirnya telepon rumah, Wartel, Telepon umum, Selalu jadi sasaran bagi saya. Sedang asik berteleponnan Ibu sayapun menegur saya dengan tegas.

"Sudah kamu jangan mainin telepon rumah nanti ayahmu tahu kamu bisa dimarahi, Mending sekarang kamu bantu ibu rapikan ruang tengah sebentar lagi mau ada arisan"...Seru ibu saya.

"Oohh iyaa bu tenang saja, Nanti Satria bantu sampai selesai"...Seru saya, Dan akhirnya obrolan saya dengan ayank Ferra berakhir.

Karena dirumah cuma saya berdua dengan ibu, Yaa akhirnya urusan rumah terpaksa saya yang harus ngebabu. Karena demi ibu tercinta. Dan juga pada saat itu orang dirumah entah pada kemana sibuk atau sok sibuk sayapun tak tahu.😁😁

Acara arisanpun dimulai, Sampai pada akhirnya jam 4 sore selesai. Sayapun kembali membatu ibu bebenah merapikan sisa-sisa piring yang berserakan setelah acara arisan selesai. Dan karena rajin membatu ibu akhirnya rezeki anak Soleh datang juga ada teman arisan ibu saya yang menawarkan pekerjaan kepada saya.

"Lhoo Satria kamu belum bekerja"....Tanya ibu Helen teman arisan ibuku.

"Belum tante masih dirumah saja nih"....Jawab saya santai..

"Ooaalaaa pie toh, Eeh kamu kenal Erick anak tantekan"....Tanya beliau.

"Iyaa tante, Tapi bukankah Erick diluar negri tante"...Seru saya.

"iyaa, Tetapi sejak cerai dengan istri pertamanya ia tidak diluar negri lagi. Sekarang ia kerja bersama istri barunya di PT Telkom, Jika kamu mau kerumah tante saja besok biar tante bicarakan dengan Erick dan kamu bisa kerja dikantornya".

"Serius tante, Maauuu tante ok besok saya kerumah dan sebelumnya terimah kasih banget nih tante sudah mau berbaik hati sama saya".....Seru saya merasa senang.

Sayapun segera mempersiapkan keperluan surat untuk lamaran kerja. Setelah semuanya beres sayapun bisa sedikit tersenyum karena yaa tidak bokek lagi, Dan pastinya hari-hari pacaran saya dengan Ferra makin menyenangkan.😊 Eellleee!!..🤣 🤣

Pukul 8 00 pagi saya sudah berada dirumah tante Helen dan tentunya saja Ericklah yang akan saya temui, Akan tetapi sesampainya disana Erickpun sudah berangkat kekantor karena katanya jadwal kerja beliau padat. Karena niat ingin bekerja akhirnya sayapun tanpa banyak basa-basi langsung menuju kantor anaknya tante Helen. Setelah diberi alamat lengkap olehnya. Satu setengah jam berlalu sayapun tiba didepan kantor anak tante Helen yang juga teman kecil saya dahulu. Setelah mengikuti prosedur yang berlaku sayapun akhirnya bisa masuk ruang kantor Erick teman saya itu. Dan tampaknya Erickpun memang sedang menunggu kedatangan saya, Didalam ruang kantor itu hanya ada satu orang wanita yang tak lain istri barunya Erick.
BACA JUGA : Mengenang Telepon Rumah & Asmara
"Selamat pagi bapak Erick" .....Seru saya.

"Akhirnya luh datang juga Sat, Ok silahkan duduk dan luh nggak usah sunkan-sunkan sama gw"

"Waduh thanks banget nih Rick, Oiya ini data diri gw Rick bisa luh cek deh"....

"Apaan sih luh Sat, Nggak perlu luh bawa surat macem-macem dikantor gw sudah simpan saja sekarang luh kenalin nih Istri gw yang baru, Karena ia yang bakal jadi Bos luh Sat bukannya gw".

Akhirnya dengan senang hati sayapun berkenalan dengan istri baru teman saya yang bernama Rika, Usianya cuma beda 2 tahun dengan umur saya. Dan boleh dikatakan antara Erick sahabat saya dan Rika istri barunya sangat tidak sebanding Rika berusia 25 tahun dan seorang janda beranak 1 sedangkan sahabat saya Erick duda 38 tahun beranak 2 akhirnya keduanya pun bisa menikah kembali.Dan saya sendiri 23 tahun kala itu. Tapi karena awet muda sampai sekarang saya baru 17 tahun.🤣 🤣 🤣

Suasanapun sempat hening sejenak, Setelah saya bisa menguasai keadaan akhirnya sayapun memulai pembicaraan dengan ibu Rika. Dan jujur saya akui tidak bosan memang berlama-lama memandang kecantikan ibu Rika ini. Tetapi apapun itu saya tetap menaruh hormat kepadanya karena ia bakal calon bos saya nantinya.

"Ok bu Rika kalau boleh tahu bagian apa yang ditetapkan bila saya bekerja sama ibu".

Dengan tersenyum manis iapun menjawab....."Kamu saya kasih jabatan cuma seorang marketing yang harus bisa memasarkan produk internet Speedy dari PT Telkom, Kerjanyapun tidak perlu cape-cape cuma duduk dan menelpon para pelagan-pelagan PT Telkom yang belum punya jaringan internet speedy".

Sayapun hanya manggut-manggut, Hingga akhirnya saya bertanya kembali.

"Lalu dimana ruang kerja saya bu".....Seru saya kembali.

"Ruang kerjamu tetap disini, Dan meja yang ditengah itu yang menjadi ruang kerjamu. Untuk kursi-kursi lainnya jika nanti kamu sudah bisa punya anak buah meja dan kursi itu untuk mereka".

Sayapun kembali mengangguk, Dan kini Erickpun turut ambil bagian dalam pembicaraan.

"Oiya Sat jika luh ingin berpenghasilan lebih besar dari marketing minimal luh harus bisa cari anak buah minimal 5 sampai 6 orang".....Seru Erick.

Ok Rick gw akan tetap berusaha menjadi yang terbaik selama bekerja disini, Dan sekarang gw tinggal tunggu intruksi berikutnya".

Bu Rikapun kembali tersenyum hingga iapun berkata kembali...."Ok Satria dikantor ini kita sama-sama bekerja dan tidak ada saling perbedaan antara bos dan bawahan, Oiya mungkin mulai besok baru kamu bisa bekerja disini. Nanti akan saya kenalkan kamu dengan Agnes orang kepercayaan saya dikantor ini".

Sayapun tersenyum senang, Dan akhirnya kami bertiga keluar kantor untuk santai sejenak sambil menunggu jam makan siang mendatang.

Pagi yang cerah mewarnai hari-hari saya dengan melangkah tenang sayapun menuju kantor baru dan pekerjaan baru. Dan sesuai janji yang telah diberikan ibu Rika akhirnya saya dapat berkenalan dengan Agnes yang katanya orang kepercayaan ibu Rika dikantor tersebut. Meski cantik entah mengapa saya kurang tertarik kepadanya, Terlebih sayapun sudah punya Ferra tercinta yang selalu dihati. Ciiieee preetts!.🤣 🤣

Hari demi hari saya bekerja dengan serius mencoba menawarkan produk Speedy kepada semua pelanggan Telkom atau pemilik telepon rumah pribadi. Karena banyak bersaing sayapun agak kesulitan mencari pelanggan, Meskipun dapat hanya 3 orang saja. Bagi saya hasil segitu belum memuaskan meskipun Agnes sangat senang terhadap saya yang baru beberapa minggu bekerja sudah punya tiga pelanggan. Namun bekerja seperti itu sangat monoton bagi saya belum lagi harus bersaing bersama anak buahnya Agnes yang berjumlah 5 orang. Dan sayapun mencoba untuk terjun kelapangan tetapi Agnes melarang saya dengan alasan kantor tidak ada orang jika semua terjun kelapangan. Sayapun mencoba sabar, Memang benar jika saya terjun kelapangan ruang kantor pastinya tidak ada orang terlebih jika Agnes dan anak buahnya keluar kantor dan mencari pelanggan dor to door.

Sebulan telah berlalu sayapun mulai jenuh, Karena saya merasa diri saya bagai penjaga ruangan meski semua fasilitas kantor lengkap dari Internet, Telepon dll, Tetapi semua itu tetap membuat saya kurang nyaman. Bosan dengan semuanya sayapun mencoba menelepon Ferra, Namun bagi saya semua itu hanya buang-buang waktu. Akhirnya sayapun mencoba mengatur strategi untuk mencari anak buah agar mau menjadi marketing untuk saya. Sayapun meminta izin kepada ibu Rika dan Agnes. Bersyukur apa yang saya inginkan disetujui olehnya bahkan kalau memang sanggup sebanyak-banyaknya, Meski boleh dikatakan mencari marketing handal tidak mudah. Dengan kemampuan yang saya punya akhirnya sayapun membuat lowongan kerja di semua surat kabar dengan biayaya sendiri. Usaha sayapun tak sia-sia cuma dalam hitungan minggu ruangan saya penuh dengan para pelamar kerja untuk menjadi marketing. Tepat pukul 8 pagi 80 puluh orang pelamar telah mengantri menunggu kedatangan saya untuk diinterview. Dan singkat cerita tanpa pandang bulu semuanya saya terima bekerja diruangan saya sebagai marketing. Meski baru permulaan sayapun bisa sedikit tersenyum, Karena dari 80 orang saya yakin belum tentu mereka sanggup menjalani atau berjiwa marketing. Akan tetapi dengan begitu saya bisa memilih atau mengetahui siapa yang terbaik dan niat menjadi seorang marketing.

Dan benar saja apa yang telah saya perhitungkan akhirnya terjadi 2 bulan belalalu banyak para marketing yang mengundurkan diri alias berhenti karena memang tidak berbakat untuk menjual atau memasarkan produk Internet Speedy. Sayapun tidak memaksa mereka. Kini yang tersisa hanya tinggal 15 orang. 5 wanita 10 laki-laki. Melihat hal ini sayapun semakin senang. Karena dari 15 belas orang tersebut tetap semangat untuk memasarkan produk Internet Speedy. Bahkan mereka juga siap untuk mencari marketing baru untuk kedepannya nanti. Yakin dengan semuanya sayapun kini punya marketing yang berjumlah 15 orang, Bahkan lebih banyak dari marketingnya Agnes yang jumlahnya hanya 5 orang. Merasa punya tanggung jawab dengan 15 anak buah saya,, Sayapun tak segan-segan untuk memberi uang jajan cuma-cuma kepada mereka. Dan 15 orang itupun selalu menurut dan setia dengan aturan yang saya berikan.

Sejak saat itu sayapun bisa bebas bekerja, Baik dilapangan maupun didalam kantor akan tetapi tetap selalu memberikan arahan-arahan terbaik kepada 15 orang marketing saya. Ibu Rikapun sangat berdecak kagum kala itu terhadap saya. Tetapi tidak dengan Agnes didepan saya ia baik tetapi jika sedang tugas dilapangan Agnes selalu ngambil wilayah atau tempat yang sudah menjadi target pemasaran produk Internet Speedy anak buah saya, Dari wilayah Bogor barat hingga kawasan Ciputat. Melihat kejadian itu sayapun tidak tinggal diam dan mencoba bicara baik-baik dengannya tetapi iapun semakin susah untuk dikendalikan. Bahkan ia hanya mengatakan bahwa dirinya orang lama dikantor ibu Rika jadi wajar jika bebas menentukan wilayah yang dimauinya. Bagi saya tidak masalah tetapi anak buah saya banyak yang tidak terima dengan cara kerja Agnes, Tak mau dibilang plinplan sayapun menunggu kedatangan Agnes dikantor untuk klarifikasi dan tanggung jawabnya. Keteganganpun sempat terjadi, Hingga akhirnya ibu Rika tahu, Setelah tahu duduk persoalannya ibu Rikapun memaksa Agnes untuk segera kekantor, akhirnya mau tidak mau, Agnes datang juga kekantor. Kedatangannya pun disambut sorakan-sorakan dari anak buah saya, Bahkan lemparan kertaspun hampir mengenai wajahnya. Sayapun mencoba menenangkan anak buah saya, Akhirnya singkat cerita kamipun berdamai. Namun ibu Rika tepaksa memindahkan Agnes ke Telkom Bogor demi kenyamanan dirinya juga. Dan Agnes mendapatkanTarget penjualannya hanya wilayah Bekasi, Jakarta timur dan sekitaran lingkungan Bogor Utara meski begitu cakupan Agnes cukup luas.

Kini ruang kantor ibu Rika yang dulunya mempunyai orang kepercayaan bernama Agnes sekarang berganti menjadi nama Saya. Akan tetapi Agnespun tetap jadi orang kepercayaan ibu Rika cuma beda kantor dan wilayah. Akhirnya sayapun harus bekerja makin giat lagi demi memasarkan produk Internet Speedy yang kala itu belum banyak diketahui oleh kalayak ramai. Terlebih saya sekarang sudah punya anak buah yang boleh dikatakan lebih dari cukup untuk membantu memasarkan produk Internet Speedy. Akhirnya sayapun terus melakukan pengembangan terhadap marketing marketing saya, Merekapun saya tempatkan hampir diseluruh kantor cabang pembantu dari pt Telkom. Akhirnya sayapun mengajukan proposal kekantor pusat agar pengembangan yang ingin saya lakukan diterima. Dalam hal ini sayapun meminta bantuan kepada ibu Rika, Ia pun dengan senang hati menuruti permintaan saya. Dan tanpa menunggu lama proposal saya diacc dengan serius oleh kantor pusat, Iapun sangat setuju dengan ide saya tersebut dan tidak segan-segan untuk menyiapkan segala kebutuhan yang saya perlukan, Seperti Tekniksi, Mobil operasional dll.


~ PUNCAK KARIER & PERSETERUAN ASMARA ~


Karier saya boleh dikatakan meningkat kala itu, Ibu Rikapun semakin senang atas pencapaian hasil kerja saya terhadapnya. Iapun lebih sering menemui saya dikantor atau membantu saya dan anak buah saya agar tetap semangat meski terkadang setiap pekerjaan selalu ada resiko yang berlaku. Hari berganti minggu, Minggu berganti bulan, Dan seterusnya. Tidak ada masalah dalam hal pekerjaan semuanya berjalan lancar. Namun siapa sangka inilah awal perseteruan terjadi pada karier saya. Sejak mempunyai 15 orang anak buah yang mempunyai jiwa marketing handal hubungan saya dengan ibu Rika semakin dekat. Dan iapun juga tidak mau hanya berpangku tangan saja, Jika jadwal kerja saya padat sebisa mungkin ia membatu agar semua pekerjaan bisa rampung. Dan sejak saat itu pula saya selalu dekat dengan ibu Rika.

Sore itu Pukul 16.00 saya bergegas menuju ruang kerja saya yang berada dilantai 3, sesampainya diruangan sayapun dibuat kaget karena didalam sedang menunggu ibu Rika seorang diri sambil asik mendengarkan musik yang terus mengalun dari PC yang berada didepan meja kerja saya.

"Lhoo bu Rika, Sejak kapan ibu disini, Kenapa tidak mengabari saya bu"....Seru saya sedikit kaget.
BACA JUGA : Cerpen : Bara Asmara Dipulau Dewata
Iapun tersenyum kecantikan serta harum tubuhnya pun semakin membuat diri saya terpukau....."Sejak siang tadi Satria, Bahkan aku sempat berkumpul dengan 3 orang anak buahmu yang tadi siang masih berada dikantor. Dan setengah jam berlalu mereka juga ingin sepertimu tugas dilapangan dan langsung pulang tanpa kekantor lagi".....Seru bu Rika.


"Benar bu mereka memang suka nganvas siang atau sore, Oiya ibu mau minum apa biar bisa saya pesan dari sini"..

"Kamu repot amat sih, Biasa sajalah Satria".

Sayapun semakin grogi...Tapi tidak berpikir macam-macam karena ia istri sahabat saya Erick, Namun aura kecantikannya yang membuat saya kikuk terlebih diruang kantor itu cuma kami berdua. Sayapun mencoba memesan minuman agar suasana tidak terkesan kaku. Tetapi apa yang saya lakukan membuat dirinya semakin betah berbincang-bincang dengan saya, Hingga pukul 17.00 petang ia masih senang berada dikantor dengan saya. Bahkan iapun tak malu untuk duduk berdua satu kursi dengan saya. Meski sedikit tegang, Saya mencoba untuk tenang dan mengalihkan pembicaraan dari hal pekerjaan hingga menanyakan kabar tentang Erick suaminya yang juga sahabat.

"Oiya bu tumben Mas Erick jarang kekantor sejak saya berada disini"....Tanya saya berbasa-basi.

"Lhoo bukankah ia sudah pernah bilang kekamu bahwa yang memimpin dikantor ini aku, Jadi gini Satria, Kamu tahukan mas Erick dari dulu hobinya bisnis kuliner. Makanya ia kurang tertarik ikut kerja denganku tapi yaa sudahlah"..

"Yaa benar bu dari dulu memang Erick lebih suka berbisnis kuliner, Makanya saya sedikit heran sewaktu ia mengajak saya bekerja disini. Akhirnya setelah kenal ibu sayapun berpikir seperti itu"..

Akhirnya kami berduapun tertawa bareng, Waktu semakin sore sayapun ingin segera keluar kantor dan beranjak pulang, Akan tetapi bu Rika berkata lain justru sehabis magrib ia ingin mengajak saya ngopi dikafe untuk sekedar santai malam.

"Oiya Satria kamu tidak ada acarakan malam ini, Nanti sehabis magrib kita ngopi diluar yuks"....Ajaknya.

Mendapatkan hal itu sayapun merasa gugup dan risih tetapi entah kenapa saya mengiyahkan semua keinginan ibu Rika. Meski saya pribadi punya janji dengan Ferra pacar saya akhirnya demi ibu Rika yang memang Bos saya dikantor acara saya dengan Ferra saya batalkan dengan alasan lembur dan ada Custamer yang komplain atas pemasangan internet Speedy. Kesal tapi ada perasaan senang akhirnya sayapun pergi ke cafe bersama ibu Rika hanya untuk menikmati santai malam sampai akhirnya tepat pukul 21.00 malam saya mengantar ibu Rika pulang kerumahnya.

Hari demi hari sayapun semakin dekat dengan ibu Rika, Dan sejak itu pula ibu Rika hampir sering kekantor dari seminggu 2 kali menjadi hampir setiap hari. Namun hal itu bukan masalah bagi anak buah saya, Tetapi berbeda dengan saya......Karena lebih sering kekantor terkadang ibu Rikapun tak pernah malu untuk terjun kelapangan untuk nganvas bareng bersama saya. Meski sebenarnya hal itu tidak perlu ia lakukan. Dan pada akhir minggu ke 4 disabtu siang saat saya akan berkemas-kemas untuk pulang, Begitupun dengan 5 orang anak buah saya yang memang tidak keluar kantor jika hari sabtu, Kami yang berjumlah 6 orang sedikit kaget akan kedatangan ibu Rika termasuk saya. Namun saya tetap dengan keputusan saya, Yaitu memperbolehkan anak buah saya untuk pulang lebih dulu. Meski saya tahu pastinya ibu Rika akan menahan saya dikantor untuk menemaninya.

"Buu tumben kekantor inikan hari sabtu".

"Lhoo!, Memang kenapa kalau hari sabtu Satria"...Balas bu Rika.

"Eeehh...Iyaa, Yaa bu, Yaa tidak apa-apa sih bu".....Jawab saya agak malu.

Bu Rikapun tersenyum dan berkata....."Kalau anak buahmu ingin pulang tidak masalah, Tetapi tidak dengan kamu Satria, Karena kamu yang bertanggung jawab diruangan ini. Dan hari saya minta kamu temanin saya untuk meninjau kantor cabang pembantu untuk wilayah selatan yang disana banyak anak buahmu"....Serunya dengan penuh wibawa.

Merasa tertantang dengan tersenyum saya turuti keinginan ibu Rika. Karena menurut saya apa yang ia inginkan masih termasuk hal katagori sebuah pekerjaan. Akhirnya pukul 13.00 siang saya tidak jadi pulang dan langsung berangkat ke kantor cabang pembantu pt Telkom yang ada di wilayah selatan Jakarta sampai kawasan pinggiran bogor kota. Karena ada 10 anak buah saya yang saya tempatkan disana. Satu jam berlalu sayapun tiba dikantor cabang pembantu pt Telkom. Melihat kedatangan saya 10 anak buah sayapun merasa senang, Begitupun dengan saya. Karena 10 anak buah saya sebagian sudah ada yang memiliki marketing baru. Dan ibu Rikapun sama seperti saya ia turut senang dengan hasil kerja saya dan anak buah saya yang berada dikantor cabang pembantu pt Telkom wilayah selatan jakarta. Akhirnya setelah memberi arahan-arahan terbaik sayapun segera meninggalkan kantor tersebut untuk kekantor cabang selanjutnya yaitu wilayah bogor. Sama halnya seperti dikantor sebelumnya ibu Rikapun memberi arahan-arahan terbaik pada anak buah saya. Setelah puas dengan penilaian kinerja saya dan marketing-marketing saya. Dan akhirnya kami berdua meninggalkan kantor untuk nganvas menawarkan produk internet Speedy. Akan tetapi setelah diperjalanan ia berubah pikiran dan sayapun semakin bingung melihat perubahan pada dirinya.

"Kita nganvas kemana nih bu, Balik kejakarta atau sekitar wilayah bogor saja"....Tanya saya.

"Kita batalkan saja Satria karena sepertinya hari sudah sore, Lain waktu saja ok".

"Lho, Bukankah kita masih punya waktu 2 jam setengah bu, Dan saya rasa itu cukup".

Ibu Rikapun kembali tersenyum.....Kau benar Satria tetapi berhubung hari sabtu kita reflesing saja yaa".

"Lho, Bukankah tadi ibu bilang!"..

"Yaa..yaaa..ya, Ibu paham maksud kamu tetapi terus terang ibu cukup puas dengan semua kinerja yang telah kamu lakukan ok".

"Lalu apa rencana kita selanjutnya"....Tanya saya bingung.

"Kan tadi ibu sudah bilang kita ngopi dan selanjutnya terserah kamu. Oiya tolong jangan panggil ibu jika bukan dikantor. Toh kita seumuran kok"..

"Eeh iya bu, Eehh anu Rika"...Jawab saya kikuk, Karena sudah terbiasa dengan sebutan ibu.

Bagai seorang supir pribadi yang sedang mengantar majikannya akhirnya mau tak mau sayapun menuruti keinginan ibu Rika. Tak hanya ngopi dicafe, Sayapun harus menemaninya kesalon beli kosmetik yang ia suka dan setelah itu terus menemaninya hingga ketempat wisata yang ada dikota Bogor. Hingga acara malam minggu saya dengan Ferra batal dan sejak saat itu saya lebih sering berbohong kepada Ferra, Bahkan keributan kecil sering terjadi bila saya bertemu dengan Ferra. Hingga pada awal bulan kantor sayapun mengadakan Event disebuah mall terkenal dikawasan kelapa gading jakarta utara. Berbagai kebutuhan yang menyangkut tentang promosi produk internet Speedy semuanya telah lengkap tersedia. Dalam hal ini Agnespun turut dilibatkan, Meski berbeda tempat kerja tetapi kami semua tetap satu bendera dan bagi saya itu suatu moment yang menyenangkan. Bahkan sayapun tak ragu membawa Ferra untuk sekedar menemani. Acara yang dinantipun segera tiba diminggu pagi saat hendak menuju Tkp dan sekaligus menjemput Ferra tiba-tiba telepon rumah sayapun berdering. Dan lagi- lagi ibu Rika memaksa saya untuk menjemputnya dirumahnya. Sayapun mencoba beralasan tetapi ia justru memaksa dan tetap ingin pergi bersama saya. Akhirnya mau tidak mau saya kembali menghubungi Ferra karena tidak bisa menjemputnya dengan alasan harus membawa kebutuhan dan peralatan kantor untuk kebutuhan promosi. Bersyukur Ferra mau mengerti dan akan menyusul setalah saya tiba di Tkp.

Pukul 8.00 Pagi sayapun sudah tiba dirumah ibu Rika, Melihat kehadiran saya iapun nampak senang meski saya pribadi agak jengkel terhadapnya setelah saya berada diruang tengah rumahnya sayapun langsung menghujaninya dengan bermacam-macam pertanyaan terhadapnya.

"Ibu bagaimana sih kok mendadak jika ingin dijemput, Seharusnya saya"...

"Satria kamu tuh jangan terlalu mengegebu-menggebu, Meski ada kalanya hal itu memang diperlukan dalam dunia Marketing. Tetapi ada kalanya kita juga harus tetap tenang"..

Eehh tapi buu seharusnya"...

"Sudah deh kamu tenang saja, Oiya kamu sudah sarapan belum kalau belum dimeja dapur ada roti dan makanan serta minuman hangat yuks sarapan dulu"..

Jantung sayapun berdebar kencang karena dengan santainya ibu Rika langsung menarik lengan saya dan membawanya kemeja kedapur untuk sarapan bersamanya. Sayapun semakin bingung dan tidak mengerti ternyata dirumah itu ibu Rika hanya seorang diri. Dan memang saya sudah sering kerumahnya, Tetapi selama saya kerumahnya baru saya sadari memang tidak pernah bertemu sama Erick sekalipun.

"Ibu sendirian dirumah ini?,, Kemana mas Erick bu, Dan sepertinya selama saya mengantar ibu belum pernah sekalipun saya bertemu dengan mas Erick"...Seru saya sambil bertanya-tanya.

Sambil memoles selai keroti iapun menjawab dengan santai...."Ini rumah kedua pribadiku Satria, Dan rumah ini ibu beli semenjak bermitra dengan PT.Telkom. Mas Erickpun baru sekali kerumah ini, Semenjak aku menikah dengannya aku tinggal dirumahnya bersama anakku. Dan entah mengapa beberapa bulan ini aku lebih senang tinggal dirumah ini. Hayoo dong dihabiskan rotinya, Oiya ibu tinggal mandi dulu yaa".

Sayapun hanya bisa tertegun tanpa ada kata, Dan sepertinya ibu Rika memang enggan jika saya membahas tentang Erick suaminya. Setelah memakan sepotong roti dan meminum jamu kesukaannya bu Rikapun bergegas menuju kamar mandi. Sayapun bagai terhipnotis lupa punya janji dengan Ferra dan anak buah saya yang mungkin sudah pada berkumpul diacara Event promosi internet Speedy dikawasan Mall kelapa gading. Sebagai laki-laki normal saya akui ibu Rika memang cantik, Dewasa dan punya jiwa pemimpin yang menarik. Ditambah lagi tanpa mandipun kecantikan alaminya selalu terpancar penuh dengan pesona bagi setiap kaum lelaki yang melihatnya.

Satu jam lebih sayapun hanyut dalam khayalan yang tak menentu, Hingga sebuah suara membuyarkan lamunan saya.

"Satria, Kenapa melamun".

"Eehh!, Itu anu bu...Tidak kok"..

Sayapun kaget dan mencoba mencairkan suasana, Tetapi sempat terpana kembali oleh pemandangan yang menggairakan. Karena bu Rika hanya berbalut handuk pendek saja yang melilit sebagia tubuhnya, Aroma sabun cair dan parfum dari tubuhnya pun masih begitu menyengat tajam yang terus saya hirup dan nikmati.

"Maaf yaa, Bikin kamu lama menunggu. Oiya Satria kamu panasin mobil dulu yaa"...Serunya lembut sambil menyodorkan kunci mobil kesaya.

"Ooh,, Pasti bu, Panas-panas...Iya-iyaa ok segera bu"....Jawab saya kikuk sambil berlalu menuju garasi mobil.

Setelah semuanya beres akhirnya saya dan bu Rika segera berangkat iapun nampak cantik dengan memakai jas hitam dan celana bahan hitam. 2 menit berlalu nada sms berbunyi di ponsel saya. Ternyata Ferra, Bagai tersadar dari mimpi sayapun ingin cepat sampai tujuan. Mobil saya kemudikan dengan cepat. Tetapi bu Rika sepertinya tidak suka saya tergesa-gesa.

"Para marketing dan yang lainnya sudah pada kumpul bu"...Jawab saya berbohong.

"Yaa sudah biarkan saja, Jangan tergesa-tergesa Satria biar ibu yang tabung jawab nanti"...Jawab bu Rika santai.

Sayapun ingin membalas Sms Ferra tetapi percuma karena kondisi jalananpun macet, Untuk memasuki gerbang Tol saja harus mengantri. Akhirnya ponselpun saya matikan. Akhirnya singkat cerita sayapun sampai ditempat tujuan sayapun langsung menghampiri Ferra yang terhilat angkuh sejak kehadiran saya. Dan anak buah saya yang bernama Lusy langsung berkata.

"Yayankmu tuh sudah jamuran, nungguin kamu diajak gabung malah jutek"....Seru Lussy sambil menyindir.

Sayapun tidak perduli dengan ocehan Lussy, Setelah izin dengan ibu Rika saya segera mengejar Ferra yang hampir jauh meninggalkan saya.

"Feeerraaa!!....Tunggu, Tunggu Fer,, Biar aku jelaskan"...Seru saya sambil memegang tangannya.

"Lepasiiinn!, Tangan gw, Janji sama omongan luh tuh nggak bisa dipercaya".....Seru Ferra dengan berang.

"Kamu tenang dulu Fer, Jangan kasar begitu dong"..

Pllaakk!!.....Tamparan tangannya menghantam wajah saya, Dan sayapun tidak perduli lagi dengan suasana orang disekitaran yang mulai menonton sambil tertawa-tawa.

"Ferr, Tahan emosimu biar aku jelaskan"..

"Gw nggak butuh penjelasan luh, Asal luh tahu nyesal gw kenal luh"..

"Ferrr"...

"Cuuukuuuppp!!...Ingat luh bukan siapa-siapa gw lagi sekarang, Jadi jangan pernah ganggu hidup gw lagi".

Ferrapun berlalu dari hadapan saya, Dan percuma saja saya mengejarnya lagi karena dia type wanita yang punya rasa cemburu sangat tinggi. Sambil berjalan gontai sayapun langsung ketempat acara Event yang diadakan oleh kantor saya. Acara yang begitu meriah diEvent tersebut seolah bah neraka dimata saya, Bagai hilang gairah saya lebih banyak diam, Sindiran dari anak buah saya semakin menjadi-jadi. Termasuk sindiran dari Agnes.

"Lain kali jangan campuri asmara dan pekerjaan, Jadi yaa gitu deh"....Sindir Agnes.

"Nggak usah ngoceh luh Nes, Tahu apa luh tentang hidup gw"....Seru saya sambil emosi, Meski banyak para custamer yang sedang ingin mendaftar menjadi pelanggan Speedy. Saya tetap tak perduli lagi. Beruntung ibu Rika datang segera melarai dan menenangkan saya.

"Agnes, Urus saja pekerjaanmu, Dan kamu Satria tenangkan saja pikiranmu, Sebaiknya kamu kecafe yang diujung sana. Jangan beranjak sebelum ibu datang"....Tegas bu Rika.

Akhirnya pukul 17.00 sore Eventpun berakhir, Setelah puas bersantai anak buah sayapun kembali kerumahnya masing-masing. Begitu juga dengan Agnes dan para marketingnya. Tinggal saya dan bu Rika yang masih berada ditempat tersebut. Hampir 3 jam saya hanya duduk melamun dicafe dengan pikiran tak menentu hingga akhirnya bu Rikapun menghampiri saya dengan tersenyum senang.

"Akhirnya acara Event kita lumayan menarik dan mendapatkan banyak pelanggan, Meski harus ada drama yang sedikit menegangkan, Oiya bagaimana keadaanmu Satria sudah lebih baik".

"Yaa bisa dikatakan begitu bu, Maafkan saya juga bu karena saya semuanya".......

"Sssttt, Sudah-sudah, Harusnya ibu yang minta maaf kekamu, Oiya kenapa kamu tak bilang bahwa orang yang kamu sayangi akan ikut diacara Event kantor kita".

"Sudahlah bu tidak apa-apa mungkin lain waktu semua akan baik-baik saja"....Jawab saya, Sambil menceritakan masalah saya alami dengan Ferra.

"Duuhh jadi merasa berdosa nih ibu terhadapmu. Semoga semua akan baik-baik saja yaa Satria, Dan anggap saja sekarang ibu ini pengganti Ferra"....Serunya tanpa ada keraguan.

Akhirnya kami berdua meninggalkan mall kelapa gading menuju gedung parkir, Dan tanpa ragu pula saya memberanikan diri menggandeng pinggang bu Rika tanpa peduli lagi dengan keadaan disekitarnya ataupun Erick sahabat saya yang memang suami syahnnya. Bu Rika sendiripun tak keberatan dengan apa yang saya lakukan. Bagai sepasang kekasih saya dan bu Rika menikmati indahnya jalanan malam ibukota Jakarta sambil sesekali mampir ke pusat pertokoan yang kami sukai berdua. Bagai terhipnotis yang kedua kalinya saya menikmati semuanya dengan senang hati. Keresahan dan gegundahan hati entah mengapa hilang dalam sekejap. Tak ubahnya seperti saya bu Rikapun demikian, Terbukti mobil yang iya kemudikan selalu diperlambat dan sepertinya bu Rika enggan memasuki jalan Tol ibu kota. Dirinya lebih senang bermacet-macet ria dijalan biasa sambil menikmati suasana malam.

Pukul 9.00 malam kami tiba dirumah, Mobilpun langsung masuk keGarasi, Sambil tersenyum dan memandang kesaya bu Rikapun berkata.

"Terima kasih atas semuanya Satria,, Hari yang menyenangkan"..

"Eehh, Lhoo saya yang seharusnya berterima kasih sama ibu, Karena sudah mengerti keadaan saya".

"Yaa kalau semua saling percaya dan mengerti tentu akan serasa damai".....Jawabnya penuh dengan kelembutan sambil menggenggam tangan saya.

Mendapat perlakuan seperti itu sayapun enggan melepaskan genggaman tangannya bahkan sayapun balas merangkul dan memeluknya sambil mencium kening hingga membelai rambutnya yang panjang terurai.

"Beruntung sekali saya bu, Punya pimpinan secantik dan seistimewa seperti ibu".

Bu Rikapun tersenyum...."Ngobrol didalam aja yuuks".

Bagai dimabuk asmara kami berduapun saling rangkul untuk menuju kedalam rumah, Sesampainya disofa kamipun masih terus berrangkulan tanpa kata. Hingga suasana menjadi buyar kala telepon rumah bu Rika berdering. Meski sedikit terusik bu Rikapun bergegas menuju meja telepon. Namun tak lama berselang ia sudah kembali duduk disofa bersama saya. Bagai baru tersadar dari mimpi sayapun bertanya kepadanya.

"Siapa yang menelepon"...

"Agnes, Besok ia ingin jadwal kerja agak siang, Yaa aku jawab ok".

"Saya setuju dengan usulnya"....Seru saya singkat.

"kau benar Satria, Oiya kau bermalam disini yaa"....Pintanya manja.

"Oohh...Eehh...Anu bu, Bukannya tidak mau, Tapi saya tidak enak dengan mas Erick yang juga sahabat saya. Saya tak ingin ada salah paham nantinya"..

Meski sedikit agak kecewa iapun bercerita tentang hubungannya dengan Erick suaminya. Sayapun mendengarkannya dengan penuh seksama.

"Jadi ibu hampir 3 bulan dirumah ini tanpa mas Erick".....Seru saya penuh tanda tanya.

"Benar Satria, Usiaku dan Erick sangat berbeda jauh, Bagiku tak masalah karena ia niat menikahiku. Tetapi aku punya perjanjian dengannya, Setelah menikah urusan anak harus masing-masing ia menyetujuinya, Tetapi berbeda dengan ibunya yang selalu saja ikut campur urusan aku dan suamiku Erick, Bahkan ia juga selalu mengatur urusan rumah tangga kami berdua. Yaa hingga aku jenuh, Akhirnya berkomitmen pilih jalan masing-masing selama sibuk dengan pekerjaan, Terkecuali jika tidak sibuk dan punya banyak waktu kamipun saling bertemu dan satu rumah kembali".

"Saya turut prihatin atas semuanya bu, Tetapi saya tidak bisa berbuat banyak dalam hal ini terlebih mas Erick juga sahabat saya, Semoga semua bisa cepat berubah lebih baik".

"Tapi sudahlah Satria, Mungkin ini cuma masalah sepele bagiku, Tetapi karena ibunya selalu turut campur yaa aku tantang untuk terus berlarut-larut, Meski aku sudah punya seorang anak bukan berarti kebebasanku harus terkekang"....Serunya kembali dengan syahdu.

"Ok saya mengerti apa yang ibu rasakan sampai hari ini, Dan saya percaya ibu bisa melewati masalah ini dengan cara terbaik. Oiya seperti sudah malam, Dan maaf saya tidak bisa bermalam disini, Saya rasa ibu mengerti"....Jawab saya agak grogi.

"Terima kasih Satria, Dan ibu berharap lain waktu kau tak perlu sunkan untuk singgah kerumah ini"..

Sayapun mengangguk, Setelah diberikan pinjaman mobil oleh bu Rika sayapun pulang dengan perasaan haru dan campur aduk, Meski sejujurnya ingin sekali saya bermalam dirumahnya bersama ibu Rika, Akan tetapi saya tak ingin merusak hubungan persahabatan saya dengan Erick. Meski apa yang telah saya lakukan berdua dengan ibu Rika boleh dikatakan sudah sedikit melewati batas.


~ SEMUANYA BERAKHIR DENGAN KESENDIRIAN ~


Hari demi hari hubungan saya dengan ibu Rika semakin dekat meski menyenangkan tetapi bagi saya semua itu bagai sebuah ganjalan yang meresahkan. Terlebih Ferra pacar saya sudah tidak mau bicara dengan saya, Meski hanya satu katapun, Berminggu-minggu saya selalu menghubunginya bahkan lebih sering kerumahnya tetapi sepertinya ia benar-benar membenci saya, Dan selalu saja ada alasan untuk menghindar dari saya. Namun apapun itu saya tetap mempertahankan hubungan dengan Ferra apapun yang terjadi meski terbesit dalam pikiran saya ingin memiliki keduanya, Yaitu Ferra dan ibu Rika.

Hingga pada suatu sore selepas saya pulang beraktivitas dikantor ibu saya tercinta memanggil saya.

"Satria ibu ingin bicara denganmu, Apa yang menyebabkan kamu bertengkar dengan Ferra"....Seru ibuku penuh tanya.

Sayapun sempat kaget, Karena ibuku tercinta tahu saya bertengkar dengan Ferra...."Lho dari mana ibu tahu".

"Jawab dulu pertanyaan ibu"..

Akhirnya saya menceritakan masalah pertengkaran saya dengan Ferra kepada ibu saya dengan sedetil-detilnya.

"Tadi siang selagi kamu masih dikantor Ferra telepon kerumah dan berbicara dengan ibu dengan nada kesal akibat ulah kamu yang selalu ingkar janji, Bahkan iya ingin mengakhiri hubungannya denganmu. Dan ibu hanya berharap jika kau ingin serius selesaikan masalahmu dengannya, Jika ingin berakhir, Lakukanlah dengan ikhlas dan penuh kedamaian"...Seru ibuku tegas.

Sayapun kembali menceritakan masalah saya kepada ibuku yang kedua kalinya....."Saya sudah berusaha meyakinkan Ferra bu, Tetapi sampai hari ini bicarapun ia tak mau dengan saya, Baik ditelepon maupun disaat saya kerumahnya bu. Yaa memang Ferra orangnya protektif dan cemburunya tinggi, Mungkin ini yang menyebabkan ia punya watak keras".

"Satria, Ibu juga wanita sama seperti Ferra, Tak mungkin ia enggan bicara denganmu jika tidak ada sebab. Atau mungkin kau punya hubungan spesial dengan anak buahmu dikantor atau dengan teman wanitamu yang lain selain dikantor".

Sayapun mulai merasa tegang dan sedikit berbohong kepada ibu saya...."Nggak ada kok bu, Dan selama ini kesibukan saya Kalau tidak dikantor yaa, berkunjung kerumah Ferra, Hingga akhirnya seperti ini. Sudahlah bu tidak perlu ibu risaukan, Biarlah semua ini jadi tanggung jawab saya bu".

"Memang sudah kewajibanmu, Ok untuk hari ini ibu percaya sama kamu dan jika kau ingin hubungan bertahan dengan Ferra sering-seringlah berkunjung kerumahnya dan juga bicaralah yang baik terhadap kedua orang tuanya".

"Iyaa bu, Akan Satria usahakan dengan cara yang terbaik".

Sejak saat itu bila dirumah saya pribadi agak sedikit was-was jika ibu saya tercinta membahas soal pekerjaan dikantor, Maupun hubungan saya dengan Ferra. Karena menurut saya semua hal pekerjaan dan asmara, Saya pribadi enggan melibatkan ibu saya tercinta. Dan atas kejadian ini akhirnya Ferra memberi saya kesempatan berbicara dengannya.

"Ingat Satria, luh tuh sudah hampir 5 kali lebih bikin gw kecewa, Kurang sabar gimana gw terhadap luh. Catet diotak luh jangan samakan gw sama anak buah luh, Atau bos cantik luh yang selalu luh agung-agungkan"...Seru Ferra penuh emosi.

"Iyaa ok kalau menurutmu seperti itu, Justru itu aku ingin"...

"Cuukuuuppp Satria!!...Jangan samakan gw sama wanita lain diluaran sana, Dan ini yang terakhir gw bicara sama luh, Dan jangan pernah injak rumah gw lagi ngerti luh"..

"Gw akan tetap terus kerumah luh Ferr"....Jawab saya mulai kesal.

Seperti tidak peduli lagi dengan saya Ferra pun bergegas masuk kedalam rumahnya, Meski ada keinginan untuk mencegahnya tetapi saya yakin ia memang sudah tidak perduli dengan saya. Akhirnya karena sia-sia sayapun meninggalkan Ferra. Meski lusa atau nanti saya tetap berkomitmen ingin selalu menemuinya.

Akhirnya untuk mehilangkan rasa jenuh atas hubungan saya dengan Ferra,, Sayapun lebih aktif bekerja diluar kantor namun apapun yang saya lakukan tetap membuat ibu Rika senang. Bahkan kedekatan saya dengan ibu Rika masih tetap tidak ada perubahan yang berarti justru saya malah semakin dekat dengannya. Hingga pada suatu sore setelah tugas lapangan saya selesai sayapun menuju kantor kembali. Dan beberapa anak buah saya mengabarkan bahwa mertua dari ibu Rika datang kekantor mencarinya, Sayapun sedikit bingung, Namun anak buah saya yang bernama Lusy menceritakannya dengan detail.

"Jadi gini pak Satria tadi mertuanya ibu Rika yang bernama bu Helen datang kesini sekitar jam 11 siang"....Seru Lusy.

"Ada apa yaa Lus, Kira-kira sampe tante Helen datang kekantor"....Tanya saya kembali makin bingung.

"Mene ketehe..Bukannya luh lebih dekat pak sama bu Helen".

Akhirnya tak mau pusing dengan urusan keluarga bu Rika sayapun tak ingin ikut campur dengan urusan keduanya. Hingga tiga hari mendatang sewaktu pagi saat hendak sarapan, Rumah sayapun kedatangan tamu yang tak lain adalah tante Helen. Karena teman arisan ibu saya,, Sayapun tetap tidak perduli dengan kehadirannya. Dan tetap fokus pada sarapan.

"Lhoo jenk Helen, Tumben pagi-pagi sudah kerumah"....Tanya ibu saya.

"Iyaa nih jenk Farida, Aku ada perlu sedikit sama anakmu Satria, Yaa penting nggak penting sih"....Serunya santai.

Akhirnya ibu sayapun memanggil saya, Beruntung sarapan saya sudah selesai. Meski bingung apa yang ingin dibicarakan tante Helen sayapun memang harus menemuinya. Tante Helen pun bercerita kepada saya panjang lebar tentang keburukan menantunya yang juga bos saya dikantor.

"Jadi begitu Satria, Rika itu hampir 4 bulan sudah tidak perduli lagi dengan suami dan anak-anaknya. Bahkan ia tidak pernah pulang kerumah suaminya Erick. Oiya Satria apa iya juga tidak pernah datang kekantor? Karena yang Tante tahu kamu orang kepercayaannya"....Serunya dengan gusar.

"Saya orang kerpercayaannya dalam hal kerja saja tante, Untuk hal lain saya jarang banyak bertanya kepada beliau. Memang sejak beberapa bulan ini saya juga hampir tak pernah bertemu dengan Erick. Dan saya berpikir mas Erick sibuk dengan bisnis kulinernya"....Balas saya sedikit berbohong.

"Ok Satria tante percaya kok sama kamu, Dan sampaikan salam tante ke Rika agar ia secepatnya menemui tante dirumah".

"Pasti tante secepatnya akan saya sampaikan pada bu Rika"....Jawab saya tegas.

Kejadian ini pun sempat membuat pikiran saya semakin runyam, Meski pesan tante Helen sudah saya sampaikan pada bu Rika, Akan tetapi iapun menanggapi masalah ini dengan tenang dan sambil tersenyum manja. Bahkan iapun masih sempat mengajak saya jalan-jalan sesuai yang ia mau dan inginkan. Seolah apa yang diultimatumkan tante Helen hal biasa bagi dirinya. Dan siapa yang benar dan salah dalam hal ini sayapun tidak perduli lagi karena sejak kejadian itu setiap saya pulang kerja ibu saya tercinta sudah menunggu saya dirumah dengan berbagai macam pertanyaan tentang aktivitas kerja saya dan kedekatan saya dengan bu Rika.

"Tumben agak malam kamu pulang Satria"...Tanya ibuku tercinta.

"Yaa biasalah bu banyak kerjaan, Tumben tidak biasanya ibu bertanya soal pekerjaan saya".

"Sekedar ingin tahu saja, Oiya bagaimana hubunganmu dengan Ferra"..

"Masih rumit seperti kemarin bu, Tapi biarlah nanti akan Satria usahakan lagi".....Jawab saya.

"Lalu bagaimana hubunganmu dengan Rika bosmu, Bukankah ia lebih rumit dari Ferra kekasihmu".

Sayapun agak tersentak melihat ibu berbicara seperti itu, Namun saya berusaha tetap tenang meski sejujurnya saya sudah tidak bisa mengelak lagi dari semua ini.

"Lho ibu bicara apa sih, Dan tumben serius sekali"....Tanya saya sambil menenggak minuman dingin.

"Faktanya memang seperti itukan, kau suka dengan Rika bosmu? Ingat ibu yakin marahnya Ferra karena Rika, Yaa hal wajar jika kau menyukainya Karena Rika masih sangat muda. Tetapi kau juga harus tahu resikonya, Ingat ibu kasih waktu untuk berpikir kepadamu selama sebulan. Dan ibu berharap lebih bagus kau tidak bekerja lagi kepada ibu Rika"..Seru ibu saya tegas.

"Taapiii buu"....

"Cuukuupp!, Ibu serius Satria, Kau masih mudah masa depanmu masih panjang pikirkan hal itu, Dan terus terang ibu tidak suka kau terlalu dekat dengan Rika. Sejak kau bertengkar dengan Ferra ibu sering menelepon kekantormu selagi kau tugas dilapangan. Jadi ibu sedikit tahu kau lebih dekat dengan siapa".

"Buu, tapi tak mungkin aku berhenti tanpa alasan yang jelas"....Seru saya bimbang.

"Waktumu sebulan untuk berpikir Satria, Ibu rasa itu cukup, Perlu kau ingat kembali berani berbuat berani mengakhiri pula, Itu yang ibu harapkan secepatnya"....Seru ibu saya sebelum akhirnya berlalu meninggalkan saya yang masih termenung diruang tengah.

Hari-hari terus berlalu dan seolah waktu juga cepat berlalu. Saya pribadi berharap semua bisa menjadi kebahagian dalam hidup ini, Tetapi mungkinkah? Sedang posisi saya semakin jauh terpuruk, Disaat Ferra benar-benar membenci saya, Hanya bu Rikalah sang penyejuk jiwa, Namun sepertinya semuanya hanya maut yang mengancam dan tinggal menentukan kapan waktunya akan tiba dan menjadi gaduh, Segaduh-gaduhnya. Hingga akhirnya keputusan murni dari sayapun tiba. Jika diminggu pertama saya masih dapat melihat raut wajah cantik ibu Rika, Diminggu keempat Saya hanya bisa membayangkan saja. Karena saya memutuskan untuk berhenti dikantor yang ibu Rika pimpin dengan alasan sakit Asma yang saya derita kambuh kembali. Meski hanya sebuah alasan karena didukung ibu saya semuanya bisa berjalan lancar. Dan jabatan sayapun saya serahkan kepada Lussy anak buah saya, Yang boleh dikatakan cukup handal dalam dunia marketing.

Alasan saya sakit menjadi sesuatu yang jitu, Meski ada sebagian anak buah saya yang kurang percaya tetapi keputusan penggantian saya terhadap Lussy tetap terlaksana. Dan juga kejadian ini sempat menjadikan bu Rika suatu moment yang menegangkan, Meski sebagai pimpinan ia tetap berusaha tenang. Dan selalu berharap saya bisa secepatnya sembuh dan bergabung kembali pada perusahaan yang ia pimpin.

3 bulan telah berlalu semenjak saya sudah tidak bekerja lagi dikantornya ibu Rika, Beliau masih sering menanyakan kabar tentang kesehatan saya, Dan ia berharap saya mau bekerja kembali padanya. Akan tetapi karena demi ibu saya dan juga tekad saya yang sudah bulat untuk berhenti bekerja tak membuat saya terlena kembali akan tawaran kerja dari bu Rika.

Hingga 4 bulan berlalu iapun kembali menelepon saya, Tetapi bukan untuk tawaran kerja tetapi ia mencaci-maki saya sesuka hatinya karena tidak mau bekerja kembali pada perusahaan yang ia pimpin.

"Satriaa, Jika kau yakin resign pilihan terbaikmu ok ibu maklumi semuanya, Dan sekedar kamu tahu mulai hari ini anggap saja kita sudah tidak pernah salin kenal lagi. Senang bisa mengenalmu diawal, Meski pada akhirnya kau begitu menyebalkan dan memuakkan, Meski aku tahu siapa penyebab semua ini"....Seru wanita yang tak lain adalah ibu Rika.

Sayapun ingin membalasnya, Tetapi telepon telah terputus dan percuma saja meski saya telepon balik kedirinya. Walau saya harus kehilangan dua wanita dalam hidup saya, Tetapi semua itu demi kebaikan saya kedepannya dan beruntung ibu tercinta saya mendukung penuh semuanya. Walau secara jujur saya akui berat rasanya meninggalkan 2 wanita tersebut. Meski saya sendiri harus kehilangan pekerjaan dan cinta yang membelenggu. Tetapi kehidupan ini akan selalu terus berjalan dan dengan kesendirianlah perubahan-perubahan itu akan datang dengan warna hidup yang berbeda.



Demikianlah sebuah kisah yang berawal dari seringnya berdua-duan dalam satu ruang kerja sehingga menjadikan suatu hubungan yang penuh intrik. Meski cerita ini hanya garis besarnya saja tetapi intinya awal dan akhirnya tetap tidak ada perubahan. Karena jika ditulis detail bisa 7 hari tujuh malam tidak kelar.😁😁 Yaa apapun itu mungkin anda juga pernah punya pengalaman berdua-duan yang akhirnya menjadi suatu hubungan yang romantis atau pun penuh dengan intrik. Baik apapun itu jika anda mau bisa berbagi cerita dengan saya di kolom komentar dibawah ini.


~~ THANK ~ YOU ~~